Lima belas menit berlalu, akhirnya Sarah dan teman-temannya telah sampai di tempat pemberhentian bis yaitu sebuah halte yang terletak di depan Pasar Seririt-Bali. Mereka berlima satu per satu menuruni tangga yang berada di pintu belakang bus. Kelimanya turun di tempat itu dan berjalan menepi sambil membawa barang-barang bawaan mereka.
Mereka telah tiba di Pasar Seririt yang terletak di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng-Bali. Setelah menempuh perjalanan sekitar sejauh enam puluh tujuh kilometer selama dua jam akhirnya ada kelegaan tersendiri telah tiba di tempat itu.
"Akhirnya sampai juga. Lega rasanya." celetuk Anita.
"Sekarang kita harus berjalan kemana lagi Jim?" tanya Hasan sambil terus melangkahkan kakinya menuju pinggiran jalan yang tidak begitu ramai lalu lalang kendaraan.
"Iiisshh siapa bilang kita harus berjalan. Sekarang kita harus naik angkutan umum untuk bisa sampai ke desa tempat kita Magang. Mungkin sekitar empat puluh lima menit lag
Sepuluh menit berlalu setelah kelimanya menaiki mobil itu, akhirnya moda transportasi umum itu akan diberangkatkan oleh pengemudinya. Sang sopir sudah mengambil alih kemudi dan menyalakan mesin mobil lalu 'bruumm..bruuumm' suara mesin mobil tersebut mengaung. Sang pengemudi mulai memindahkan persneling dengan tangan kirinya juga menginjak gas yang berada dibawah kemudi dan mobil itupun mulai bergerak melaju menyusuri jalanan.Perlahan mobil bergerak menyibak jalanan kota Seririt itu dengan sesekali menyalip kendaraan yang berada di depannya dan terkadang menepi untuk sekedar menaikkan atau menurunkan penumpang."Permisi Bli. Tujuan Bli mau kemana?" tanya sang sopir sekedar berbasa basi pada Jimi."Saya mau ke desa Munduk, Bli. Betulkan naik angkutan ini?" jawab Jimi yang juga mengandung pertanyaan untuk memastikan bahwa dia tidak salah menaiki angkutan."Oh iya betul Bli." jawab sang sopir dengan santun.'Bli' begitulah sang sopir memanggil Jimi da
"DON BIYU" Sarah mengeja tulisan di papan plakat yang tergantung diatas kepalanya."Kamu tau Sarah apakah Don Biyu itu?" tanya Jimi yang menimpali ucapan Sarah."Yaa mana aku tahu Jim. Kamu kira aku kalkulator Alfalink yang bisa mengartikan semua kata-kata." jawab Sarah yang gemas dengan pertanyaan Jimi."Mau aku kasih tau gak?" Jimi mulai menggoda "Tapi cium dulu dikit disini." sambung Jimi sambil menyentuh pipinya sebagai tanda tempat untuk Sarah mengecupnya.'Plaaaaakkk' Sarah malah mengeplak kepala Jimi. "Mulai kurang ajar minta aku hajar ya...!!! seru Sarah yang mulai kesal dengan Jimi yang permintaannya ada-ada saja."Hahahaha" ketiga teman mereka tertawa melihat Jimi mendapat sebuah pukulan dari Sarah yang mendarat di kepalanya."Nyosor aja sihh elu Jim." celetuk Anita yang begitu senang melihat Jimi mendapat serangan dari Sarah."Huufftt awas kamu ya." jawab Jimi pada Anita."Yaudah deh buat bebeb Sarah gausa cium juga
"Selamat datang di Don Biyu Resto and Hotel. Ada yang bisa kami bantu?" sapa sang pegawai sambil memberikan salam penghormatan seraya melipat tangannya dan meletakkan keduanya sejajar dada dengan telapak tangan saling menempel berhadapan layaknya orang melakukan meditasi. Senyum ramah pun disunggingkan saat ia memberikan sapaan."Kami adalah mahasiswa dari Universitas X yang akan melakukan magang di desa ini selama beberapa bulan ke depan. Dan kedatangan kami kesini untuk melapor pada pak Mangku bahwa kami akan melakukan program magangnya mulai minggu ini. Sebenarnya saya sudah ada janji dengan beliau." Jimi menimpali pertanyaan sang pegawai dan menjelaskan maksud kedatang mereka kesana."Baik mohon ditunggu. Akan saya sampaikan pada beliau bahwa Anda sudah tiba." jawaban sang pegawai sebelum ia membalikkan badan dan melangkah menuju sebuah bangunan rumah yang berada di sudut halaman itu yang merupakan rumah dari Pak Mangku sang pemilik resto.Sementara di tempa
[Bu, Sarah sudah sampai di desa. Sekarang berada di rumah kepala desa setempat untuk melaporkan izin tinggal] Sebuah pesan singkat di kirimkan oleh Sarah pada ibunya. Dan berselang beberapa detik, ia juga mengirimkan pesan serupa pada sepupunya Indri. Tak menunggu lama hp Sarah bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. [Syukurlah kalau sudah sampai dengan selamat. Hati-hati ya nak selama disana. Hormati semua adat dan peraturan disana karena dimanapun kita berada kita harus selalu mengikuti peraturan yang berlaku seperti pepatah dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Jangan lupa mengirimkan kabar ke sepupumu, Indri.] Isi pesan balasan dari Bu Lia. [Iya ibu. Sarah akan selalu ingat pesan ibu. Sarah juga sudah mengirimkan kabar ke Mbak Indri kok. Sarah lanjut ngobrol sama pak Kepala Desa dulu ya bu. Nanti akan Sarah telepon kalau Sarah sudah sampai di kontrakan] Sarah mengakhiri berbalas pesan dengan ibunya dan ia hendak meletakkan pons
Sarah dan Hasan pun bergegas pergi menyusuri jalanan sesuai arahan dari Pak Mangku, sementara ketiga temannya masih tetap menunggu di tempat tinggal sekaligus restoran pak Mangku.Tiga puluh menit berlalu keduanya telah kembali dari ATM. Hasan memarkirkan motornya dan Sarah sudah lebih dulu menghampiri teman-temannya yang saat itu bersama dengan seseorang yang lain dan itu bukanlah pak Mangku.Anita lalu menjelaskan bahwa orang yang bersama mereka saat itu adalah Pemangku Adat desa itu sekaligus paman pemilik rumah yang akan mereka sewa nantinya. Rumah beliau tepat di sebelah rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka nantinya. Dan beliau juga yang akan mengantarkan Sarah dan teman-temannya menuju rumah tersebut dengan mengendarai mobil pick up yang dikendarainya.Kelimanya kembali mengobrol dengan Pak Mangku Wayan yang merupakan Pemangku Desa juga dengan Pak Mangku Putu yang merupakan Pemangku Adat atau bisa dikatakan juga Ahli Spiritual desa tersebut. Tak l
Saat ini hari sudah berganti malam. Keadaan gelap diselimuti kabut tebal pegunungan membuat suasana semakin dingin menyeruak. Suasana desa begitu hening, hanya terdengar suara lolongan anjing dan hewan-hewan malam seperti jangkrik dan kumbang yang saling bersautan. Sesekali juga terdengar suara burung yang terbang melintasi atas rumah mereka. Sungguh suasana pedesaan yang kental, tanpa penerangan lampu jalan bahkan penerangan dirumah warga desa pun hanya lampu dop berwarna kuning dengan cahaya temaram. Ketika malam tiba tak ada satu pun dari warga desa tersebut yang melakukan aktivitas diluar rumah. Kalaupun harus keluar rumah itupun hanya untuk keperluan penting saja. Benar-benar kondisi yang jauh berbeda dengan keadaan di kota tempat mereka berasal yang seakan tiada matinya bahkan ketika tengah malam pun masih banyak orang beraktivitas. Kegiatan membereskan rumah pun telah usai dan saat ini mereka akan menyiapkan makan malam. "Laper nihh gaes. Masak buat ma
Kelimanya sudah masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk makan malam. Sarah membagikan piring, Anita bertugas mengisi piring-piring kosong temannya, Hasan mengisi teko untuk minum sedangkan Jimi dan Chandra tinggal menunggu diberi piring berisi makanan karena mereka tadi sudah bertugas memasak. Setelah semua mendapat jatah masing-masing, mereka pun memulai makan. "Gimana rasanya? enak gak masakan kita?" celetuk Chandra. "Lumayan lah untuk mengisi perut yang lapar." Sarah menanggapi celetukan Chandra. "Biasa aja tuh." sanggah Anita yang memang suka blak-blakan kalau ngomong. "Hmm Anita, bersyukur dong masih bisa makan. Setidaknya bisa membuat kamu bertahan hidup disini. Dan pastinya bisa bikin kamu tetap gendut." Hasan mengomentari celetukan Anita. "Hhmm iya..iya.. Makasih ya sudah memasak untuk kita semua." ujar Anita berterimakasih pada Jimi dan Chandra. Kelimanya pun menikmati makam malam mereka yang sederhana hanya nasi panas dengan lauk mie goreng instan dan telur dadar. Tak bu
'Ting Tung Ting Tung Ting Tung' suara alarm berbunyi tiada henti menunggu seseorang mematikannya.Sarah meraba-raba sekitar tempat tidurnya untuk mencari ponselnya yang berbunyi dan mematikan alarm yang disetelnya pukul lima pagi itu."Hoooaaammm." Sarah menguap sambil perlahan membuka matanya. 'Sudah pagi rupanya' gumam Sarah dalam hatinya saat dia menatap layar ponselnya dengan mata yang sedikit menyipit karena silau akibat lampu dari layar ponselnya juga baru saja bangun dari tidurnya. Ia lalu mematikan alarm yang terus berbunyi memekakkan telinga itu.Sarah tak langsung beranjak bangun namun dia masih berbaring bermalas-malasan diatas tempat tidurnya sambil kakinya digerakkan ke kaki Anita untuk menyenggol temannya itu agar terbangun. Bibirnya pun memanggil-manggil nama 'Anita' berulang-kali namun temannya itu tak kunjung membuka matanya."Susah banget sih bangunnya..!!! gerutu Sarah yang merasa kesal karena kesulitan membangunkan Anita dari tidurnya,