Share

Part 5 : HIM!

Author: Ammy Rizuka
last update Last Updated: 2020-09-23 21:38:55

LELAKI itu berjalan disepanjang pelataran parkir Sekolah yang masih sepi ditemani seorang pria tua setengah baya yang memakai jas rapih berambut klimis. 

Hari ini tepat pukul enam pagi, terlalu dini untuknya datang kesini. Langkah mereka berderap diantara koridor sekolah dan berbelok ke lobby tempat tamu biasa menunggu. Matanya tak lepas dari layar ponsel sampai akhirnya entah mengapa hembusan angin menggiring matanya pada satu sosok yang berjalan lesu dari arah gerbang ke sebuah tangga dipojok koridor. Matanya mengikuti gadis itu hingga ia muncul di lantai atas dan berjalan ke sebuah pintu kelas.

"Dia?" desisnya pelan diselubungi senyum samar seolah menertawakan kebetulan yang seenaknya datang menghampiri. "Interesting," gumamnya lagi dengan tatapan dibalut kebencian jauh tersembunyi di dasar.

                                                🍀🍀🍀

"Ka, tolong dong bantuin nata rambut jadi mohak." Gerald menyodorkan Khika setube Pomade, beserta ubun-ubunnya ke depan wajah Khika ketika dia muncul di muka kelas.

"Manja, sini lah gue ubek-ubek,"

"Eits, semena-mena ... ini rambut bukan kobokan, jangan di ubek tapi di elus," sahut Gerald mengangkat alisnya tengil. Khika tertawa geli, sejenak ia lupa kalau orang ini adalah andil terbesar dalam patah hatinya kemarin.

Saepudin datang. "Sini Ger biar aku aja yang ngelus, Nih!" Dia menoyor Gerald hingga terjengkang selangkah.

"Anjir rambut gue!"

Saepudin mencibir lalu mengalihkan pandangan pada Khika tanpa menghiraukan dumelan Gerald. "Ka, tolong lah kau tatakan rambutku ini, sudah berulang kali ku reka-reka dengan banyak kreasi tetap saja jadinya gini. Nguncup," 

Memang benar, rambut kribo Saepudin jadi nguncup seperti es krim. Khika makin ketawa geli melihatnya. Rambut itu basah sebasah basahnya bukan seperti di oles gel tapi nyaris persis kayak di celup.

"Kok bisa Din?"

"Entahlah Ka, padahal sudah ku tata dengan cara yang sama kayak Gerald, tapi yang lain jadinya bagus, cuma aku saja yang gagal," ratap Saepudin.

Khika memandangi rambut anak-anak cowok lain yang sedang sibuk mematri diri depan cermin kelas. Benar juga, model mohak dirambut mereka tertata sempurna. Cuma si Udin aja yang rambutnya agak-agak ajaib.

"Maklum Din, tergantung amal-amalan," celetuk Gerald sambil terkekeh girang. Udin mendelik keki kearah Gerald.

"Nih amal-amalan niiih!" Dengan gesit Saepudin melancarkan toyoran bertubi-tubi ke kepala Gerald dengan dua tangan sekaligus, persis jurus sakti.

"Anjeeeer Udiiiiiiin!" Gerald langsung mengejar Saepudin yang kontan lari waktu melihat Gerald berusaha menoyornya balik. Mereka pun jadi kejar-kejaran dengan kocak sambil lari bulak balik dari kelas ke ujung koridor kemudian balik lagi.

"Kaaaaa, tolongiiiin!" Saepudin menjadikan Khika tameng dan berdiri tepat dibelakang punggung Khika, sedangkan Gerald dengan sigap berkacak pinggang dihadapan Khika untuk mencegat Saepudin yang berniat kabur lagi.

"Ka, liat, Ka, ada pengantin baru lagi ngamuk," sindir Saepudin sambil terkekeh.

Pengantin baru? Kata-kata itu meluncur mulus lalu menghempas Khika kembali ke kenyataan. Buliran hati yang semalam retak kini merebak memunculkan bentuk yang acak. Ia teringat lagi akan rasanya pada Gerald yang semalam harus kandas. Dewi kini diantara mereka. Gerald sudah punya pacar dan Khika sadar diri kalau kedekatan ini tak akan pernah sama.

Pandangan Gerald secara tak sengaja menangkap kemurungan Khika yang tiba-tiba muncul ke permukaan. Yang membuatnya bingung adalah penampakan sepasang mata Khika yang nyatanya tak seperti biasa. "Kok mata lo sembab Ka? Nangis?" tanya Gerald tak jadi memperdulikan Saepudin.

"Eng-enggak, ini bukan apa-apa Ger." Khika tersenyum kaku.

"Din, lo kesana dulu deh ... gue sama Khika mau ngobrol sebentar," titah Gerald sok nyuruh-nyuruh. Saepudin kontan mencibirnya.

"Huu dasar kutu!" Saepudin langsung berlari sebelum Gerald mencoba meraihnya lagi.

Tinggalah mereka berdua setelah Udin melesat masuk ke kelas. Mereka berdiri di pagi sepi diatas balkon depan kelas mereka. Khika memandangi lapangan yang cuma dihinggapi satu dan dua siswa yang baru datang.

"Kenapa Ka? Bang Ardy kritis lagi? Gerald membuka pembicaraan.

Khika memang membutuhkan alibi untuk kabur dari pertanyaan ini. Dia tak mungkin bilang kalau mata ini membengkak karena menangisinya. Dan Gerald dengan baik hati mempermudah gadis itu mencari alasan.

"Iya, Ger," ucap Khika berbohong.

"Terus gimana keadaanya?" Raut Gerald makin khawatir.

Khika menggeleng. "Udah baikan kok Ger, maaf ya bikin lo khawatir."

"Jangan nangis dong Ka, gue aja yakin kalo bang Ardy bakal sembuh lagi. Kalo ada apa-apa jangan sungkan buat cerita ya?"

Khika mengangguk. Mereka terdiam sesaat. Sampai akhirnya Gerald angkat bicara lagi. "Ka, lo udah tau belum? Gue ... akhirnya jadian sama Dewi."

Nah! Akhirnya pernyataan pamungkas itu keluar juga dari mulut Gerald. Menusuk-nusuk lagi kepingan hatinya jadi debu. Namun Khika mengelak dari rasa, dia pura-pura biasa.

"Jadian? Serius?! Aaaa Gerald selameeet, lo pake pelet apa kok akhirnya bisa dapetin Dewi?"

Gerald terkekeh dengan wajah mengawang ke langit, sudah dipastikan hati Gerald kini sedang bersemi. "Gue juga heran kenapa bisa dapetin dia. Gue menang banyak kali ini Ka. Berkat dukungan lo juga selama ini. Makasih ya Ka."

Khika balas tersenyum. "Semoga langgeng Ger, jangan pernah sia-siain apa yang lo dapet hari ini. Nikmati setiap momennya, dan gue ikut berbahagia buat lo dan Dewi." Kata-kata itu meluncur manis ke udara namun pahit dilidah Khika. Tapi dia tersenyum.

Gerald menepuk pundak Khika dua kali. "Jangan rebutan sama Dewi ya, sekarang harus bagi-bagi si ganteng ini ... dan Ka, mulai saat ini kayaknya gue nggak bisa nganter lo pulang lagi. Lo ngerti kan?"

Ini dia, jarak ini yang Khika benci, namun lagi-lagi Khika tersenyum. "Yaiyalah, kepedean banget sih. Lagian gue nggak pernah minta anter kecuali lo yang ngajak karena searah. Yang penting pajaknya ya, jangan lupa!"

"Iyeee dasar matre!"

Khika mendengus pura-pura kesal kemudian tersenyum lagi. "Eh, itu rambut kenapa pada pake gel segala? Gue aja sampe bawain gel buat Udin."

"Ini?" Gerald menunjuk rambutnya. "Ini seru-seruan menyambut murid baru yang mulus dan sekseh."

Khika menggeleng. "Looo yaaaaa, gue bilangin Dewi baru tau rasa." Bersamaan dengan ucapan itu Dewi muncul dari jauh hendak ke kelas. Khika langsung memanggilnya. "Dewiiiii ini Gerald mau godain anak baru niiiih."

"Ebuset kompor lo Ka ... Bye ah!" Mereka tertawa lagi walau tersimpan ketir namun Khika hargai momen ini. Dan sosok Dewi pum mendekat menyita seluruh perhatian Gerald. Cowok itu pamit meninggalkan Khika dan segala rasanya. Diam-diam Khika mengucapkan selamat tinggal dipunggung itu melalui senyuman.

Dan sepasang mata memperhatikan lekat setiap peristiwa yang terjadi antara dua manusia yang berada dilantai dua dari lobby sambil menunggu. Dia paham apa yang terjadi tanpa perlu bertanya. Raut gadis itu memperjelas semuanya.

"Alvino..." Suara Pak Maman memecah perhatiannya.

"Iya pak,"

"Celo.. apa Klo dibacanya? Namanya bule bener, kamu bule ya?" tanya Pak Maman membaca sebuah catatan yang dijauhkan karena Pak Maman sudah mulai rabun jauh.

                                                        🍀🍀🍀

"Teeet... teeet... teeeet...."

Mungkin kalo bel masuk punya hati, dia pasti bergembira sekali hari ini. Karena baru kali pertama surakan meriah ditujukan pada bel masuk semeriah saat bel pulang berbunyi. Dominan gauman para ganteng-ganteng mohak yang berkumandang. Helmi bahkan dengan polos bertepuk tangan kegirangan. Sedangkan Saepudin tetap pede dengan rambut kuncupnya. Suasana kelas jadi merah muda. Cuma Jonjon yang tak nampak batang hidungnya. Tumben.

Zahra teman sebangku sekaligus sahabatnya itu menyikut Khika. "Ini pada gila kali ya gara-gara murid baru doang."

"Tau sendiri Ra gimana sekolah kita kalo ada murid baru."

"Iya sih, gile emang ... oh iya, lo gimana Ka? Perasaan lo soal Gerald...."

"Jeblak!" Pintu terbuka tanpa ketukan memotong omongan Zahra. Kelakuan khas dari salah satu guru mereka Pak Maman. Rada nyeleneh dan terkenal suka nyelonong, ngakunya buat mergokin anak-anak yang nakal. Nyatanya memang sudah sifat. Pak Maman pun masuk.

Aba-aba hormat dan salam di lontarkan oleh Reza si ketua kelas. Dibalas Pak Maman dengan salam tanpa senyum.

"Anak-anak, hari ini saya akan perkenalkan murid baru pada kalian. Dia akan bergabung bersama untuk belajar di kelas ini dan saya harap bisa dianggap salah satu keluarga besar IPA tiga."

"Pasti pak!" celetuk Iwan semangat dari belakang.

"Masuk nak," aba-aba Pak Maman. Dan sebuah sosok masuk melangkah sambil nyengir kuda. Pak Maman geleng-geleng kepala. "Cepet jalannya Kang!" komentar Pak Maman galak.

Dia si Jony Jonpito yang kesiangan dan melangkah santai masuk ke kelas dengan rambut yang tanpa perubahan dan muka tak bermasalah. Rambut kribonya masih bertahan natural di atas kepalanya, berbeda dengan cowok-cowok yang lain, semua kompak pakai gel rambut dengan gaya mohak. Khika bersyukur, setidaknya masih ada orang waras di kelas ini, walaupun itu seorang Jonjon yang notabene biasanya lebih nggak waras dari yang lain. 

Langkah besar itupun masuk diiringi adegan slow motion di mata Khika. Dan satu sosok yang ditunggu pun sekarang telah berdiri di depan kelas dengan dihujani tatapan terperangah dari semua pasang mata dikelas.

Memang mulus sih tapi ternyata bukan rok mini yang mereka lihat. Celana panjang putih abu lah yang ia kenakan. Yang jelas nggak ada rambut panjang hitam yang indah, nggak ada senyum manis dari bibir merah yang terang. Yang ada malah rambut coklat brunette pendek dan bibir yang tak terburat senyum sedikit pun. Kontan riuh gunjingan wara wiri bergema disekitar kelas.

Zahra pun kontan menyikut lengan Khika terbawa suasana riuh. "Ganteng banget, Kaaa," desis Zahra terperangah.

Hanya Khika yang terdiam, hanya Khika yang tak berkata, tak juga berbisik, tak juga bergumam kata 'Wah' dengan panjang. Mata anak baru itu juga menatapnya sekilas namun beralih lagi tanpa peduli. Khika diam seribu kata dengan banyak maksud didalamnya. Karena dia ternyata.

"Ra, gawat, gue kenal dia...," gumam Khika terpanah.

"Serius?! Plis lah kenalin kenalin kenalin." Zahra mengguncang Khika berulang kali.

Dia ternyata adalah sumber petakanya kemarin. Cowok yang Khika sumpahi akan dia siram kecap kalau bertemu lagi.

Related chapters

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 6 : GIFT

    Emosi Khika bergemuruh, berbanding lurus dengan emosi anak-anak cowok yang nyaris meledak. Jonjon langsung jadi objek tatapan penuh dendam dan pengkhianatan dari para lelaki-lelaki itu. Pantesan dia sama sekali nggak ada perubahan gaya, ternyata begini toh anak barunya. Dasar kutu!"Aku tak pernah bilang kalau dia perempuan ya...," ujar Jonjon tanpa diminta. Para ganteng-ganteng mohak kontan melemparkan apapun ke arah Jonjon. Entah itu penghapus, pensil, pulpen, kertas, apapun yang ada di atas meja mereka. Yang

    Last Updated : 2020-09-23
  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 7 : THE POWER OF KETJAP

    "BEGO BANGET KHIKA," desis Maurien menyaksikan kengerian yang baru saja terjadi di depan matanya.Sepuluh menit yang lalu sebelum kejadian itu, Khika bersama Maurien, Gita dan Zahra sudah berdiri di lorong menuju kantin, saling lempar melempar pandangan kikuk seolah mempertanyakan kebenaran aksi yang akan Khika lancarkan sebentar lagi.

    Last Updated : 2020-09-23
  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 8 : THE COLD WAR (1)

    KECEPATANmulut Jonjon terbukti lebih kilat dibanding kereta api super cepat yang melaju di jalur Shinkansen. Karena belum apa-apa ponsel gadis itu sudah ricuh berdentingan disusupi satu demi satu pesan masuk yang membundah. Padahal baru semenit tadi bokongnya merasakan panasnya alas plastik di kursi angkot. Perjalanannya pun baru sekitar dua ratusan meter dari Sekolah tapi masa iya berita ini sudah heboh. Kan baru tiga pulut menit.'341 chat unread'

    Last Updated : 2020-09-23
  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 9 : THE COLD WAR (2)

    KHIKA mendekat juga kearah Vino dengan jantung deg-deg-ser yang rasanya akan meloncat keluar bahkan kalo Vino cuma sekedar bergerak."V-Vin, bayar uang kas, seribu," Khika mencoba.Vino tak menjawab.

    Last Updated : 2020-09-23
  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 10 : BEGINNING

    "Ka! Kayaknya Vino udah mulai jatuh cinta sama lo!" pekik Zahra tertahan.Kata-kata Zahra itu membuatnya tertegun. Masa iya? Bingkisan ini memang cantik. Ada pitanya pula di tengah. Sampai akhirnya Khika membuka isi bingkisan itu.

    Last Updated : 2020-09-23
  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 11 : UNEXPECTED NIGHT

    Somedaysomeone's gonna love meThe way I wanted you to need meSomeday, someone's gonna take your place..

    Last Updated : 2020-09-23
  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 12 : CHANGE

    "KHI-KA," kali ini Vino benar-benar bergetar dengan keberadaan Khika di hadapannya. Walau Khika sama kacaunya dengan dia, penuh air mata dengan rambut kusut itu, namun Khika menyapanya. Tak melewatkannya."Lo ngapain disini?" ucap Khika menghentikan sengukan tangisnya.?

    Last Updated : 2020-09-23
  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 13 : CHANGE (2)

    Ponsel Vino bergetar dibalik kantong celananya. Nama Adam tertera. Vino mengangkatnya tanpa jeda."Halo, Vino, lo dimana? Gue ada di rumah sakit sekarang. Gue denger dari tuan Brooke kalo tante Tika operasi,""

    Last Updated : 2020-09-23

Latest chapter

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 51 : MIRACLE

    Dalam deruan napas yang tersengal Khika sampai dikamar Bang Ardy ditemani Vino yang mengikuti dibelakangnya. Hal yang pertama Khika lihat adalah tangisan Umi dipelukan Ayah. Membuat pikirannya menjalar ke peristiwa terburuk yang mungkin terjadi pada Bang Ardy. Sesungguhnya gadis itu belum siap.Tidak, pokoknya jangan sekarang Ya Tuhan, gumamnya dalam hati.

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 50 : PHOTO

    "Kamu ikut saya aja ya?" kata Vino."Kemana?" tanya Khika lagi."Bantuin tugas saya," jelas Vino sambil mengemudikan mobilnya. Tentu saja kalau untuk membantu Khika bersedia. Gadis itu menyetujuinya. Lalu memberikan kabar pada Umi kalau dia akan terlambat pulang. Tapi nyatanya Umi juga s

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 49 : UNTOLD

    Gadis itu kini mengerti, kenapa Vino memilih menghilang setelah ibunya siuman. Lelaki itu memang benar-benar telah dibenci ibunya. Ironisnya, ia dibenci justru karena mengambil keputusan untuk menyelamatkannya hidup ibunya. Satu-satunya pelita dalam hidupnya.Rasanya gadis itu seperti sedang menyelami lubang menganga yang tersembunyi dalam kesempurnaan kehidupan Vino.

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 48 : THE BEAUTY AND HER SKETCH

    VINO baru saja menghadapi kenyataan yang lagi-lagi tak sesuai harapannya. Tanpa ia sadari untuk kesekian kalinya, Ayahnya mampu memegang kendali penuh dalam kehidupannya. Kini Vino dibebankan tugas yang baru, yang pasti akan menyita semua pikiran bahkan waktunya."Saya menolak Pah, kali ini mereka benar, saya terlalu muda untuk jadi CEO," tegas Vino.

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 47 : THE TRUTH

    ADAM memperhatikan Alexa sedari tadi, ia tampak sempurna dalam senyumnya. Tak ada sedikitpun rasa resah, padahal permandangan kedekatan Vino dan Khika harusnya membuat Alexa jengah. Tapi nyatanya gadis itu santai luar biasa. Adam tak tahan juga lama-lama hanya memandang Alexa, ia memutuskan untuk mendekati gadis yang sedang meneguk winenya itu.

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 46 : NORWEGIAN EPIC (2)

    KHIKA terlambat hampir tiga puluh menit dari waktu pembukaan acara jam delapan tadi.Adam menunggunya di depan kamar.

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 45 : NORWEGIAN EPIC

    Hari sabtu tiba juga, sudah pagi tapi Khika semalaman malah kepikiran dengan omongan Adam

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 44 : ADAM GODFATHER

    GADIS itu menghirup aroma teh jahe yang ia senyap setelahnya. Udara sejuk serta senja yang menampakan diri di balkon sore itu menjadi temannya, menyusuri setiap rasa sepi yang menelusup ke hati.

  • Clover Beside You (INDONESIA)   Part 43 : REMEDY

    Gadis itu berlari kearah lain. Entah mengapa. Yang lain dengan intuisinya berlari ke bagian depan sekolah, ke tempat yang mereka rasa a

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status