Dua anak cowok sedang bermain bola di halaman rumah Alex, Alex bermain dengan Dwiky, mereka bersahabat baik dan Dwiky selalu menemani Alex setiap saat, sedari dulu, maka dari itu Alex tak bisa mengungkapkan Dwiky dalam kata-kata karena sahabatnya sangat baik, selalu ada, tak pernah meninggalkannya saat yang lain mengabaikan dan selalu mengejeknya, Dwiky adalah salah satu sahabat dekat Alex mereka nengenal dari kecil karena orang tua mereka juga bersahabat dari muda.
Dwiky adalah anak yang sempurna secara fisik dan mental, secara fisik ia mempunyai perawakan seperti Alex, berwajah tampan, sangat disenangi gadis satu sekolah dan kuliah, anak basket, pokoknya idaman banget, berbeda jauh dengan Alex yang tak sempurna, selalu dikucilkan, diejek, dijauhi. Alex memang diam, tak melawan karena tau semua hal itu tak berguna dan akan membuat nilainya buruk dimata mereka yang tidak menyukai dirinya.
***
Alex kecil bermain bola sepak dengan Dwiky di halaman rumahnya, mereka tertawa riang bersama, kesenangan mereka hancur karena Aji tidak mau mengembalikan bola yang sedang dimainkan. Dwiky menendang bola tapi sayang ia tendangannya terlalu kencang hingga bola itu mampir di halaman Aji.
"Aji, balikin bola Alex," teriak Dwiky meminta bola Alex.
Aji pura-pura tidak mendengar dan asik memaikan bola itu. Alex yang kesal dengan Aji berjalan ke halaman rumah Aji untuk meminta bolanya, tanpa diduga Aji meledeknya dan ledekan tadi didengar Papa Aji, Aji mendapat peringatan dari sang papa.
"Bola ini punya aku, sini balikin," Alex nekat mengambil bolanya karena Aji terus memainkan bola dan mengabaikan teriakan Dwiky.
"Bisa main apa, Alex?" Aji meledek dan mendapat tatapan sengit dari Alex
Orang tua Aji keluar saat mendengar anak kesayangan mereka meledek Alex.
"Aji gak boleh gitu, balikin bola Alex!" titah Papa Aji, Papa Aji mengambil bola itu darinya, memberikan bola itu ke Alex.
“Alex, Om minta maaf ya atas nama Aji, maaf sudah menyakiti kamu. Om yakin suatu hari nanti kamu akan menjadi orang hebat, sekali lagi Om minta maaf ya,” Papa Aji menggendong Alex sampai ke rumahnya.
"Masuk kamar, jangan keluar lagi!" Papa menatap Aji sebentar lalu meminta sang anak masuk kamar sesaat setelah mengembalikan Alex ke rumahnya.
***
Di kamar Aji memainkan robot dan mobil-mobilan di atas kasur, Aji kesal dimarahi sang papa, ia menggerutu sendiri dengan mainan membicarakan kejadian yang membuatnya akan dimarahi sang ayah.
Papa membuka pintu berwarna putih dengan hiasan yang menggantung bertuliskan nama Aji. Pintu putih itu dibuka perlahan oleh Papa, ia melihat Aji bermain dengan mainan favoritnya.
"Aji," Papa memanggil pelan dan melangkah ke kasur Aji.
"Kenapa Pa? Mau marah sama Aji gara-gara Alex?" Tanya Aji karena kesal dengan Papa
Papa menggeleng, mengelus pucuk rambut Aji, "Hai sayang, Papa gak marah sama kamu, Papa sama Mama cuma mau kamu tau, kalau perbuatan yang kamu lakukan ke Alex tadi salah."
"Salah kenapa Pa?" tanya Aji, duduk di pangkuan Papa
"Alex memang tak sempurna tapi kamu gak seharusnya menghina dia kaya tadi, Papa mau kamu berteman dengan Alex, Alex anak baik dan kamu juga harus jadi anak baik, sayang." jelas Papa yang diakhiri dengan kecupan hangat di kening Aji.
"Aji mau temenan sama Alex Pa," Papa senang mendengar ucapan Aji yang ingi berteman baik
***
Ibu Aji memeluk tubuh kecil Alex dan meminta maaf karena kelakuan anaknya, "Alex maafin Aji ya," Ibu Aji lagi-lagi minta maaf karena kesalahan anaknya dan memeluk Alex.
"Dwiky lanjut main sama Alex ya, maafin Aji ya Alex," Ibu Aji lagi-lagi memeluk Alex. Dwiky mengangguk dengan permintaan Ibu Aji.
Ibu Aji pergi meninggalkan mereka, Alex kecil sebenarnya terluka karena ucapan Aji tapi yang diucapkannya benar tanpa ada karangan.
Alex dan Dwiky lanjut lagi bermain, cuaca matahari terik dan panas, anak kecil tak peduli tentang itu yang penting mereka bermain dan senang.
Jam menunjukan pukul 10.30 pagi Mama Alex meminta Alex dan Dwiky bermain.
"Alex, ajak Dwiky ke dalam ya," perintah Mama.
"Iya, ma," Alex menjawab Sang Mama.
"Dwiky ayo main mobil-mobilan di kamar," ajak Alex, Dwiky mengikuti Alex dari belakang.
Alex masuk ke rumah dan mencium bau kue favoritnya, Alex yang berniat ke kamar kembali turun dari tangga.
Dwiky yang bingung melihat Alex turun, memanggil Alex "Alex ko turun lagi?" Tanya Dwiky.
Alex terus menuruni anak tangga dan menjawab Dwiky di bawah, "Aku mau ngambil cemilan dulu Ky, kamu duluan aja"
"Ok, bilangin ke Mama kamu bawa yang banyak ya," ledek Dwiky, ia lari ke kamar Alex.
Alex berjalan ke dapur menghampiri Mama, Mama yang lagi masak mendengar langkah kaki Alex yang berlari kecil.
"Mama masak apa?" Alex duduk di kusi sebelah Mama, ia tidak melihat apapun di meja padahal dia mencium aroma kue coklat.
"Mama bikin kue cokelat, mau?" Tanya Mama, Alex mengangguk.
"Yaudah nanti Mama bawa ke kamar aja ya, sekalian makan sama Dwiky," Alex kembali ke kamar setelah mendapat konfirmasi dari Mama.
"Dasar anak kecil, tau aja kalo ada kue cokelat," Mama tersenyum geli dan paham dengan kelakuan anaknya.
***
Dwiky membuat kamar Alex kaya kapal pecah, berantakan dimana-mana.
Alex naik ke kasur mengambil mainan favoritnya dan bermain dengan Dwiky di lantai.
"Lex, bagus ih," Dwiky melihat mobil-mobilan remot yang dibawa Alex.
"Ini hadiah dari Papa," Alex masih sibuk dengan remot kontrol nya,
"mau main Ky" tanya Alex, Dwiky mengangguk dam lagsung nemberikan remot kontrol itu pada Dwiky, "main aja ky"
Dwiky dan Alex bermain layaknya anak kecil, berisik dan berantakan, Mama Alex akan memebereskan bekas mainan mereka.
***
Kue cokelat selesai dibuat, Mama membuat dua loyang kue, satu loyang dibawa ke kamar, satu loyang disimpan. Mama masuk ke kamar Alex, ia sadar keadaan kamar akan kacau kalau ada Dwiky. Alex sangat senang dengan Dwiky begitu juga Mama Alex.
"Mau kue cokelat?" Alex langsung mengambil kue cokelat.
"Dwiky mau?" Tanya Mama Alex.
"Mau, Tante," Dwiky membawa piring berisi kue cokelat itu ke tengah.
"Jangan dibawa aku masih mau..." teriak Alex.
"Ga dibawa ko Lex, cuma dibawa ke meja tengah," Mama tersenyum melihat tingkah laku Alex yang takut kehilangan kue.
“Tenang aja sih, kalo kue kamu habis ya beli lagi atuh sok, masa mau diliatin aja kuenya,” Mama meledek Alex karena tingkahnya yang lucu dan sangat aktif.
“Kirain gitu mau Mama simpan kuenya sampe lebaran,” Alex balik meledek Mama.
Alex dan Dwiky menikmati waktu bermainnya dengan tawa bahagia dengan kue di antara mereka.
Alex anak yang pintar saat SMA, ia juga aktif di OSIS, dan pandai di kelas, Hari ini setiap mata pelajaran ada tugas, mulai dari kimia sampai ilmu ekonomi dan hari ini Alex dikerubungi teman sekelas, walaupun Alex sudah baik terhadap mereka tapi setiap ada kesempatan selalu mengejek Alex tanpa mengingat sudah memanfaatkan kecerdasan Alex.Alex tak masalah dengan perlakuan teman-temannya yang selalu menyepelekan dirinya karena fisik yang tak sempurna. Alex sama sekali tidak membalas karena dia tau jika membalas mereka artinya sama saja tidak bersyukur atas pemberianNya, dia mengabaikan segala cacian jika ada yang menghinanya.***Alex siap-siap, waktu menunjukan pukul 05.30, ia segera mandi dan mengambil seragam lalu bergegas ke sekolah."I'mready." ucap Alex membuka pintu kamar dengan laptop yang jarang dibawanya ke sekolah.Mama menyiapkan nasi gorengseafood untuk
"Mama, Papa, Alex berangkat registrasi ulang dulu ya," Alex mengambil tas lalu mencium tangan kedua orang tuanya."Iya, hati-hati ya, Lex," pesan Papa lalu memeluk Alex bbergantian dengan Mama.Seperti biasa Alex diantar supir keluarga kemana saja dia pergi, satu jam waktu yang Alex perlukan untuk sampai kampus ternama di Kota Bogor."Mang JK pulang duluan aja, aku lama kayanya," Alex meminta sang supir pulang duluan karena takutnya Alex lama."Iya Den Alex, kalo udah mau pulangchatMamang saja, biar Aden gak nunggu lama," Mang JK meminta Alex mengiriminya pesan sebelum pulang agar tak perlu menunggu lama, saat Mang JK sampai bisa langsung pulang jadinya."Siap Mang," jawab AlexMamang JK pulang duluan, Alex masuk menunggu namanya dipanggil, namun sebelum itu ia diminta seorang staf menemui Bapak RektorAlex membuka pintu bertuliskan rektor, ruangan itu dipisah dengan ruang lain, Alex masuk ke ruangan i
Libur SMA untuk kelas XII sangat membosankan, mereka masuk ke kehidupan yang sebenarnya, dimana mereka harus memilih dunia kerja atau bangku kuliah, jika memungkinkan menjalankan keduanya. Tidak banyak teman Alex yang melanjutkan kuliah, hanya beberapa orang saja, sebagian dari mereka gap year dan memilih bekerja. Biasanya jika sudah memegang uang rada malas untuk kuliah karena sudah merasakan nikmatnya mendapat penghasilan. Alex akhirnya masuk kuliah juga, hidup sebagai mahasiswa, udah gitu kuliah di jurusan antah berantah. Mengapa antah berantah? Karena Alex sama sekali gak paham apa itu akuntansi, sebenarnya ia lolos ilmu komunikasi namun karena keadaan fisik yang tak mendukungnya akhirnya ia dilempar ke akuntansi oleh Bapak Rektor yang terhormat."Mama, Alex berangkat dulu," Alex pamit terburu-buru. ."Iya Lex, kuliah yang bener ya," pesan Mama, "Oh ya, ini Mama bikin bekel, bawa ya." Mama memasukkan kotak bekal ke tas Alex lalu pergi ke kampus,
Alex mengmbilsmartphone di atas meja belajar, membuka pesan whatsappia berniat mengirim pesan untuk Dwiky. Dwiky pernah bilang kalo di Universitas Nusa Bangsa sedang mengadakan job fair, ia berharap itu salah satu kesempatan untuknya.AbinayaAlexi"Ky, job fair di Nusa Bangsa kapan?""Mau daftar gak?"DwikySatya"MasihLex,jobfairNusa Bangsa tanggal3-5januari2018,kaloguesihiya,lumaugak?"AbinayaAlexi"Aku iya ikut, makanya nanya kamu ky,"Dwikysatya"Besoklu 
Jam 10 tepat Alex sampai di rumah Dwiky, Alex yang diantar Mamang JK turun di depan gerbang rumah, gerbang tinggi berwarna hitam, rumah yang sangat besar, ia berasal dari kalangan keluarga berada, dan apapun ada di dalamnya sangat mewah, mau apa tinggal ambil dan tersedia.Alex memencet bel, tak lama asisten rumah tangga keluar membuka pintu gerbang."Silahkan masuk, Den Alex," Bi Riska mempersilahkan Alex masuk sambil tersenyum."Makasih Bibi Riska paling cantik," Alex membalas senyuman Bi Riska, membungkukan badan lalu berlalu meninggalkan Bi Riska yang menutup pintu gerbang.***Alex sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh keluargaDwiky. Dwiky anak tunggal yang kemungkinan besar akan mewariskan seluruhasetkeluarga namun Dwiky tidak ingin menerima uang begitu saja karena ia bukan lagi anak kecil yang bisa minta seenaknya saja, yang dia mau adalah bekerja kerad dan merasakan hasil dari ke
"Ma, Alex pulang," Alex membuka pintu rumah berwarna coklat berukiran kayu jepara.Alex masuk rumahnya yang sepi, ga kaya biasanya, Mama selalu menonton FTV sekali tayang yang isinya kadang alay-alay gimana gitu, dan kebiasaaan Mama selalu ngoceh sendiri karena kesal dengan jalan cerita yang sebenarnya sudah bisa ditebak.Alex menelusuri rumahnya, berjalan menuju taman belakang, ia rasa Mama ada di sana dengan Anggit. Hobi Mama ngerumpi jadi kalau Anggit pulang mereka selalu membuat konser di rumah karena obrolan rumpi yang dianggap tidak perlu dibicarakan oleh kaum adam.Benar dugaannya, Mama dan Anggit sedang ngerumpi di taman belakang, taman ini sangat indah, ada bunga matahari, kolam ikan kecil, dan beberapa sayuran yang ditanam dengan hidroponik, Mama memanfaatkan waktu luangnya untuk berkebun."Ma, dipanggilin juga," Alex membuka pintu menuju halaman, Mama dan Anggit cuma senyum."Iya Lex, Kenapa?" Tanya Mama dan meminta Alex duduk di a
Keluarga Alex dan Dwiky sangat senang mendengar kabar anak laki-laki mereka lolos jobfairdan berhasil menjadi Dosen di salah satu kampus swasta ternama di kota Bogor. Keluarga mereka sebenarnya menjanjikan pekerjaan yang layak untuk anak-anaknya, Papa Alex adalah pemilik perusahaanberbasis game dan Papa Dwiky pemilik perusahaan berbasis properti dan investasi.Tidak hanya kaya secara materi namun keluarga mereka juga kaya secara spiritual dan hidup dalam kesederhanaan, Alex, Dwiky, Sunny, dan Anggit adalah generasi penerus keluarga namun mereka hanya berdandan dan berpakaian sederhana hingga terlihat dari kalangan keluarga sederhana.Anggit, adik Alex yang punya sifat manja, masih menjalani pendidikan di bangku kuliah, ia sangat cantik dan sempurna sebagai wanita. Anggit berbeda lima tahun dari Alex dan sangat lengket dengan Kakaknya, baik Alex atau Sunny. Mereka sangat menyayangi adik kesayangannya terutama A
"Menerima kehidupan bukan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun terjadi karena sebuah kebetulan." -Andrea Hinata-Tak ada manusia yang sempurna, seberapa tinggi derajatnya, skill, dan hal lainnya, dibalik semua itu pasti ada kekurangan hanya saja mereka bisa menutupi dengan berbagai cara yang halus."Semakin sering ia tertawa, semakin sering pula ia menangis." seperti itulah gambaran diriku sekarang. Aku cewek cantik, pintar dan introvert, tapi kalian tertipu dengan wajah yang selalu tersenyum dan senang akan keramaian, padahal aku yang sebenarnya jauh dari apa yang kalian bayangkan."Apa yang terlihat belum tentu itu yang terjadi." aku suka kata ini karena bisa saja orang menunjukan kehidupan bahagia di social media dan khalayak umum namun kehidupan aslinya tak seindah itu.Masa lalu akan menentukan masa depan, tapi bagaimana jika seorang gadis mempunyai masa lalu yang bisa dibilang kurang baik namun harus b
Keluarga Alex dan Dwiky sangat senang mendengar kabar anak laki-laki mereka lolos jobfairdan berhasil menjadi Dosen di salah satu kampus swasta ternama di kota Bogor. Keluarga mereka sebenarnya menjanjikan pekerjaan yang layak untuk anak-anaknya, Papa Alex adalah pemilik perusahaanberbasis game dan Papa Dwiky pemilik perusahaan berbasis properti dan investasi.Tidak hanya kaya secara materi namun keluarga mereka juga kaya secara spiritual dan hidup dalam kesederhanaan, Alex, Dwiky, Sunny, dan Anggit adalah generasi penerus keluarga namun mereka hanya berdandan dan berpakaian sederhana hingga terlihat dari kalangan keluarga sederhana.Anggit, adik Alex yang punya sifat manja, masih menjalani pendidikan di bangku kuliah, ia sangat cantik dan sempurna sebagai wanita. Anggit berbeda lima tahun dari Alex dan sangat lengket dengan Kakaknya, baik Alex atau Sunny. Mereka sangat menyayangi adik kesayangannya terutama A
"Ma, Alex pulang," Alex membuka pintu rumah berwarna coklat berukiran kayu jepara.Alex masuk rumahnya yang sepi, ga kaya biasanya, Mama selalu menonton FTV sekali tayang yang isinya kadang alay-alay gimana gitu, dan kebiasaaan Mama selalu ngoceh sendiri karena kesal dengan jalan cerita yang sebenarnya sudah bisa ditebak.Alex menelusuri rumahnya, berjalan menuju taman belakang, ia rasa Mama ada di sana dengan Anggit. Hobi Mama ngerumpi jadi kalau Anggit pulang mereka selalu membuat konser di rumah karena obrolan rumpi yang dianggap tidak perlu dibicarakan oleh kaum adam.Benar dugaannya, Mama dan Anggit sedang ngerumpi di taman belakang, taman ini sangat indah, ada bunga matahari, kolam ikan kecil, dan beberapa sayuran yang ditanam dengan hidroponik, Mama memanfaatkan waktu luangnya untuk berkebun."Ma, dipanggilin juga," Alex membuka pintu menuju halaman, Mama dan Anggit cuma senyum."Iya Lex, Kenapa?" Tanya Mama dan meminta Alex duduk di a
Jam 10 tepat Alex sampai di rumah Dwiky, Alex yang diantar Mamang JK turun di depan gerbang rumah, gerbang tinggi berwarna hitam, rumah yang sangat besar, ia berasal dari kalangan keluarga berada, dan apapun ada di dalamnya sangat mewah, mau apa tinggal ambil dan tersedia.Alex memencet bel, tak lama asisten rumah tangga keluar membuka pintu gerbang."Silahkan masuk, Den Alex," Bi Riska mempersilahkan Alex masuk sambil tersenyum."Makasih Bibi Riska paling cantik," Alex membalas senyuman Bi Riska, membungkukan badan lalu berlalu meninggalkan Bi Riska yang menutup pintu gerbang.***Alex sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh keluargaDwiky. Dwiky anak tunggal yang kemungkinan besar akan mewariskan seluruhasetkeluarga namun Dwiky tidak ingin menerima uang begitu saja karena ia bukan lagi anak kecil yang bisa minta seenaknya saja, yang dia mau adalah bekerja kerad dan merasakan hasil dari ke
Alex mengmbilsmartphone di atas meja belajar, membuka pesan whatsappia berniat mengirim pesan untuk Dwiky. Dwiky pernah bilang kalo di Universitas Nusa Bangsa sedang mengadakan job fair, ia berharap itu salah satu kesempatan untuknya.AbinayaAlexi"Ky, job fair di Nusa Bangsa kapan?""Mau daftar gak?"DwikySatya"MasihLex,jobfairNusa Bangsa tanggal3-5januari2018,kaloguesihiya,lumaugak?"AbinayaAlexi"Aku iya ikut, makanya nanya kamu ky,"Dwikysatya"Besoklu 
Libur SMA untuk kelas XII sangat membosankan, mereka masuk ke kehidupan yang sebenarnya, dimana mereka harus memilih dunia kerja atau bangku kuliah, jika memungkinkan menjalankan keduanya. Tidak banyak teman Alex yang melanjutkan kuliah, hanya beberapa orang saja, sebagian dari mereka gap year dan memilih bekerja. Biasanya jika sudah memegang uang rada malas untuk kuliah karena sudah merasakan nikmatnya mendapat penghasilan. Alex akhirnya masuk kuliah juga, hidup sebagai mahasiswa, udah gitu kuliah di jurusan antah berantah. Mengapa antah berantah? Karena Alex sama sekali gak paham apa itu akuntansi, sebenarnya ia lolos ilmu komunikasi namun karena keadaan fisik yang tak mendukungnya akhirnya ia dilempar ke akuntansi oleh Bapak Rektor yang terhormat."Mama, Alex berangkat dulu," Alex pamit terburu-buru. ."Iya Lex, kuliah yang bener ya," pesan Mama, "Oh ya, ini Mama bikin bekel, bawa ya." Mama memasukkan kotak bekal ke tas Alex lalu pergi ke kampus,
"Mama, Papa, Alex berangkat registrasi ulang dulu ya," Alex mengambil tas lalu mencium tangan kedua orang tuanya."Iya, hati-hati ya, Lex," pesan Papa lalu memeluk Alex bbergantian dengan Mama.Seperti biasa Alex diantar supir keluarga kemana saja dia pergi, satu jam waktu yang Alex perlukan untuk sampai kampus ternama di Kota Bogor."Mang JK pulang duluan aja, aku lama kayanya," Alex meminta sang supir pulang duluan karena takutnya Alex lama."Iya Den Alex, kalo udah mau pulangchatMamang saja, biar Aden gak nunggu lama," Mang JK meminta Alex mengiriminya pesan sebelum pulang agar tak perlu menunggu lama, saat Mang JK sampai bisa langsung pulang jadinya."Siap Mang," jawab AlexMamang JK pulang duluan, Alex masuk menunggu namanya dipanggil, namun sebelum itu ia diminta seorang staf menemui Bapak RektorAlex membuka pintu bertuliskan rektor, ruangan itu dipisah dengan ruang lain, Alex masuk ke ruangan i
Alex anak yang pintar saat SMA, ia juga aktif di OSIS, dan pandai di kelas, Hari ini setiap mata pelajaran ada tugas, mulai dari kimia sampai ilmu ekonomi dan hari ini Alex dikerubungi teman sekelas, walaupun Alex sudah baik terhadap mereka tapi setiap ada kesempatan selalu mengejek Alex tanpa mengingat sudah memanfaatkan kecerdasan Alex.Alex tak masalah dengan perlakuan teman-temannya yang selalu menyepelekan dirinya karena fisik yang tak sempurna. Alex sama sekali tidak membalas karena dia tau jika membalas mereka artinya sama saja tidak bersyukur atas pemberianNya, dia mengabaikan segala cacian jika ada yang menghinanya.***Alex siap-siap, waktu menunjukan pukul 05.30, ia segera mandi dan mengambil seragam lalu bergegas ke sekolah."I'mready." ucap Alex membuka pintu kamar dengan laptop yang jarang dibawanya ke sekolah.Mama menyiapkan nasi gorengseafood untuk
Duaanak cowok sedang bermain bola di halaman rumah Alex, Alex bermain denganDwiky, mereka bersahabat baik dan Dwiky selalu menemani Alex setiap saat, sedari dulu, maka dari itu Alex tak bisa mengungkapkan Dwiky dalam kata-kata karena sahabatnya sangat baik, selalu ada, tak pernah meninggalkannya saat yang lain mengabaikan dan selalu mengejeknya, Dwiky adalah salah satu sahabat dekat Alex mereka nengenal dari kecil karena orang tua mereka juga bersahabat dari muda.Dwiky adalah anak yang sempurna secara fisik dan mental, secara fisik ia mempunyai perawakan seperti Alex, berwajah tampan, sangat disenangi gadis satu sekolah dan kuliah, anak basket, pokoknya idaman banget, berbeda jauh dengan Alex yang tak sempurna, selalu dikucilkan, diejek, dijauhi. Alex memang diam, tak melawan karena tau semua hal itu tak berguna dan akan membuat nilainya buruk dimata mereka yang tidak menyukai dirinya.***Alex kecil bermain bola sepak dengan Dwiky di halaman
Dari aku yang mencoba bangkit dari hinaan mereka...Siapa manusia yang ingin terlahir dalam keadaan kekurangan, baik secara fisik atau mental? Tidak ada bukan? Tentunya siapapun ingin lahir secara normal baik fisik atau mental. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak sempurna? Apa mereka tak berhak bahagia? Apakah mereka terlahir hanya untuk dihina? Apa mereka patut untuk ditertawakan? Tidak inginkah merangkul mereka? Apa kita merasa sudah menjadi manusia paling sempurna dan menggap dia rendah dan pantas diabaikan?Aku merasa dunia tidak adil, mereka memandang rendah kaum disabilitas sepertiku, menutup sebelah mata dan hanya melihat kekurangan tanpa melihat terlebih mengakui kelebihanku.Cowok dewasa yang selalu dihina karena kekurangan fisiknya itu adalah aku, tubuhku tinggi semampai, putih, tampan rupawan dan punya kelebihan yang bisa dibanggakan tapi sayang mereka hanya melihat kekurangan dan selalu mengejek seakan mereka sempurna.Aku Abinaya Alexi co