Pukul 5 pagi hari Sarah dan teman-temannya memutuskan berjalan kaki menuju pelabuhan Ketapang yang letaknya tepat di depan stasiun kota Banyuwangi, tempat mereka berada untuk melakukan penyeberangan ke pulau Bali menggunakan kapal fery.
Kelimanya menuju loket melakukan pembelian tiket untuk penumpang perorangan.
Setelah masing-masing memiliki tiket, mereka lalu bergegas menuju pintu peron pemeriksaan sebelum akhirnya mereka diizinkan memasuki area dalam pelabuhan.
Sarah dan teman-temannya diarahkan untuk segera menaiki kapal bertuliskan "NUSANTARA" yang bersandar tak jauh dari tempat mereka berdiri karena tak lama lagi kapal tersebut siap diberangkatkan.
Tanpa menunggu lama, kelimanya lalu berjalan kaki menaiki jembatan yang menghubungkan kapal dengan daratan pelabuhan dan mereka segera menuju ke atas dek kapal untuk mencari tempat duduk.
'Tuuuiiittt' suara sirene kapal berbunyi dengan sangat nyaringnya pertanda kapal tersebut siap berangkat b
Beberapa menit berjalan keluar dari pelabuhan, kelimanya telah sampai di terminal di seberang pelabuhan Gilimanuk. Mereka menunggu bus yang akan mereka naiki untuk menuju ke desa tempat mereka Magang. "Kita menunggu disini saja. Rapikan barang-barang bawaan kalian di dekat kursi ini" seru Jimi sambil merapikan tas dan ransel yang dibawanya. "Hmm" jawab Sarah singkat. Kelimanya merapikan tas mereka sambil sesekali melirik ke arah barang-barang itu untuk mewaspadai kejadian tidak diinginkan karena saat itu mereka berada di tempat baru yang asing bagi mereka berlima. Banyak mata menatap kelimanya karena mereka memang orang baru di tempat itu. "Berapa lama lagi harus menunggu bisnya, Jimi. Lama banget gak datang-datang" protes Sarah yang sudah tidak sabar menunggu kedatangan bis. Maklum saja mereka sudah menunggu hampir dua jam disitu. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sepuluh Waktu Indonesia Tengah. "Sabar dong cantik, sebentar lagi ju
Akhirnya kelima mahasiswa itu sudah berada di dalam bus dan tak menunggu berapa lama bus yang mereka tumpangi telah melaju kembali di jalanan beraspal menuju desa Seririt, Bali."Berapa lama perjalanannya untuk sampai ke desa itu Jim?" tanya Hasan sambil menyandarkan kepalanya ke kaca bus sebelah bangku tempatnya duduk."Mungkin satu setengah jam lagi." jawab Jimi singkat tanpa menengok ke arah Hasan."Apaa..??? Lama juga ya." seru Anita yang memang sejak awal merasa terpaksa naik bis itu. "Tau gitu aku naik motor saja tadi" sambung Anita dengan wajah kesal."Hhhmmm." Jimi mendengus kesal mendengar protes Anita yang tiada hentinya."Buat tidur aja Anita. Perjalanan ini tak akan terasa untukmu. Tau-tau nanti sudah sampai di tujuan saat kamu bangun." jawab Hasan yang mencoba memberi pengertian pada Anita.Anita tak menjawab sepatah katapun hanya memanyunkan bibirnya sebagai tanda protes.Sementara Sarah masih sibuk dengan handphonenya m
"Sstt... Ssttt..." suara Anita yang mencoba membangunkan Sarah dengan menyenggolnya menggunakan siku tangan kirinya."Kamu kok tidur sihh Sarah. Aku ngobrol sama siapa kalo kamu tidur." protes Anita yang tak ingin ditinggal tidur oleh Sarah." Hhmm apa sih Anita. Aku mau tidur aja gak boleh. Kamu kan bisa ngobrol sama Jimi kayak tadi." jawab Sarah sembari melemparkan senyuman pada Anita."Ish males lah. Pasti nanti ujung-ujungnya debat lagi." seru Anita dengan wajah malasnya menunjukkan dia enggan mengobrol dengan Jimi."Eh emang dikira aku kegirangan apa ngobrol sama kamu Anita. Aku lebih suka ngerayu pujaan hatiku Sarah daripada ngobrol sama kamu," suara Jimi yang tiba-tiba menimpali ucapan Anita."Tuh kan mulai lagi. Harusnya kalian pacaran aja biar gak bertengkar terus." Hasan berkomentar melihat kelakuan Jimi dan Anita yang selalu saja berdebat tak bisa akur."Iihh ogah....!!!!" seru Jimi dan Anita berbarengan."Emang namanya jod
Lima belas menit berlalu, akhirnya Sarah dan teman-temannya telah sampai di tempat pemberhentian bis yaitu sebuah halte yang terletak di depan Pasar Seririt-Bali. Mereka berlima satu per satu menuruni tangga yang berada di pintu belakang bus. Kelimanya turun di tempat itu dan berjalan menepi sambil membawa barang-barang bawaan mereka.Mereka telah tiba di Pasar Seririt yang terletak di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng-Bali. Setelah menempuh perjalanan sekitar sejauh enam puluh tujuh kilometer selama dua jam akhirnya ada kelegaan tersendiri telah tiba di tempat itu."Akhirnya sampai juga. Lega rasanya." celetuk Anita."Sekarang kita harus berjalan kemana lagi Jim?" tanya Hasan sambil terus melangkahkan kakinya menuju pinggiran jalan yang tidak begitu ramai lalu lalang kendaraan."Iiisshh siapa bilang kita harus berjalan. Sekarang kita harus naik angkutan umum untuk bisa sampai ke desa tempat kita Magang. Mungkin sekitar empat puluh lima menit lag
Sepuluh menit berlalu setelah kelimanya menaiki mobil itu, akhirnya moda transportasi umum itu akan diberangkatkan oleh pengemudinya. Sang sopir sudah mengambil alih kemudi dan menyalakan mesin mobil lalu 'bruumm..bruuumm' suara mesin mobil tersebut mengaung. Sang pengemudi mulai memindahkan persneling dengan tangan kirinya juga menginjak gas yang berada dibawah kemudi dan mobil itupun mulai bergerak melaju menyusuri jalanan.Perlahan mobil bergerak menyibak jalanan kota Seririt itu dengan sesekali menyalip kendaraan yang berada di depannya dan terkadang menepi untuk sekedar menaikkan atau menurunkan penumpang."Permisi Bli. Tujuan Bli mau kemana?" tanya sang sopir sekedar berbasa basi pada Jimi."Saya mau ke desa Munduk, Bli. Betulkan naik angkutan ini?" jawab Jimi yang juga mengandung pertanyaan untuk memastikan bahwa dia tidak salah menaiki angkutan."Oh iya betul Bli." jawab sang sopir dengan santun.'Bli' begitulah sang sopir memanggil Jimi da
"DON BIYU" Sarah mengeja tulisan di papan plakat yang tergantung diatas kepalanya."Kamu tau Sarah apakah Don Biyu itu?" tanya Jimi yang menimpali ucapan Sarah."Yaa mana aku tahu Jim. Kamu kira aku kalkulator Alfalink yang bisa mengartikan semua kata-kata." jawab Sarah yang gemas dengan pertanyaan Jimi."Mau aku kasih tau gak?" Jimi mulai menggoda "Tapi cium dulu dikit disini." sambung Jimi sambil menyentuh pipinya sebagai tanda tempat untuk Sarah mengecupnya.'Plaaaaakkk' Sarah malah mengeplak kepala Jimi. "Mulai kurang ajar minta aku hajar ya...!!! seru Sarah yang mulai kesal dengan Jimi yang permintaannya ada-ada saja."Hahahaha" ketiga teman mereka tertawa melihat Jimi mendapat sebuah pukulan dari Sarah yang mendarat di kepalanya."Nyosor aja sihh elu Jim." celetuk Anita yang begitu senang melihat Jimi mendapat serangan dari Sarah."Huufftt awas kamu ya." jawab Jimi pada Anita."Yaudah deh buat bebeb Sarah gausa cium juga
"Selamat datang di Don Biyu Resto and Hotel. Ada yang bisa kami bantu?" sapa sang pegawai sambil memberikan salam penghormatan seraya melipat tangannya dan meletakkan keduanya sejajar dada dengan telapak tangan saling menempel berhadapan layaknya orang melakukan meditasi. Senyum ramah pun disunggingkan saat ia memberikan sapaan."Kami adalah mahasiswa dari Universitas X yang akan melakukan magang di desa ini selama beberapa bulan ke depan. Dan kedatangan kami kesini untuk melapor pada pak Mangku bahwa kami akan melakukan program magangnya mulai minggu ini. Sebenarnya saya sudah ada janji dengan beliau." Jimi menimpali pertanyaan sang pegawai dan menjelaskan maksud kedatang mereka kesana."Baik mohon ditunggu. Akan saya sampaikan pada beliau bahwa Anda sudah tiba." jawaban sang pegawai sebelum ia membalikkan badan dan melangkah menuju sebuah bangunan rumah yang berada di sudut halaman itu yang merupakan rumah dari Pak Mangku sang pemilik resto.Sementara di tempa
[Bu, Sarah sudah sampai di desa. Sekarang berada di rumah kepala desa setempat untuk melaporkan izin tinggal] Sebuah pesan singkat di kirimkan oleh Sarah pada ibunya. Dan berselang beberapa detik, ia juga mengirimkan pesan serupa pada sepupunya Indri. Tak menunggu lama hp Sarah bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. [Syukurlah kalau sudah sampai dengan selamat. Hati-hati ya nak selama disana. Hormati semua adat dan peraturan disana karena dimanapun kita berada kita harus selalu mengikuti peraturan yang berlaku seperti pepatah dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Jangan lupa mengirimkan kabar ke sepupumu, Indri.] Isi pesan balasan dari Bu Lia. [Iya ibu. Sarah akan selalu ingat pesan ibu. Sarah juga sudah mengirimkan kabar ke Mbak Indri kok. Sarah lanjut ngobrol sama pak Kepala Desa dulu ya bu. Nanti akan Sarah telepon kalau Sarah sudah sampai di kontrakan] Sarah mengakhiri berbalas pesan dengan ibunya dan ia hendak meletakkan pons