Di waktu sekarang, di sebuah sungai yang mengalir deras itu, dalam Hutan Golden Forrest, Claudia berdiri termangu memandang perempuan di hadapannya. Ia kaget melihat kehadirannya yang tiba-tiba, memegang erat tangkai payung putih yang sangat familiar baginya.
Sosok itu mengenakan topi bundar kecoklatan, yang kini sedikit diangkatnya, membuat wajahnya dapat terlihat keseluruhan. Perempuan itu mengenakan kacamata dengan bingkai berwarna hitam, dan menyandang sebuah tas yang juga berwarna hitam. Di sebelah sosok itu, berdiri pula seorang gadis kecil, dan dengan cepat ia mengetahui bahwa anak itu bukanlah manusia.
Perempuan itu tersenyum. “ Apakah kamu Claudia?” tanyanya.
“Frieda, A-apa yang sedang kamu lakukan di sini?” Claudia balik bertanya.
“Melihat reaksimu yang seperti itu, sepertinya kamu benar Claudia,” balas Frieda.
Frieda memperhatikan Claudia, dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu tersenyum kepadanya. “Sepertinya kamu bukan manusia,
Jack menjelaskan bahwa dahulu ia membimbing salah satu juniornya untuk ujian akhir, jika lulus barulah juniornya itu dapat mengemban tanggung jawabnya sebagai malaikat. Dalam ujian itu, ia memintanya untuk menuntun roh dari Rin Ellon. Tetapi juniornya itu menolak untuk melakukannya, lalu kabur bersama roh Rin, dan bersembunyi di dalam kota.Sebenarnya Jack tahu dimana ia tinggal, dan selama ini dia selalu mengawasinya. Ia jugalah yang menjamin juniornya itu sehingga ia tidak mendapat hukuman. Secara diam-diam dia jugalah yang mengirimkan uang untuk biaya hidup juniornya itu sebagai manusia, tetapi ia tidak menjelaskan darimana ia mendapatkan uang tersebut.Jack sudah terlalu lama menunggu, dan kemungkinan ia tidak bisa menjamin juniornya itu lebih lama lagi. Oleh karena itu, ia meminta bantuan Claudia untuk membantu juniornya itu, menyelesaikan ujiannya yang telah tertunda hampir sembilan tahun, sehingga ia tidak mendapatkan hukuman yang berat.Saat ini mereka t
Tok … Tok …Tok “Tarisa buka pintunya, ada sesuatu yang ingin kami bahas denganmu,” kata Frieda sambil mengetuk pintu. “Aku tidak tahu apa yang ingin kalian bahas denganku, tapi kumohon pergilah … terutama kamu, Senior, aku belum ingin kembali!” balas Tarisa. Frieda menatap ke arah Jack, berharap dia memiliki solusi untuk membujuk Tarisa. Jack sempat memikirkan cara untuk masuk dengan paksa atau menembus pintu itu dengan kemampuannya, namun urung karena itu hanya akan menambah masalah. Oleh sebab itu ia memikirkan pendekatan yang lebih halus lagi untuk menyelesaikan masalah. Tak lama kemudian mereka bertiga secara kompak menatap ke arah Rin. “Rin, bisa kamu masuk dan membujuk Tarisa?” tanya Jack. “Tapi, sepertinya kak Tarisa memang tidak ingin bertemu dengan kalian,” balas Rin. “Dengar Rin, dia hanya salah paham terhadap semua ini. Kami datang untuk membantunya, juga kamu, jadi tolong sampaikanlah ini kepadanya. Aku yakin dia past
Sepuluh tahun lalu, sebuah mobil bercat hitam mengkilat, berhenti di lapangan parkir sebuah rumah sakit. Dengan sigap pria yang mengendarai mobli itu, beranjak keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang di belakang. Setelah pintu itu dibuka, seorang wanita keluar dari sana.Dia adalah Sarah Ellon, istri dari Freddy Ellon kepala keluarga Ellon saat itu. Sebelum ia meninggalkan lapangan parkir itu, ia berpesan pada supirnya itu untuk menjemput barang pesanannya pada toko yang mereka kunjungi beberapa waktu lalu. Supir itu menyanggupi, segera bergegas untuk mengambil barang pesanan tersebut.Ketika memasuki rumah sakit, staf di sana langsung menyapanya sopan. Orang-orang di sana sangat mengenali wanita itu, bukan karena sekadar ia berasal dari keluarga Ellon, namun karena ia seringkali berkunjung ke tempat itu hampir lima tahun terakhir.Rumah sakit yang wanita itu kunjungi adalah rumah sakit terbaik di Kota Golden Valley, yang didirikan di Distrik Utara. Rum
Halo semuanya, terima kasih telah mendukung novel pertama tulisan author ini. Tidak terasa sudah 42 bab author mempublish kisah ini di platform Good Novel. Meskipun sepertinya minat pembaca disini agak kurang terhadap tema yang author bawa ini, namun melihat masih ada segelintir orang yang mau melanjutkan membaca, membuat author tetap bersemangat untuk terus melanjutkan menulis. Maaf, minggu kemarin, author benar-benar jarang update terlebih lagi mulai minggu ini author sudah mulai kembali aktif kuliah. Buat kalian yang masih penasaran dengan kelanjutan kisah novel ini bisa terus mengikuti chapter baru novel ini setiap senin, rabu, dan jumat.Sekali lagi author minta maaf atas pengurangan frekuensi update ini, author harap kalian masih mau terus mengikuti kisah ini sampai tamat. Salam hangat dari Author.
Setelah cukup lama menangis, Rin akhirnya tertidur. Karena khawatir akan kondisi putrinya, ia meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan, dan mengecek kondisi tubuh Rin.Sarah membawa keluar bola kristal itu, dan duduk di kursi tunggu di luar ruangan itu. Ia memperhatikan bola kristal yang retak tersebut, dan memutuskan untuk tidak menggunakannya sebagai hadiah. Bola kristal itu sudah ia pesan jauh-jauh hari dan tak mungkin ia memaksa untuk membuat bola kristal baru dalam waktu satu hari.Melihat Sarah yang kebingunan, seorang perawat wanita di rumah sakit itu datang menghampirinya.“Nyonya Sarah, apa ada masalah?” tanya perawat itu.“Ah,Vanesa, aku hanya sedang kebingungan tentang hadiah ulang tahun putriku,” kata Sarah pada perawat yang tak lagi muda itu, mereka telah kenal cukup lama semenjak Rin berada di rumah sakit itu. “Rin tak sengaja merusak bola kristal yang telah kusiapkan untuk Riana, sekarang aku tidak tahu harus
“Menurut panduan, ia akan meninggal dalam tujuh hari lagi. Sebagai pembelajaranmu, amatilah kesehariannya sampai waktu itu dan laporkan padaku,” kata malaikat pria itu yang di balas anggukan ringan oleh malaikat yang lebih junior darinya itu.Malaikat pria itu meninggalkannya sendirian untuk melaksanakan tugasnya yang lain, sementara malaikat wanita itu melaksanakan apa yang disuruh kepadanya, mengamati keseharian Rin sampai tujuh hari ke depan.Keberadaan malaikat itu tidak bisa dirasakan oleh siapapun dan sudah tiga hari ia mengamati tubuh mungil yang terbaring lemas di ruangan sempit itu. Beberapa kali ia bisa melihat orang-orang berjas putih yang lalu lalang di ruangan itu serta ibu Rin yang selalu setia menemani putrinya.Malaikat itu merasa kasihan pada Rin, karena berdasarkan informasi yang ia terima dari seniornya, Rin bahkan belum pernah keluar dari rumah sakit itu sejak ia dilahirkan. Malaikat itu bisa melihat dengan jelas aliran energi sup
Mendengar Rin yang seperti mengajaknya bicara, membuat malaikat itu kaget.“Kamu bicara padaku?” tanya malaikat itu, barangkali ia hanya salah dengar dan kebetulan mata anak itu melihat ke arahnya.“Ya, Rin heran, kakak hanya berdiri di sana sepanjang hari selama empat hari terakhir. Orang-orang berjas putih itu, perawat, bahkan ibu terus mengabaikanmu. Kakak pasti sangat kesepian ya,” kata Rin.“Kamu bisa melihatku?” tanya malaikat itu yang masih kaget, ia yakin telah menyembunyikan keberadaannya.Rin hanya menggangguk pelan membalasnya.“Jika kakak tidak keberatan, kaka bisa duduk disampingku, pasti sangat membosankan hanya berdiri di sana sepanjang hari,” ucap Rin.“Aku rasa itu tidak terlalu berbeda jauh darimu, yang terbaring di sana sepanjang hari,” ucap malaikat itu sambil membuka tudungnya.Rin tertawa kecil, sementara malaikat itu berjalan mendekatinya, lalu duduk di
Malam itu tiba-tiba terjadi perburukan pada tubuh Rin, ia mengalami banyak kegagalan fungsi organ, bahkan sebagian jaringan otaknya mati secara mendadak.Beruntung nyawanya masih bisa di selamatkan saat itu, tetapi karena mengalami banyak kerusakan jaringan otak, ia telah kehilangan banyak fungsi motorik dan sensorik, membuatnya tak mampu lagi mengerakkan sebagian besar tubuhnya ataupun bicara. Ia masih dalam keadaan koma, sampai akhirnya Riana, Frans, ayah dan ibunya datang mengunjunginya.Ketika orang-orang itu tiba di sana, perlahan-lahan Rin dapat membuka matanya. Dengan sigap ibunya memanggil dokter yang berjaga, untuk melakukan pemeriksaan. Dokter menjelaskan situasinya dan penjelasan itu membuat mereka semua terpukul.Setelah dilakukan pemeriksaan barulah orang-orang itu masuk ke dalam ruangan itu, mulai berkata-kata kepadanya, satu per satu secara bergantian. Namun, Rin tidak bisa mengerti apa yang mereka ucapkan karena kerusakan fungsi sensorik ba