Share

Cintaku Terhalang Weton
Cintaku Terhalang Weton
Penulis: Rindu Rinjani

1. Tembungan*

Penulis: Rindu Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Danang duduk dengan tegak di ruang tamu kediaman kekasihnya Ayu. Kedua telapak tangannya terasa dingin, dan jantungnya berdegup kencang. Sesekali kakinya bergerak naik turun seperti mengoperasikan mesin jahit.

Ayu yang duduk di sebelahnya pun melirik kekasihnya, ini kedua kalinya Danang terlihat sangat gugup. Pertama saat kekasihnya maju untuk sidang skripsi beberapa tahun lalu. Kedua adalah hari ini, saat sang kekasih berniat menyampaikan niat baik untuk meminangnya.

Sebelumnya Ayu menyemangati Danang dengan mengusap lengannya lembut. Namun hal itu tak mungkin dilakukan saat ini karena kedua orang tuanya duduk berseberangan dengannya.

Sepasang kekasih ini sudah cukup lama menjalin hubungan, tepatnya saat mereka masih kuliah dulu, tapi hubungan itu sempat kandas lantaran Danang diterima kerja di luar kota. Mereka berdua tidak setuju dengan hubungan jarak jauh, dan sepakat jika bertemu lagi dan masih ada rasa sebaiknya mengulang kembali.

Dua tahun lalu, Danang mendapatkan kesempatan untuk kembali ke kota kelahirannya Surakarta, dan menduduki jabatan sales manager. Secara tak sengaja ia bertemu dengan Ayu di tempat cuci mobil, dan bertukar nomor ponsel.

Semenjak kejadian itu, frekuensi pertemuan mereka pun semakin sering. Hingga mereka memutuskan untuk merajut kisah cinta kembali.

“Hmm jadi kamu benar-benar ingin meminang Ayu, putri saya?” tanya Pak Suryo ayah kandung Ayu memecah keheningan.

Danang mengangguk, “Injih Pak (Iya Pak).”

Pak Suryo mengangguk-angguk, kemudian memilin-milin kumisnya yang tidak seberapa tebal.

Pak Suryo melirik ke arah ibu Ayu, Bu Ratmi yang duduk di sofa panjang yang sama dengannya, mereka hanya dipisahkan oleh sebuah bantal duduk diantara mereka. Pak Suryo dan Bu

Ratmi memang sudah berpisah secara hukum, tapi mereka berdua masih mengurus kepentingan anak bersama. Apalagi tugas menikahkan anak perempuan adalah tanggung jawab sang Bapak.

“Bapak saja,” kata Bu Ratmi.

Pak Suryo menghela napas panjang, kemudian melirik ke arah Ayu dan juga Danang di seberangnya. Pria paruh baya ini berdehem sekali sebelum menyampaikan sesuatu.

Danang semakin gugup begitu Bu Ratmi mempersilakan Bapak kandung Ayu untuk menyampaikan jawaban dari mereka. Selama ini keluarga Ayu memang tak pernah menunjukkan ada kebencian atau rasa tidak suka terhadap Danang, meskipun mereka hampir tidak pernah ikut menemui Danang saat ia datang ke rumah Ayu. Setiap kali Danang berpamitan pun sikap Bu Ratmi biasa saja, tidak menunjukkan rasa risih atau terganggu dengan kehadirannya.

Danang sudah memiliki pekerjaan yang mapan, rumah tinggal tipe 36 dan mobil sudah dimiliki olehnya, jadi secara ekonomi ia sudah siap untuk menjadi seorang suami. Harusnya ia patut berbangga dan percaya diri kalau pinangannya akan diterima oleh keluarga Ayu. Namun pada kenyataannya, rasa was-was terus saja menyelimutinya.

“Kami sangat berterima kasih dan menghargai niat baik Nak Danang untuk meminang putri kami Ayu, tapi maaf kami tidak bisa menerima pinangan Nak Danang,” putus Pak Suryo, ayah kandung Ayu.

Putusan ini seperti hantaman palu godam di dada pemuda berambut lurus ini. Wajahnya seketika terasa panas. Hal ini benar-benar jawaban yang tak ingin didengar oleh mereka berdua.

Ayu yang duduk di sampingnya pun tersentak kaget. Ayahnya baru dua kali bertemu dengan Danang dan sikapnya ramah pada kekasihnya, tapi hari ini saat niat baik untuk meminangnya disampaikan justru menimbulkan penolakan.

“Ma ... maaf Pak, apa benar pinangan saya ditolak?” tanya Danang tak bisa mempercayai apa yang ia dengar barusan.

“Iya Nak Danang, maafkan Bapak ya. Bapak tidak bisa menerima pinangan Nak Danang,” Pak Suryo mengulangi.

“Ta … tapi mengapa Pak. Apakah saya pernah melakukan hal yang tidak semestinya, atau mungkin saya kurang sopan atau bagaimana Pak?” tanya Danang meminta penjelasan.

Bibir Ayu terlihat bergetar, ia seperti tengah menahan emosinya kali ini.

“Bapak, kenapa dengan Mas Danang. Mas Danang bukan laki-laki kurang ajar, selama ini selalu melindungi dan bisa menjaga Ayu. Mas Danang juga sudah mapan kerjaannya, bahkan rumah dan mobil juga sudah disiapkan supaya nanti ketika kita berumah tangga tidak perlu mengontrak lagi,” sangkal Ayu.

“Bukan masalah itu Yu, tapi ada pertimbangan lain yang harus diperhatikan, dan ini sudah menjadi pakem yang tidak bisa diganggu gugat,” kata Pak Suryo mencoba meyakinkan putrinya.

“Sudah Pak, langsung bilang aja alasananya. Gini Danang, kalian berdua tidak jodoh, keluarga besar kami sudah menghitung dari weton kalian yang jumlahnya 25, ini adalah petaka bagi kehidupan rumah tangga kalian!” putus Bu Ratmi, Ibu dari Ayu sambil mengangkat dagunya dan membuang muka.

“Hah, karena weton?” tanya Ayu dan Danang secara bersamaan.

Lho yo iyo to nduk*. Kowe ki lahire 15 Mei 1995 pas senin wage, lah Danang kuwi lahire yen ora salah 16 Januari 1993, yo to (Benarkan nak. Kamu lahirnya 15 Mei 1995, hari senin wage, kalau tidak salah Danang lahir 16 Januari 1993) ?”

Danang mengangguk, “Njih Bu, leres (Iya Bu, benar).”

Lha iki iki bahaya yen omah-omah mengko (Ini bisa bahaya saat berumah tangga nanti),” tambah bu Ratmi kemudian berdiri.

Wanita berperawakan sedang itu pun mulai berjalan mondar-mandiri dan memaparkan tentang rahasia di balik tanggal lahir mereka berdua.

“Ibu sudah melihat penanggalan, Ayu ki wetone Senin Wage. Dina senin ki neptune papat, yen pasaran wage ki neptune yo papat, yen dijumlah ki dadi wolu. Lha Danang ki tibane Sabtu Kliwon. Sabtu kuwi neptune sanga, yen kliwon ki wolu, dadine pitulas. Lah pitulas tambahi wolu ki lak selawe to iki sujanan wes ra iso iki. (Ibu sudah melihat penanggalan, weton Ayu adalah Senin Wage. Neptu untuk senin adalah empat, dan wage empat, jika dijumlah hasilnya delapan. Sedangkan Danang Sabtu Kliwon, Sabtu neptunya sembilan dan kliwon delapan, dijumlah tujuh belas. Jadi delapan ditambah tujuh belas hasilnya 25, ini artinya akan ada pertikaian, dan ini tak bisa dibiarkan).”

“Sudah sejak jaman leluhurmu dulu kalau tiap pasangan yang perhitungannya ketemu angka 25 dalam penjumlahan weton, maka akan memiliki nasib pernikahan Bale Kedhawang. Bale itu pendopo yang menjadi tempat keluar masuk orang yang artinya dalam pernikahan akan banyak keluar masuk masalah. Sedangkan kedhawang sendiri artinya kejatuhan,” tambah Ayah Ayu.

“Tapi Yah, itu semua kan cuma mitos,” sanggah Ayu.

Bu Ratmi tersenyum sinis, kemudian memandang ke arah putrinya, “Ojo ngeyel to (Jangan ngeyel). Ibu dan Bapakmu ini sudah membuktikan sendiri. Dulu Bapak dan Ibumu ini dikasih tahu tidak nurut, padahal sudah dihitung berkali-kali kalau weton tidak cocok, sampai akhirnya dipilihkan tanggal satriyo wibowo yang bisa menolak bala dan memberi kerkatan. Namun karena tanggalnya jatuh tidak di hari libur, akhirnya Bapak dan Ibumu melanggar. Akibatnya apa, pernikahan kami tidak langgeng dan berujung perceraian.”

Ayu dan Danang hanya menunduk.

“Iya Ayu, Ayah dan Ibu ini sayang sama kamu, makanya nggak ingin kamu mengalami nasib yang sama seperti kami. Bukankah lebih baik mencegah?” kata Pak Suryo.

Ayu hanya bisa mengerucutkan bibirnya mendengar penuturan kedua orang tuanya ini.

Note : 

* Tembugan : Meminang

* Nduk : Panggilan untuk anak perempuan di Jawa

Bab terkait

  • Cintaku Terhalang Weton   2. Diusir

    Bu Ratmi dan Pak Suryo masih saja bicara panjang lebar mengenai perhitungan weton yang tidak boleh dilanggar oleh keluarga mereka. Sementara Ayu dan Danang hanya bisa menunduk lesu.Tak usah ditanya bagaimana perasaan Danang saat ini, terpukul, sakit itu jelas. Jika penolakan ini dikarenakan masalah lain seperti ekonomi ia masih bisa mengerti. Namun ini karena hitungan weton yang menurutnya sangat aneh.Danang sendiri juga berasal dari Jawa sama seperti Ayu, tapi keluarganya tidak pernah mempermasalahkan weton seperti keluarga kekasihnya. Kedua orang tua Danang menganggap Ayu sebagai calon menantu yang pas lantaran sopan santun dan sikapnya yang mandiri.“Seberapa pentingkah weton itu dalam kehidupan berumah tangga nanti? Apakah benar hitungan weton akan menyebabkan ketidakbahagiaan?” pikir Danang sambil melirik Ayu yang cemberut.“Hmm gimana, apa yang Bapak dan Ibu sampaikan sudah

  • Cintaku Terhalang Weton   3. Melepas Rindu

    Ayu berjalan dengan langkah yang lebar menuju ke kamar tidurnya. Ia tak peduli akan kedua orang tuanya yang masih duduk di ruang tamu.“Ayu!” panggil sang Ibu, tapi perempuan berambut sebahu ini berpura-pura untuk tidak mendengarnya.“Yu, nduk sini sebentar Ibu dan Bapak mau bicara sama kamu,” panggil Ibunya sekali lagi.Ayu berhenti dan langsung berbalik ke arah kedua orang tuanya.“Ayu nggak mau ngomong apa-apa lagi sama Bapak dan Ibu kecuali kalau kalian merubah keputusan untuk menerima lamaran Mas Danang,” balas Ayu yang masih tidak bisa menerima keputusan Ayah dan Ibunya.“Ayu!” seru sang Ibu dengan nada tinggi dan mampu membuat putrinya tersentak.Pak Suryo yang masih di situ pun menyentuh pundak mantan istrinya dan memintanya untuk tidak memperpanjang urusan kali ini.“Beri dia

  • Cintaku Terhalang Weton   4. Kedatangan Budhe Ning

    Pengunjung hik semakin lama semakin ramai. Entah sudah berapa lama dua sejoli itu berada di sana. Es teh yang dipesan oleh Ayu sudah mencair, merubah minuman pekat itu menjadi dua warna, bening dan merah kecokelatan di bagian bawah.Ayu mendongak dan memperhatikan mata kekasihnya yang teduh. Kedua mata yang selalu memberinya ketenangan.“Jadi kita akan mencoba kembali, Mas?”Danang mengangguk penuh percaya diri. Lelaki yang bekerja di bank swasta ini menganggap penolakan itu sebagai bentuk ujian cintanya terhadap Ayu. Bisa jadi calon mertuanya itu ingin melihat bagaimana keteguhan hati laki-laki yang memberanikan diri untuk mempersunting putri mereka.“Insya Allah Yu, kita usaha dulu, selebihnya biar jadi urusan Sang Pemberi Hidup.”Ayu pun terdiam lagi, kali ini bukan karena memikirkan cara apa yang harus ditempuh agar keluarganya bisa menerima kehadiran

  • Cintaku Terhalang Weton   5. Rencana Tersembunyi

    “Mas, Ibu makin kekeh dengan keputusannya,” tulis Ayu melalui layanan pesan berlogo warna hijau.Tadi hatinya sempat berbunga-bunga lantaran pertemuan dengan Danang yang begitu sederhana. Namun kedatangan Budhe Ning telah merubah semuanya. Tak ada lagi senyuman yang menghiasi wajah kalemnya.“Kamu kok belum tidur to Yu? Mikirin Mas ya?” balas Danang tanpa perlu menunggu lama.Melihat sang kekasih masih terjaga, Ayu pun langsung menceritakan kejadian yang baru saja dialami olehnya saat kedatangan Budhe Ning.“Ibumu tetap bersikeras Yu, sampai meminta Budhemu untuk menasihati?” tulis Danang tidak percaya.“Iya Mas.”Sementara itu di kamar Danang ….Lelaki muda itu duduk di tepi ranjangnya sambil memegangi kepala. Kabar yang baru saja diterima dari Ayu benar-benar mengacak-ngacak perasaa

  • Cintaku Terhalang Weton   6. Buat Ayu

    Danang menyalami Bu Ratmi dan Budhe Ning dengan hormat. Tak lupa ia memberikan sajen berupa martabak dan terangbulan untuk oleh-oleh.“Silakan duduk Nak Danang,” kata Bu Ratmi ramah.Kedatangan Danang kali ini memang disambut dengan lebih ramah dibanding sebelumnya oleh bu Ratmi. Biasanya saat berkunjung ke rumah Ayu, sikap Ibunya biasa saja, tidak hangat dan tidak menunjukkan adanya kebencian bagi dirinya.“Maturnuwun Bu (Terima kasih Bu),” jawab Danang kemudian duduk di hadapan kedua wanita paruh baya itu.“Ini Budhenya Ayu, Budhe Ning yang tinggal di Klaten,” Bu Ratmi mencoba memperkenalkan wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya.Tak hanya Danang yang terkejut dengan sikap Bu Ratmi, tapi juga Ayu. Kedua sejoli ini sempat takut dan khawatir akan penolakan yang diberikan oleh Bu Ratmi nantinya. Apalagi dengan kedatangan Budhe Ning

  • Cintaku Terhalang Weton   7. Dijodohkan

    Budhe Ning dan Bu Ratmi menoleh secara bersamaan ke arah Ayu yang tengah membawa nampan. Kedua wanita paruh baya ini tersenyum pada Ayu seolah tak terjadi apa-apa. Sang Ibu justru memanggil putrinya dan menyuruh untuk duduk di dekatnya.“Sini, Nduk!” panggil Bu Ratmi kemudian menggeser duduknya dan menepuk-nepuk sisi di sampingnya.Dengan sedikit gondok, Ayu pun menuruti Ibunya, melirik ke arah Danang yang duduk dengan mata mulai memerah. Pasti sakit sekali apa yang dirasakan oleh Danang. Ayu sendiri juga merasa sakit hati dengan apa yang barusan diucapkan oleh Ibunya.“Bu, kenapa Ibu ngomong gitu? Ibu dan Budhe nggak serius kan dengan yang tadi?” tanya Ayu setengah merengek.“Ora serius piye to Nduk (Tidak serius bagaimana, Nak), ya jelas Budhe dan Ibumu serius dengan apa yang kami katakan,” kata Budhe Ning mengambil alih.Ayu menoleh

  • Cintaku Terhalang Weton   8. Harapan Yang Jelek?

    Budhe Ning terus saja bicara tentang kebaikan lelaki yang akan dijodohkan dengan Ayu. Di mata wanita paruh baya ini, sosok lelaki yang akan dikenalkan padanya adalah sosok yang sempurna. Terlebih lagi saat membahas tentang weton yang dimiliki oleh lelaki itu.Ingin sekali Ayu menutup dua telinganya dengan telapak tangan. Mungkin juga ingin segera pergi dari tempat mereka berkumpul. Namun jika hal itu dilakukan, tentu saja akan menimbulkan keributan nantinya.Yang bisa dilakukan Ayu hanya diam berdiri dan mendengarkan perkataan kedua wanita paruh baya itu hingga selesai. Setelah mereka selesai barulah Ayu bisa menjawab ucapan mereka.“Wira itu secara bibit, bobot, bebetnya jelas dan semuanya baik. Dia punya usaha hotel yang ramai, tentunya dia bakal bisa menghidupimu. Keluarganya terhormat, dari keturunan yang baik dan yang paling penting hitungan weton kalian itu cocok Nduk,” jelas Budhe Ning.

  • Cintaku Terhalang Weton   9. Calon Menantu Idaman

    Bu Ratmi mencoba untuk mengejar Ayu yang melangkah lebar menuju kamar tidurnya. Bagaimanapun putrinya harus mengerti dan sepaham dengan dirinya. Namun baru bergerak selangkah Budhe Ning sudah mencegah dengan menyentuh pundak Ibu Ayu.“Mi, udah biarin aja, namanya anak lagi dimabuk cinta ya begitu itu, percuma saja ngomong sama dia pasti nggak akan didengarkan. Ini semua pasti karena pengaruh dari laki-laki itu!” cergah Budhe Ning.“Sepertinya begitu Mbak Yu,” jawab Bu Ratmi kemudian kembali duduk di sofa.Budhe Ning pun mengambil ponsel dari dalam saku dan menghubungi kenalannya melalui pesan di aplikasi hijau.“Sik yo dhik, aku tak nelpon wong tuwone Wira, njaluk potone (Sebentar ya dhik, aku mau telepon orang tuanya Wira buat minta fotonya),” kata Budhe Ning yang disambut antusias oleh Bu Ratmi.Budhe Ning pun mulai berbasa-basi dengan Bu Las

Bab terbaru

  • Cintaku Terhalang Weton   224. Biar Ayu Tahu

    Dengan frustrasi Danang meninggalkan ruang perawatan saat Dinda terlelap sebagai reaksi obat bius yang disuntikkan. Manager marketing itu menyusuri koridor klinik bersalin dengan keresahan yang pekat. Dia sama sekali tak menyangka acara gathering yang diadakan oleh bank tempatnya bekerja menjadi awal masalah.Mendengar ancaman Dinda tadi, dia merasa seolah langit runtuh di atas kepalanya. Entah bagaimana cara mencari bukti-bukti yang dia butuhkan. Untuk saat ini Danang hanya meyakini perasaan dan analisa berpikirnya bahwa dia tak bersalah.Danang hanya ingat merasa ngantuk setelah makan malam bersama Dinda. Bahkan dia tak sanggup untuk menyetir mobil dan membiarkan Dinda mengambil alih kemudi. Setelah itu dia tak ingat apa pun lagi yang diperbuatnya."Aaarrgh ... sial banget siih! Bisa-bisanya perempuan itu mengancam untuk melaporkan ke polisi atas tindakan yang tidak pernah kulakukan! Hiiih!" Danang berteriak dengan rasa sesal dan kesal saat tiba di taman depan klinik sambil bergumam

  • Cintaku Terhalang Weton   223. Drama Semakin Menjadi

    Danang menghindari Dinda dan menjauh menuju meja makan. Sementara Dinda yang kesal dengan sikap Danang terus mengekori lelaki itu. Dengan kasar Dinda menarik kursi di samping Danang yang duduk dekat meja makan."Mas, ini anakmu. Masa kamu lupa kalau sudah meniduriku malam itu?" Dinda memaksa meraih tangan Danang yang terlipat di atas meja makan.Danang bergeming. Dia diam sambil kembali berusaha mengingat kejadian malam itu. Namun tak satu pun potongan ingatan meniduri Dinda terlintas dalam benaknya. Dengan kesal Danang menggebrak meja makan."Jangn membodohiku, Dind. Malam itu tidak terjadi apa-apa di antara kita!" Danang mengepalkan kedua tangan dengan marah hingga buku jari-jarinya memutih."Lalu bagaiman aku bisa hamil kalau kamu nggak meniduriku, Mas? Ini anakmu! Jangan jadi pengecut kamu!" Amarah Dinda terpancing hingga berteriak memaki DanangDinda sama sekali tak menduga jika ternyata Danang sulit ditekan. Pria yang tampak baik dan santun itu nyatanya keras keapla dan tak mau

  • Cintaku Terhalang Weton   222. Sandiwara Dinda

    Dinda termenung mendengar ucapan Wira. Serasa dihipnotis Dinda bahkan merasa saran Wira adalah sebuah ide yang cemerlang. Lagi pula semua orang sudah tahu foto-foto dirinya bersama Danang yang sengaja ia kirimkan ke grup-grup WA perusahaan."Tapi saat ini kan Danang sedang diskorsing, Mas. Gajinya juga dipotong. Aku nggak mau ya hidup dengan lelaki miskin. Kebutuhanku banyak." Dinda menyampaikan uneg-uneg yang mengganjal di hatinya.Bagaimanapun Dinda tak ingin hidup susah bersama lelaki yang memang disukainya. Ia khawatir selamanya gaji Danang akan dipotong. Sementara jika kehamilannya terus membesar akan butuh biaya yang lebih banyak.Wira tertawa mendengar ucapan Dinda. Perempuan matre seperti Dinda tak pernah ada tempat di hatinya. Apa lagi selama ini Dinda hanya lah sebuah mainan baginya."Nggak selamanya gaji Danang akan dipotong. Kalau pimpinan cabang bank dimana kamu bekerja tahu bahwa lelaki itu bertanggung jawab padamu, bisa jadi malah dia akan naik posisi." Wira mempermain

  • Cintaku Terhalang Weton   221. Penolakan Wira

    Dengan wajah penuh rasa sesal Dinda menatap pakaian Agil yang Kotor terkena muntahannya. Ia sendiri merasa jijik dengan cairan kehijauan dan berbau itu. Tak bisa dibayangkannya bagaiman perasaan Agil yang bajunya berlumuran cairan yang keluar dari lambung Dinda."Gil, maaf." Dinda menatap sendu seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada. Agil berdecak mendengar permintaan maaf Dinda. "Sudah aku nggak apa-apa. Tinggal ganti baju aja. Kamu sebaiknya mengisi perut yang kosong. Itu makanannya masih bersih. Makan lah, meskipun sedikit." Kembali Agil membuka bungkusan makanan dan mengambil sepotong pizza lalu menyodorkan pada Dinda.Entah kenapa Dinda menutup mulut dan hidungnya. Aroma makanan favoritnya itu berubah layaknya monster yang menakutkan. Ia mendorong tangan Agil dengan sebelah tangan yang tak digunakan untuk menutup mulut. "Jauhkan, Gil. Perutku eneg membaui makanan itu."Pak Bambang yang ada di ruangannya memperhatikan interaksi antara Dinda dan Agil. Dia merasa heran den

  • Cintaku Terhalang Weton   220. Gejala Aneh Pada Dinda

    Dinda merasa puas akhirnya pimpinan dan para karyawan di tempatnya bekerja mengetahui skandal yang dia ciptakan. Malam itu memang Dinda menjebak Danang. Saat makan malam diam-diam ia menaburkan obat tidur ke dalam makanan Danang. Dengan dibantu oleh Wira, ia membawa Danang ke kamarnya.Dengan bantuan Wira juga maka Dinda memperoleh hasil foto yang luar biasa manipulatif. Foto-foto topless yang seolah dirinya ditiduri Danang berhasil menimbulkan banyak spekulasi pendapat yang rata-rata menguntungkannya. Bahkan Danang sampai menerima sangsi skorsing dan pemotongan gaji dari bank tempat mereka bekerja.Meskipun puas foto-foto itu tersebar, namun Dinda kecewa karena hingga hari ini Danang belum juga dapat diraihnya. Lelaki itu bahkan makin dingin dan cenderung menghindari Dinda. Bagaimana bisa Dinda mengikat hati Danang jika sampai saat ini jarak masih membentang di antara mereka.Waktu terus berlalu sejak Danang diskorsing. Hari ini masuk Minggu kedua Dinda tak melihat kehadiran Danang d

  • Cintaku Terhalang Weton   219. Permintaan Budhe

    Sesaat setelah masuk ke dalam rumah Ayu, Wira disuguhi teh hangat dan setoples penuh camilan. Budhe Ning juga mempersilakan Wira untuk salat di rumah itu. Namun Wira memilih untuk berangkat ke musala terdekat dan salat magrib di sana.Budhe Ning mencari keberadaan Ayu setelah Wira berangkat ke musala. Sedangkan Ayu memanfaatkan waktu yang ada dengan mandi dan bersiap untuk salat. Di pintu dapur menuju ruang makan, Ayu berpapasan dengan Budhe Ning."Nduk, kamu itu tadi ke mana? Ndak enak loh sama Nak Wira kalau kamu pergi tapi Ndak bilang-bilang dulu sama calon suamimu. Apa lagi Nak Wira tahunya kan hari ini kamu itu cuti." Budhe Ning menghalangi langkah Ayu yang hendak ke kamarnya.Ayu sendiri merasa jengah dengan segala ucapan budhe Ning yang terus saja nyerocos tentang perjodohan antara dirinya dan Wira. Padahal hingga detik ini Ayu masih terus meragukan ketulusan cinta Wira padanya."Ngapunten, Budhe. Saya mau salat dulu. Sebentar lagi waktu magrib habis." Ayu memotong ucapan Budhe

  • Cintaku Terhalang Weton   218. Ternyata Dia

    Setelah meninggalkan taman kota, Wira membawa Ayu ke cafe dimana seharusnya Danang mengajak perempuan itu ketemuan sebelumnya. Wira memilih tempat duduk di sudut agar leluasa mengamati lalu lalang orang keluar masuk cafe itu."Jadi ini tempat penuh kenangan antara kamu dan Danang?" Wira menatap Ayu sebelum mengambil buku menu yang ada di meja pelanggan.Ayu berjengit mendengar pertanyaan Wira. Entah dari mana lelaki itu tahu tentang cafe ini yang memang salah satu tempat favorit dan menjadi kenangannya bersama Danang. Ia sering melepas penat selepas kerja di hotel Premier milik lelaki yang saat ini duduk di sisi kanannya. Setiap kali berkunjung ke tempat ini biasanya Ayu janjian dengan Danang. Keduanya menghabiskan waktu dan mengisi kembali energi yang terkuras seharian saat bekerja dengan menikmati kopi panas yang uapnya meruap menenangkan jalinan sinap di kepala mereka. Alunan live music di cafe ini menemani percakapan Ayu dan Danang kala itu."Hai ... halo ...." Wira melambaikan ta

  • Cintaku Terhalang Weton   217. Mungkinkah?

    Danang meninggalkan taman kota dengan hati gundah. Ucapan Ayu terngiang di telinganya. Dia kecewa karena Ayu membela Wira. Namun pembelaan Ayu terhadap Wira justru menimbulkan tanda tanya besar di hati Danang.Sambil berpikir Danang megendarai mobil dengan kecepatan sedang. Diiringi lampu jalanan yang mulai benderang dan alunan azan magrib, Danang tiba di rumah yang ditinggalinya bersama sang ibu.Setelah memarkirkan mobil di halaman rumah, Danang berjalan gontai menuju rumah. Saat dia membuka pintu, Bu Asih-ibunya, tampak baru saja selesai berwudhu. Raut wajah teduh Bu Asih basah dengan air yang menetes."Nang, tumben kamu lemes gitu," tegur ibunya.Danang berusaha menyembunyikan keresahannya dari perempuan yang melahirkannya. Dia tak ingin ibunya terseret dalam keresahan yang merajai hati saat ini."Nggak apa-apa, Bu. Cuma cape saja," Danang meraih tangan Bu Asih dan mengecup punggung tangan surganya.Bu Asih membelai kepala sang putra dengan lembut. "Yawis, kamu mandi dulu biar leb

  • Cintaku Terhalang Weton   216. Bertengkar Lagi

    Dalam kekesalannya Danang tatapan Danang beradu dengan pandangan Wira yang sedang tersenyum penuh misteri seolah mengejeknya. Dia pun bangkit dan berjalan menuju tempt duduk Wira yang berseberangan dengan bangku taman yang didudukinya bersama Ayu.Melihat Danang yang berdiri dan berjalan menuju bangku seberang, Ayu merasa heran. Namun keheranannya terjawab saat pandangnnya menemukan sosok Wira yang sedang dihampiri Danang. Dengan penuh tanda tanya Ayu bangkit dan mengekori langkah Danang."Mau apa kau di sini?" Danang berkacak pinggang sambil membentak Wira.Melihat Danang yang berdiri di hadapannya dengan kemarahan yang pekat, Wira hanya mengangkat sudut bibirnya. Dia tersenyum penuh ejekan. "Masalah kalau aku di sini? Setahuku ini tempat umum. Siapa pun boleh ke sini?" Sambil memainkan kunci mobil di tangannya, Wira menjawab pertanyaan Danang.Danang mendengus kesal. "Nggak usah sok-sokan kau. Pasti kau membuntuti Ayu ke sini kan!" Jari telunjuk tangan kanan Danang diacungkan ke dep

DMCA.com Protection Status