Halo semuanya, terima kasih telah mendukung novel pertama tulisan author ini. Tidak terasa sudah 42 bab author mempublish kisah ini di platform Good Novel. Meskipun sepertinya minat pembaca disini agak kurang terhadap tema yang author bawa ini, namun melihat masih ada segelintir orang yang mau melanjutkan membaca, membuat author tetap bersemangat untuk terus melanjutkan menulis.
Maaf, minggu kemarin, author benar-benar jarang update terlebih lagi mulai minggu ini author sudah mulai kembali aktif kuliah. Buat kalian yang masih penasaran dengan kelanjutan kisah novel ini bisa terus mengikuti chapter baru novel ini setiap senin, rabu, dan jumat.Sekali lagi author minta maaf atas pengurangan frekuensi update ini, author harap kalian masih mau terus mengikuti kisah ini sampai tamat.
Salam hangat dari Author.
Setelah cukup lama menangis, Rin akhirnya tertidur. Karena khawatir akan kondisi putrinya, ia meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan, dan mengecek kondisi tubuh Rin.Sarah membawa keluar bola kristal itu, dan duduk di kursi tunggu di luar ruangan itu. Ia memperhatikan bola kristal yang retak tersebut, dan memutuskan untuk tidak menggunakannya sebagai hadiah. Bola kristal itu sudah ia pesan jauh-jauh hari dan tak mungkin ia memaksa untuk membuat bola kristal baru dalam waktu satu hari.Melihat Sarah yang kebingunan, seorang perawat wanita di rumah sakit itu datang menghampirinya.“Nyonya Sarah, apa ada masalah?” tanya perawat itu.“Ah,Vanesa, aku hanya sedang kebingungan tentang hadiah ulang tahun putriku,” kata Sarah pada perawat yang tak lagi muda itu, mereka telah kenal cukup lama semenjak Rin berada di rumah sakit itu. “Rin tak sengaja merusak bola kristal yang telah kusiapkan untuk Riana, sekarang aku tidak tahu harus
“Menurut panduan, ia akan meninggal dalam tujuh hari lagi. Sebagai pembelajaranmu, amatilah kesehariannya sampai waktu itu dan laporkan padaku,” kata malaikat pria itu yang di balas anggukan ringan oleh malaikat yang lebih junior darinya itu.Malaikat pria itu meninggalkannya sendirian untuk melaksanakan tugasnya yang lain, sementara malaikat wanita itu melaksanakan apa yang disuruh kepadanya, mengamati keseharian Rin sampai tujuh hari ke depan.Keberadaan malaikat itu tidak bisa dirasakan oleh siapapun dan sudah tiga hari ia mengamati tubuh mungil yang terbaring lemas di ruangan sempit itu. Beberapa kali ia bisa melihat orang-orang berjas putih yang lalu lalang di ruangan itu serta ibu Rin yang selalu setia menemani putrinya.Malaikat itu merasa kasihan pada Rin, karena berdasarkan informasi yang ia terima dari seniornya, Rin bahkan belum pernah keluar dari rumah sakit itu sejak ia dilahirkan. Malaikat itu bisa melihat dengan jelas aliran energi sup
Mendengar Rin yang seperti mengajaknya bicara, membuat malaikat itu kaget.“Kamu bicara padaku?” tanya malaikat itu, barangkali ia hanya salah dengar dan kebetulan mata anak itu melihat ke arahnya.“Ya, Rin heran, kakak hanya berdiri di sana sepanjang hari selama empat hari terakhir. Orang-orang berjas putih itu, perawat, bahkan ibu terus mengabaikanmu. Kakak pasti sangat kesepian ya,” kata Rin.“Kamu bisa melihatku?” tanya malaikat itu yang masih kaget, ia yakin telah menyembunyikan keberadaannya.Rin hanya menggangguk pelan membalasnya.“Jika kakak tidak keberatan, kaka bisa duduk disampingku, pasti sangat membosankan hanya berdiri di sana sepanjang hari,” ucap Rin.“Aku rasa itu tidak terlalu berbeda jauh darimu, yang terbaring di sana sepanjang hari,” ucap malaikat itu sambil membuka tudungnya.Rin tertawa kecil, sementara malaikat itu berjalan mendekatinya, lalu duduk di
Malam itu tiba-tiba terjadi perburukan pada tubuh Rin, ia mengalami banyak kegagalan fungsi organ, bahkan sebagian jaringan otaknya mati secara mendadak.Beruntung nyawanya masih bisa di selamatkan saat itu, tetapi karena mengalami banyak kerusakan jaringan otak, ia telah kehilangan banyak fungsi motorik dan sensorik, membuatnya tak mampu lagi mengerakkan sebagian besar tubuhnya ataupun bicara. Ia masih dalam keadaan koma, sampai akhirnya Riana, Frans, ayah dan ibunya datang mengunjunginya.Ketika orang-orang itu tiba di sana, perlahan-lahan Rin dapat membuka matanya. Dengan sigap ibunya memanggil dokter yang berjaga, untuk melakukan pemeriksaan. Dokter menjelaskan situasinya dan penjelasan itu membuat mereka semua terpukul.Setelah dilakukan pemeriksaan barulah orang-orang itu masuk ke dalam ruangan itu, mulai berkata-kata kepadanya, satu per satu secara bergantian. Namun, Rin tidak bisa mengerti apa yang mereka ucapkan karena kerusakan fungsi sensorik ba
Setelah perjalanan cukup panjang dengan bus, mereka akhirnya tiba di taman kota yang berada di Distrik Utara. Di taman itu tersedia banyak fasilitas bermain untuk anak-anak dan warga kota lainnya untuk bersantai. Mereka memasuki taman itu dan duduk di kursi taman dekat salah satu bak pasir yang lebih sepi dikunjungi. “Kak Tarisa, Rin ingin bermain pasir lagi,” katanya sambil menunjuk bak pasir yang tidak jauh dari sana. “Boleh saja, tapi sepertinya dari yang aku perhatikan tadi, anak-anak bermain pasir dengan ember dan beberapa alat untuk mencetak. Peralatan itu disewakan di sana, jika tidak keberatan aku akan pergi ke sana dan menyewa satu untukmu,” kata Tarisa. “Ya, Kak, Rin mau,” ujar Rin. Tarisa bergegas ke tempat yang disinggungya tadi, meninggalkan Rin duduk sendirian di kursi taman itu. Sambil menunggu ia mengayunkan kakinya perlahan sambil menyanyi kecil. Sampai suatu ketika seorang anak perempuan datang mendekatinya. “Ka-kamu …
Pada awal pelarian mereka, mereka sama sekali tidak memiliki tempat tinggal. Jadi, mereka akan beristirahat di halte bus, pinggiran toko, atau taman kota. Seperti yang ia janjikan, Tarisa mengabulkan permintaan Rin untuk tetap bermain bersama Frieda. Setiap hari Frieda akan datang ke bak pasir yang sama di taman, dan mereka bermain di tempat itu.Sementara itu, Tarisa mengawasi mereka dari kejauahan, melihat gerak-gerik Jack atau malaikat lainnya yang mungkin mengejarnya dan Rin. Saat matahari terbenam, ia akan menjemput Rin.Pada waktu itu, Tarisa sengaja membuat dirinya terlihat. Ia dan Rin berjalan-jalan di sekitar komplek apartemen dan penyewaan rumah. Ia rasa punya tempat tinggal untuk bersembunyi akan jauh lebih baik daripada hidup tidak jelas di luar.Ia masih memiliki sisa uang pemberian Jack, tidak terlalu banyak, namun ia rasa itu cukup untuk menyewa sebuah kamar apartemen di sana.Kemudian tibalah ia di sebuah apartemen berlantai dua yang tampa
Sudah hampir dua minggu Tarisa tinggal di kamar apartemen itu bersama roh Rin. Di sana ia menemukan beberapa keanehan seperti laci yang berisi banyak uang. Di laci itu juga terdapat pesan untuk tanpa segan menggunakan uang tersebut. Tarisa menanyakan keanehan itu kepada pria paruh baya pemilik apartemen yang dahulu menawarkan kamar itu kepadanya, tetapi ia tidak tahu apa-apa dan menyarankan padanya untuk menggunakan uang itu sesuai dengan pesan yang tertulis di sana.Pada awalnya, Tarisa tidak ingin menggunakan uang itu, namun lama kelamaan uang yang ia miliki semakin menipis, karena dengan wujud manusia maka ia juga akan memiliki kebutuhan seperti manusia, dan ia membutuhkan uang untuk memenuhinya.Oleh karena itu, ia berniat untuk mencari pekerjaan. Namun, karena ia tidak memiliki banyak dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan Kota Golden Valley, membuatnya tidak bisa mendapatkan pekerjaan bahkan paruh waktu sekalipun. Akhirnya ia menyerah dan mengguna
Hampir dua tahun bermain sendirian di bak pasir taman itu, tidak membuat Rin menyerah, ia terus menunggu kedatangan Frieda dan datang ke tempat itu setiap hari. Sementara itu, Tarisa masih melanjutkan penyelidikannya meski tidak ada kemajuan yang berarti. Hari-hari mereka berlangsung damai, kekhawatiran Tarisa akan malaikat lain yang mengejar mereka sepertinya hampir hilang dan dengan demikian ia telah menurunkan kewaspadaannya. Meskipun demikian ia yakin, mereka hanya membiarkan dirinya untuk sementara waktu, dan sebuah hukuman besar telah disiapkan untuknya. Karena itu, sebelum hukumannya tiba, ia bertekad untuk dapat segera mewujudkan keinginan Rin. Suatu hari ketika mencoba berkeliling kota sendirian, Tarisa melihat anak-anak perempuan dengan seragam sekolah pulang bersama dengan teman-temannya. Ia melihat mereka tampak bahagia, bersenda gurau dan sibuk membicarakan soal kegiatan liburan mereka. Melihat itu, terbesit rasa penasaran dalam diri Tarisa, ingin mencob