KHIKA mendekat juga kearah Vino dengan jantung deg-deg-ser yang rasanya akan meloncat keluar bahkan kalo Vino cuma sekedar bergerak.
"V-Vin, bayar uang kas, seribu," Khika mencoba.
Vino tak menjawab.
"Ka! Kayaknya Vino udah mulai jatuh cinta sama lo!" pekik Zahra tertahan.Kata-kata Zahra itu membuatnya tertegun. Masa iya? Bingkisan ini memang cantik. Ada pitanya pula di tengah. Sampai akhirnya Khika membuka isi bingkisan itu.
Somedaysomeone's gonna love meThe way I wanted you to need meSomeday, someone's gonna take your place..
"KHI-KA," kali ini Vino benar-benar bergetar dengan keberadaan Khika di hadapannya. Walau Khika sama kacaunya dengan dia, penuh air mata dengan rambut kusut itu, namun Khika menyapanya. Tak melewatkannya."Lo ngapain disini?" ucap Khika menghentikan sengukan tangisnya.?
Ponsel Vino bergetar dibalik kantong celananya. Nama Adam tertera. Vino mengangkatnya tanpa jeda."Halo, Vino, lo dimana? Gue ada di rumah sakit sekarang. Gue denger dari tuan Brooke kalo tante Tika operasi,""
UDARAmulai berembun dan matahari mulai naik. Khika masih tertidur dengan ponsel yang tergenggam manis ditangannya.
From: VinoJangan ganjen, saya liat
KEDATANGAN Vino pagi ini cuma numpang cuci muka dan makan pisang goreng yang disuguhi Umi. Kemudian pamit berangkat. Dan disinilah Khika sekarang, disebelah Vino di dalam mobilnya yang Vino kemudikan menuju Sekolah. Suasana hening. Kata candaan 'aku juga suka kamu' yang sempat Vino lontarkan tadi tak ada tapaknya sama sekali. Vino nyatanya tetap cuek dan ketus seolah nggak pernah terjadi apa-apa. Khika seperti buang-buang tenaganya saja tadi, karena sempet deg-degan tak karuan mendengarnya.Sesampainya di sekolah. Dimulai dari keluar mobil sampai ke depan gerbang, tatapan anak-anak Pratiwi tak lepas dari dirinya dan Vino.
KHIKA jelas ngambek, sikap Vino lagi-lagi memercikan api di ladang orang, membuat semuanya terbakar menjadi abu kesalahpahaman. Siapapun yang melihat perlakuan Vino padanya akhir-akhir ini, pasti akan berfikiran sama, kalau 'ada apa-apa' diantara mereka.Kerja kelompoknya, sukses menjadi kerja kelompok paling kasat mata untuknya. Dia ada tapi tak seorang pun yang mau mendengar pendapatnya, hanya Iwan yang berada ditengah-tengah sebagai penghubung, yang pada akhirnya hanya memberikan Khika tugas mulia sebagai tukang mewarnai poster. Khika cukup bersyukur karena namanya masih dimasukan kedalam nama kelompok, itupun dibaris terakhir, tapi masih untung di banding tidak.
Dalam deruan napas yang tersengal Khika sampai dikamar Bang Ardy ditemani Vino yang mengikuti dibelakangnya. Hal yang pertama Khika lihat adalah tangisan Umi dipelukan Ayah. Membuat pikirannya menjalar ke peristiwa terburuk yang mungkin terjadi pada Bang Ardy. Sesungguhnya gadis itu belum siap.Tidak, pokoknya jangan sekarang Ya Tuhan, gumamnya dalam hati.
"Kamu ikut saya aja ya?" kata Vino."Kemana?" tanya Khika lagi."Bantuin tugas saya," jelas Vino sambil mengemudikan mobilnya. Tentu saja kalau untuk membantu Khika bersedia. Gadis itu menyetujuinya. Lalu memberikan kabar pada Umi kalau dia akan terlambat pulang. Tapi nyatanya Umi juga s
Gadis itu kini mengerti, kenapa Vino memilih menghilang setelah ibunya siuman. Lelaki itu memang benar-benar telah dibenci ibunya. Ironisnya, ia dibenci justru karena mengambil keputusan untuk menyelamatkannya hidup ibunya. Satu-satunya pelita dalam hidupnya.Rasanya gadis itu seperti sedang menyelami lubang menganga yang tersembunyi dalam kesempurnaan kehidupan Vino.
VINO baru saja menghadapi kenyataan yang lagi-lagi tak sesuai harapannya. Tanpa ia sadari untuk kesekian kalinya, Ayahnya mampu memegang kendali penuh dalam kehidupannya. Kini Vino dibebankan tugas yang baru, yang pasti akan menyita semua pikiran bahkan waktunya."Saya menolak Pah, kali ini mereka benar, saya terlalu muda untuk jadi CEO," tegas Vino.
ADAM memperhatikan Alexa sedari tadi, ia tampak sempurna dalam senyumnya. Tak ada sedikitpun rasa resah, padahal permandangan kedekatan Vino dan Khika harusnya membuat Alexa jengah. Tapi nyatanya gadis itu santai luar biasa. Adam tak tahan juga lama-lama hanya memandang Alexa, ia memutuskan untuk mendekati gadis yang sedang meneguk winenya itu.
KHIKA terlambat hampir tiga puluh menit dari waktu pembukaan acara jam delapan tadi.Adam menunggunya di depan kamar.
Hari sabtu tiba juga, sudah pagi tapi Khika semalaman malah kepikiran dengan omongan Adam
GADIS itu menghirup aroma teh jahe yang ia senyap setelahnya. Udara sejuk serta senja yang menampakan diri di balkon sore itu menjadi temannya, menyusuri setiap rasa sepi yang menelusup ke hati.
Gadis itu berlari kearah lain. Entah mengapa. Yang lain dengan intuisinya berlari ke bagian depan sekolah, ke tempat yang mereka rasa a