Delapan tahun lalu, di tengah terik matahari, di suatu tempat di Kota Golden Valley. Seorang wanita berjalan cepat sambil menggandeng erat tangan putrinya. Untuk melindungi dari terik mentari yang menyengat kala itu, sambil berjalan mereka berteduh di bawah payung berwarna putih. Pada tepi payung itu terdapat ulir berwarna emas yang memantulkan sinar mentari dan sedikit menyilaukan bagi mereka yang melihatnya langsung.
Wanita itu baru saja pulang dari klinik seorang psikiater, merasa tidak puas dengan hasil yang ia terima. Entah sudah berapa banyak psikiater dan psikolog yang mereka kunjungi, namun tak seorang pun dapat mengobati apalagi menyelesaikan masalah putrinya. Jawaban yang mereka berikan hampir sama, dan hanya menambah frustrasi wanita itu.
Selama ini ia seringkali mendapatkan laporan dari pihak sekolah atau teman sekelas putrinya, terkait kepribadiannya yang aneh. Ia seringkali berteriak ketakutan akan sesuatu hal, atau mengatakan hal-hal yang menyeramkan di
Suatu pagi di Hutan Golden Forrest Claudia sedang berkeliling sendirian menelusuri hutan itu. Dua hari belakangan ini, ia sedikit terusik dengan aktivitas beberapa warga yang keluar masuk hutan, sedang mencari-cari sesuatu. Karena penasaran ia pun juga mencoba berkeliling hutan, barangkali ia dapat menemukan sesuatu yang menarik. Di tengah petualangan kecilnya itu, di hutan yang teramat familiar baginya ini, ia berjumpa dengan seorang wanita dewasa. Dari kejauhan ia memperhatikan wanita itu, dengan pakaian yang tidak rapi membalut tubuh rampingnya. Ia mendekati wanita itu, dan bertanya kepadanya. “Selamat pagi, Bu, apa yang sedang anda lakukan di sini?” tanya Claudia. Wanita itu menoleh ke belakangnya, lalu menunjuk dirinya sendiri. “Kamu berbicara padaku?” tanya wanita. “Ya, memangnya siapa lagi yang ada disini,” kata Claudia. “Ah, maafkan aku. Perkenalkan, namaku Sherly … Sherly Bell, saat ini aku sedang tersesat di hutan ini. Mungkin karena
Ketika Sherly membuka pintu, Claudia telah menyambutnya di depan rumah. “Mengapa kamu berbohong?” tanya Claudia. Wanita itu tersenyum. “ Karena setiap ibu punya satu dua kebohongan yang disimpan, demi kebahagiaan anak-anaknya,” jawab wanita itu. “Betulkah begitu ? Ibu yakin ini baik-baik saja?” tanya Claudia. Sherly mengangguk pelan.”Memangnya bagian mana dari perkataanku yang tampak sebagai kebohongan?” tanya Sherly. “Aku tidak mendengar banyak percakapan kalian, terlebih lagi apa yang kalian bincangkan di dalam rumah. Namun, aku bisa pastikan kalimatmu , ‘Ibu tidak akan meninggalkanmu lagi’ adalah kebohongan,” kata Claudia. Setelah mendengar pernyataan Claudia, isak tangis Sherly pecah, mengakui kebohongannya itu. “Bahkan arwah pun bisa menangis, aku baru tahu akan hal ini,” kata Claudia. Wanita itu membersihkan air matanya. “Jadi, kamu sudah tahu tentang diriku?” tanya Sherly. “Tentu saja, bahkan dari pertama
Di waktu sekarang, di sebuah sungai yang mengalir deras itu, dalam Hutan Golden Forrest, Claudia berdiri termangu memandang perempuan di hadapannya. Ia kaget melihat kehadirannya yang tiba-tiba, memegang erat tangkai payung putih yang sangat familiar baginya. Sosok itu mengenakan topi bundar kecoklatan, yang kini sedikit diangkatnya, membuat wajahnya dapat terlihat keseluruhan. Perempuan itu mengenakan kacamata dengan bingkai berwarna hitam, dan menyandang sebuah tas yang juga berwarna hitam. Di sebelah sosok itu, berdiri pula seorang gadis kecil, dan dengan cepat ia mengetahui bahwa anak itu bukanlah manusia. Perempuan itu tersenyum. “ Apakah kamu Claudia?” tanyanya. “Frieda, A-apa yang sedang kamu lakukan di sini?” Claudia balik bertanya. “Melihat reaksimu yang seperti itu, sepertinya kamu benar Claudia,” balas Frieda. Frieda memperhatikan Claudia, dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu tersenyum kepadanya. “Sepertinya kamu bukan manusia,
Jack menjelaskan bahwa dahulu ia membimbing salah satu juniornya untuk ujian akhir, jika lulus barulah juniornya itu dapat mengemban tanggung jawabnya sebagai malaikat. Dalam ujian itu, ia memintanya untuk menuntun roh dari Rin Ellon. Tetapi juniornya itu menolak untuk melakukannya, lalu kabur bersama roh Rin, dan bersembunyi di dalam kota.Sebenarnya Jack tahu dimana ia tinggal, dan selama ini dia selalu mengawasinya. Ia jugalah yang menjamin juniornya itu sehingga ia tidak mendapat hukuman. Secara diam-diam dia jugalah yang mengirimkan uang untuk biaya hidup juniornya itu sebagai manusia, tetapi ia tidak menjelaskan darimana ia mendapatkan uang tersebut.Jack sudah terlalu lama menunggu, dan kemungkinan ia tidak bisa menjamin juniornya itu lebih lama lagi. Oleh karena itu, ia meminta bantuan Claudia untuk membantu juniornya itu, menyelesaikan ujiannya yang telah tertunda hampir sembilan tahun, sehingga ia tidak mendapatkan hukuman yang berat.Saat ini mereka t
Tok … Tok …Tok “Tarisa buka pintunya, ada sesuatu yang ingin kami bahas denganmu,” kata Frieda sambil mengetuk pintu. “Aku tidak tahu apa yang ingin kalian bahas denganku, tapi kumohon pergilah … terutama kamu, Senior, aku belum ingin kembali!” balas Tarisa. Frieda menatap ke arah Jack, berharap dia memiliki solusi untuk membujuk Tarisa. Jack sempat memikirkan cara untuk masuk dengan paksa atau menembus pintu itu dengan kemampuannya, namun urung karena itu hanya akan menambah masalah. Oleh sebab itu ia memikirkan pendekatan yang lebih halus lagi untuk menyelesaikan masalah. Tak lama kemudian mereka bertiga secara kompak menatap ke arah Rin. “Rin, bisa kamu masuk dan membujuk Tarisa?” tanya Jack. “Tapi, sepertinya kak Tarisa memang tidak ingin bertemu dengan kalian,” balas Rin. “Dengar Rin, dia hanya salah paham terhadap semua ini. Kami datang untuk membantunya, juga kamu, jadi tolong sampaikanlah ini kepadanya. Aku yakin dia past
Sepuluh tahun lalu, sebuah mobil bercat hitam mengkilat, berhenti di lapangan parkir sebuah rumah sakit. Dengan sigap pria yang mengendarai mobli itu, beranjak keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang di belakang. Setelah pintu itu dibuka, seorang wanita keluar dari sana.Dia adalah Sarah Ellon, istri dari Freddy Ellon kepala keluarga Ellon saat itu. Sebelum ia meninggalkan lapangan parkir itu, ia berpesan pada supirnya itu untuk menjemput barang pesanannya pada toko yang mereka kunjungi beberapa waktu lalu. Supir itu menyanggupi, segera bergegas untuk mengambil barang pesanan tersebut.Ketika memasuki rumah sakit, staf di sana langsung menyapanya sopan. Orang-orang di sana sangat mengenali wanita itu, bukan karena sekadar ia berasal dari keluarga Ellon, namun karena ia seringkali berkunjung ke tempat itu hampir lima tahun terakhir.Rumah sakit yang wanita itu kunjungi adalah rumah sakit terbaik di Kota Golden Valley, yang didirikan di Distrik Utara. Rum
Halo semuanya, terima kasih telah mendukung novel pertama tulisan author ini. Tidak terasa sudah 42 bab author mempublish kisah ini di platform Good Novel. Meskipun sepertinya minat pembaca disini agak kurang terhadap tema yang author bawa ini, namun melihat masih ada segelintir orang yang mau melanjutkan membaca, membuat author tetap bersemangat untuk terus melanjutkan menulis. Maaf, minggu kemarin, author benar-benar jarang update terlebih lagi mulai minggu ini author sudah mulai kembali aktif kuliah. Buat kalian yang masih penasaran dengan kelanjutan kisah novel ini bisa terus mengikuti chapter baru novel ini setiap senin, rabu, dan jumat.Sekali lagi author minta maaf atas pengurangan frekuensi update ini, author harap kalian masih mau terus mengikuti kisah ini sampai tamat. Salam hangat dari Author.
Setelah cukup lama menangis, Rin akhirnya tertidur. Karena khawatir akan kondisi putrinya, ia meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan, dan mengecek kondisi tubuh Rin.Sarah membawa keluar bola kristal itu, dan duduk di kursi tunggu di luar ruangan itu. Ia memperhatikan bola kristal yang retak tersebut, dan memutuskan untuk tidak menggunakannya sebagai hadiah. Bola kristal itu sudah ia pesan jauh-jauh hari dan tak mungkin ia memaksa untuk membuat bola kristal baru dalam waktu satu hari.Melihat Sarah yang kebingunan, seorang perawat wanita di rumah sakit itu datang menghampirinya.“Nyonya Sarah, apa ada masalah?” tanya perawat itu.“Ah,Vanesa, aku hanya sedang kebingungan tentang hadiah ulang tahun putriku,” kata Sarah pada perawat yang tak lagi muda itu, mereka telah kenal cukup lama semenjak Rin berada di rumah sakit itu. “Rin tak sengaja merusak bola kristal yang telah kusiapkan untuk Riana, sekarang aku tidak tahu harus