Share

Bab 62

Author: Bertha
"Carlos, jangan marah, ya? Aku sungguh nggak sebut nama kamu, aku sumpah."Mendengar permintaan maaf Verona yang memelas seakan-akan dirinya nyaris hancur, Carlos hanya bisa menarik napas panjang.

Dia kemudian berkata, "Meski kamu unggahnya dari akun pribadi dan memang nggak menyebut namaku, tapi kalung mahkota mawar itu cuma ada satu. Baru-baru ini juga paparazi masih terus menguntitku gara-gara insiden di acara peragaan busana."

"Maaf, Carlos ... Aku salah .... Waktu itu aku benar-benar nggak mikir sejauh itu ...." Verona akhirnya mulai menangis.

Mendengarkan isak tangis dari ujung telepon, Carlos mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia terdiam beberapa detik, lalu membatin, 'Sudahlah. Verona orangnya polos, dia mungkin cuma ingin berbagi karena senang.'

'Lagi pula, soal unggahannya tengah malam, dia juga bilang karena tidurnya telat. Pasti bukan disengaja memilih waktu.'

'Sudah, jangan nangis. Aku cuma tanya. Mulai sekarang, jangan asal unggah postingan lagi, ya. Soalnya gampang sekali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 63

    Namun suara yang dia tunggu-tunggu tak kunjung terdengar. Yang menggantikan hanyalah suara mesin, "Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi. Silakan coba beberapa saat lagi.”Carlos terdiam sejenak, terpaku. Tidak bisa dihubungi?Dia segera menutup panggilan dan mencoba lagi. Dia mencobanya berkali-kali, tapi hasilnya tetap sama. Seketika, amarah meledak dari dalam dadanya.Dulu, saat dia menelepon Tamara sampai ratusan kali, setidaknya masih masuk meskipun tidak dijawab. Sekarang teleponnyan bahkan tidak bisa tersambung? Tamara memblokirnya?Carlos mengepalkan tangannya. Dia tertawa dingin karena kesal, lalu menggertakkan gigi sambil melontarkan makian, “Bagus! Tamara, aku sudah kasih kamu alasan untuk berdamai, tapi kamu malah nggak mau terima? Apa kamu mau aku langsung datangin kamu ke rumah sakit? Mimpi!”Sudah empat hari sejak insiden kebocoran gas dan selama ini dia tak pernah memarahi Tamara. Bahkan hari ini, dia sudah membuat keputusan untuk meminta Verona pindah

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 64

    Zoya hendak memeriksa luka-luka Tamara, tetapi dicegah olehnya. Tamara berkata itu bukan masalah besar. Dia kembali memeluk Zoya, kali ini dengan pelukan yang hangat dan lembut.Zoya pun meminta maaf, "Maaf ya, aku nggak tahu kamu masih terluka. Dua tahun nggak ketemu, aku jadi terlalu semangat.""Aku yang nggak bilang dari awal, takut kamu khawatir. Aku juga kangen sama kamu," ujar Tamara sambil tersenyum.Setelah lama tidak berjumpa, mereka berdua berjalan-jalan sambil bergandengan tangan. Tamara ingin memilih baju dan Zoya membantunya memberi saran. mereka mencocokkan beberapa setelan yang cocok untuk dipakai ke kantor."Ambil beberapa set buat dipakai sehari-hari juga, yang segar dan anggun, cocok sama aura kamu," ucap Zoya sambil memilihkan gaun dan menyerahkannya pada Tamara.Tamara memandangi beberapa model dengan gaya yang berbeda. Sebagai asisten rumah tangga selama dua tahun terakhir ini, dia hampir tak pernah berdandan. Dia hanya mengenakan kaus dan celana panjang setiap hari

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 65

    "Aku bukan mau memaksamu. Tunggu sampai kamu siap dulu baru cerita," ujar Zoya sambil menghela napas."Oke," jawab Tamara sambil mendongak dan tersenyum.Semua pakaian yang dicoba Tamara dan dirasa cocok, langsung dibelinya. Setelah itu mereka melanjutkan memilih sepatu hak tinggi dan akhirnya melangkah masuk ke sebuah salon."Potong rambutku agak pendek, sampai sebahu saja," kata Tamara saat duduk di depan cermin.Penata rambut mengangguk mengerti dan mulai menata. Tamara memandangi pantulan dirinya di cermin dengan fokus. Wajahnya memang tampak lesu dan kosong, seperti tidak punya semangat hidup sedikit pun.Padahal dia sudah meninggalkan Carlos. Bukankah seharusnya dia bisa hidup lebih baik sekarang? Dia sudah keluar dari penjara bernama pernikahan itu dan takkan pernah kembali lagi.Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum tipis.Ya, pelan-pelan saja. Saatnya merawat dirinya kembali dan membangun ulang dirinya yang dulu."Jangan dipotong rata. Potong berlapis, ujung rambutnya dibu

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 66

    Kalau Tamara menjawab telepon dari Ihsan tapi justru memblokir dirinya ....Ihsan kembali melirik sekilas ke arah Carlos. Aura gelap yang bergejolak menyelimuti pria itu. Dia bahkan merasa nyawanya terancam."Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak dapat dihubungi. Silakan coba beberapa saat lagi."Suara mesin itu terdengar tak lama kemudian, membuat Carlos terpaku.Dalam hati Ihsan berpikir, 'Syukurlah ... nyawaku terselamatkan ....""Coba lagi beberapa kali," perintah Carlos.Ihsan pun menuruti perintahnya dan mencoba menelepon ulang beberapa kali, tapi hasilnya tetap sama.Carlos membatin, 'Heh, ternyata semua diperlakukan sama.'Amarah yang semula nyaris meledak, kini perlahan memudar. Entah kenapa, suasana hatinya malah membaik. "Sudah, kamu boleh pergi. Dia juga memblokirmu rupanya," kata Carlos.Ihsan terdiam sejenak, lalu menunduk melihat ponselnya, kemudian menyadari sesuatu. Jadi ... yang membuat Carlos marah itu karena Tamara memblokir nomornya?"Pak Carlos, belum tentu it

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 67

    Ihsan terdiam. Jadi semuanya sia-sia? Carlos tetap tidak percaya?Saat masuk ke lift, wajah Carlos tampak kelam. Meskipun Tamara sudah memberi penjelasan waktu itu, lalu apa gunanya? Bukannya dia tidak mengatakannya langsung ke dirinya? Bahkan sampai menyuruh Ihsan untuk tidak usah memberitahunya.Kalau memang merasa telah difitnah, kenapa tidak langsung menelepon dan menjelaskan sendiri? Dia sudah memberi Tamara beberapa kali kesempatan. Masa Tamara bahkan tidak bisa mengambil inisiatif sekali pun? Apa benar-benar sesulit itu?Dengan perasaan kesal yang terpendam, Carlos menyetir ke restoran tempat reservasi mereka.Verona sudah tiba lebih dulu dan sedang membolak-balik menu. Meski tadi pagi sempat bertengkar, Carlos tetap menyetujui ajakan makan siang ini. Bukankah itu tanda masih ada celah di antara mereka?Selama dia terus menekan dan memperkuat hubungan ini, Carlos pasti akan kembali menyukainya seperti masa-masa mereka di kampus.Sementara itu, di tempat duduk seberang agak menyam

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 68

    Tamara mendengarkan semua itu dengan perasaan hangat. Dia benar-benar ikut bahagia untuk Jacob. Mimpinya di masa lalu akhirnya tercapai juga."Ngomong-ngomong, semua ini juga berkat Tamara. Waktu itu dia yang berhasil menarik investor malaikat dengan nilai 20 miliar," kata Jacob sambil menoleh ke arah Tamara."Rara sehebat itu? Kenapa kamu nggak pernah cerita?" Zoya menatap takjub."Soalnya, setelah berhasil menarik investor, Tamara langsung pergi ke luar negeri. Aku waktu itu benar-benar terharu, sampai ingin langsung kasih dia saham. Tapi kepergiannya benar-benar mendadak, aku jadi nggak sempat ngomong apa-apa," ujar Jacob sambil menghela napas.Mendengar itu, ingatan Tamara melayang ke dua tahun yang lalu. Waktu itu memang dia berniat memulai bisnis bersama Jacob, tapi siapa sangka takdir malah menghadiahkannya "keberuntungan" lain.Demi cinta, dia rela melepaskan karier yang hampir dimulainya, lalu lenyap dari dunia dan menjadi seorang "asisten rumah tangga" yang terpenjara."Invest

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 69

    Di area depan restoran.Carlos menyebutkan nomor meja dan pelayan pun mulai memandunya menuju tujuan. Saat sedang berjalan, tanpa sadar dia menoleh ke samping dan pandangannya tidak sengaja menyapu salah satu sudut ruangan.Langkahnya mendadak terhenti sejenak.Matanya terpaku pada sosok wanita yang duduk di salah satu bilik. Tepat saat itu, wanita itu mengangkat menu dan menutupi wajahnya.Dalam sekejap tadi, dia merasa seperti melihat ....Tamara.Carlos kembali berjalan mengikuti pelayan, tapi pandangannya masih tertuju ke arah sana. Saat hampir bisa melihat profil wajah wanita itu dengan lebih jelas, tiba-tiba sebuah tiang besar menghalangi pandangannya.Begitu mencoba melihat lagi, yang tampak hanyalah bagian belakang kepala wanita itu.'Rambut pendek .... Bukan Tamara. Tamara berambut panjang. Lagi pula, dia sekarang masih dirawat di rumah sakit. Mana mungkin dia ada di sini?'Carlos akhirnya benar-benar mengalihkan pandangan. Ekspresinya kembali datar, berpikir mungkin dia hanya

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 70

    Sudut bibir Verona terangkat, menyunggingkan senyuman tipis. Di dalam hati, dia sudah menyusun rencana dengan rapi.Makanan utama akhirnya datang, tapi Carlos tidak makan banyak. Malahan, dia hampir menghabiskan sebotol penuh anggur merah. Setelah itu, dia bahkan membuka sebotol anggur lagi sehingga efeknya mulai terasa."Sudahan minumnya. Nanti siang aku masih harus kerja," ujar Carlos sambil menjauhkan gelas, mencegah Verona menuangkan lagi."Sepertinya suasana hatimu sedang buruk. Mungkin karena tekanan kerja yang berat. Minum sedikit, lalu tidur sebentar di kantor, siangnya pasti lebih segar," bujuk Verona.Carlos mendengar ucapannya dan suasana hatinya memang sedang buruk. Namun, penyebabnya bukan karena tekanan pekerjaan, melainkan karena Tamara.Sampai saat ini Tamara belum juga datang mencarinya, bahkan teleponnya pun tidak dijawab. Dia merasa kesal, marah, dan ... frustrasi.Akhirnya, dia mendorong kembali gelas ke arah Verona. Wanita itu langsung menuangkan anggur hingga menye

Latest chapter

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 85

    Siang hari ini pun Carlos masih mencoba mengirim pesan verifikasi ke Tamara, tetapi langsung muncul notifikasi gagal terkirim. Kontaknya telah diblokir."Tamara, lebih baik kamu jangan pernah muncul lagi seumur hidupmu!" Carlos menggertakkan gigi, bergumam sendiri.Saat sampai di rumah, Verona sudah selesai memasak dan menghidangkan makan malam untuk Carlos dengan antusias.Namun, begitu melihat Verona memakai baju milik Tamara dan mengenakan celemek yang biasa dipakai Tamara, Carlos langsung maju dan merobek dengan kasar.Awalnya, Verona mengira Carlos akhirnya luluh. Meskipun awalnya kasar, dia tak keberatan. Akan tetapi, dia akhirnya sadar bahwa dirinya salah paham.Tubuhnya didorong, dijatuhkan ke lantai. Carlos menatapnya dengan marah sambil membentak, "Siapa yang izinin kamu pakai bajunya dan sentuh barangnya?"Verona ketakutan, air mata langsung tumpah. Dia menatap pria itu dengan tatapan sedih, "Carlos, ada apa denganmu? Kenapa kamu perlakukan aku seperti ini?""Dulu aku juga pe

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 84

    "Jadi maksud Bapak, Bapak memang nggak sampai ke langkah terakhir, tapi yang lainnya semua dilakuin?" Ihsan menyimpulkan.Carlos ingin membantah, tetapi tidak bisa melontarkan sepatah kata pun."Membawa dia ke rumah, ke kamar utama, antar jemput, kasih hadiah mahal, masuk trending topic terus, bahkan waktu kecelakaan yang Bapak selamatin duluan bukan Nyonya," Ihsan menyebut satu per satu hal yang diketahuinya."Ada kesalahpahaman nggak diselesaikan. Bukannya bersama istri, malah temani wanita lain. Waktu Nyonya dirawat di rumah sakit, Bapak juga nggak peduli ...," lanjut Ihsan sambil menghela napas.Carlos akhirnya benar-benar terdiam, mengepalkan tangannya, menggertakkan giginya. Tidak ada sepatah kata pun yang bisa dilontarkannya."Ini sangat keterlaluan, Pak Carlos. Kalau orang lain di posisi Nyonya, pasti sudah minta cerai dari dulu." Ihsan menjatuhkan bom terakhir.Kata cerai itu langsung memicu ledakan. Brak! Carlos tiba-tiba berdiri hingga kursinya terlempar ke belakang.Ihsan te

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 83

    Carlos kembali tersadar, membalikkan tabletnya, lalu mengambil dokumen dan keluar ruangan.Saat berjalan, pikirannya secara otomatis memutar ulang berbagai video dan foto tentang Tamara. Dalam lamunannya, dia bertanya-tanya.Ternyata Tamara begitu luar biasa. Kenapa dia tidak pernah menyadarinya? Namun, kalau dipikir-pikir, tidak ada yang aneh. Sejak SMA, Tamara memang sudah pintar. Saat kuliah, dia pasti semakin bersinar dan mencuri perhatian.Adapun Carlos, meskipun satu universitas dengan Tamara, jurusan mereka berbeda. Lagi pula, masa itu dia selalu bersama Verona.Semakin dipikir, Carlos merasa dia benar-benar telah melewatkan empat tahun bersama Tamara. Padahal dulu jarak mereka begitu dekat ....Saat berikutnya, muncul sebuah pemikiran konyol. Kalau dulu dia tidak berpacaran dengan Verona, apakah dia akan jatuh cinta pada Tamara saat kuliah?Jari-jarinya perlahan mengepal. Rapat sudah dimulai, membuatnya terpaksa menghentikan semua asumsi itu.Dua jam kemudian, rapat selesai dan

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 82

    Di lorong, Verona mengepalkan tangannya hingga kukunya menusuk telapak tangannya. Pada akhirnya, dia kembali ke kamarnya dengan amarah meluap-luap. Kemudian, dia menelepon Tamara berkali-kali.Namun, tak peduli berapa kali dia menelepon, yang terdengar hanya suara operator otomatis. Mengirim pesan pun tak dibalas. Verona hampir gila karena marah.Di kamar utama, Carlos mandi dengan wajah muram. Dia kembali menelepon Ihsan, menanyakan apakah ada perkembangan. Mendapat jawaban yang sama seperti sebelumnya, dia frustrasi dan melempar ponselnya ke sofa.Carlos berbaring di tempat tidur dengan mata terbuka lebar. Dia tidak mungkin bisa tidur. Tamara sudah pergi sejak kemarin dan malam ini adalah malam kedua.Begitu dia membayangkan kemungkinan Tamara sedang bersama pria sialan itu, mungkin tidur sekamar, berciuman, atau bahkan ....Kepalanya seperti mau meledak. Amarahnya menghanguskan sisa-sisa rasionalitas yang masih tertinggal.Di kamar sebelah, Verona juga tidak bisa tidur. Tak lama kemu

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 81

    Verona menunduk melihat bekas jari merah di lengannya, lalu berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "Sebenarnya ada apa sih?"Carlos duduk di sofa. Kepalanya tertunduk, seluruh tubuhnya seperti diliputi kekecewaan. Dia bergumam pelan, "Tamara ... sudah pergi.""Tamara 'kan di rumah sakit, kamu masih mabuk ya?" balas Verona."Nggak, dia nggak di rumah sakit. Kata perawat, dia sudah keluar dari kemarin pagi," ucap Carlos linglung."Eh? Masa sih? Kok kita nggak tahu apa-apa?" Verona berpura-pura terkejut."Kamar dia sudah diberesin. Dia cuma ninggalin ponsel yang kubelikan sama ...." Carlos terdiam, suaranya semakin lirih."Sama apa?" Verona sengaja memancing.Carlos menggertakkan gigi, mengepalkan tangannya sambil berkata, "Kertas-kertas nggak berguna. Fotokopian. Dia pikir bisa menakutiku pakai itu? Dasar bodoh!"Verona yang mendengar kata fotokopian itu langsung mengernyit. Fotokopi? Bukannya itu surat cerai?Dia buru-buru berdiri dan berjalan ke kamar Tamara. Begitu masuk, dia melihat se

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 80

    Tamara sampai tidak sanggup lagi berkomentar. Menikah dan hidup selama dua tahun dengan orang seperti Carlos. Kalau hal ini tersebar, dia sendiri yang malu."Rara, kamu ngapain sih?" Zoya datang sambil membawa bir. Begitu melihat ekspresi Tamara yang tampak pasrah, dia tak kuasa bertanya."Nggak apa-apa. Cuma kesal gara-gara sales tolol," jawab Tamara sambil tersenyum.Dia sendiri juga cari masalah. Sudah tahu Carlos mengirim permintaan pertemanan, seharusnya jangan dibaca satu per satu."Makanya, aku bilang biar aku maki sales itu. Kamu sih terlalu baik sampai nggak tega nolak." Zoya duduk dan membuka birnya."Sudah aku tolak, sudah aku hapus juga. Cuma ... tetap saja kesal liat isi pesannya," sahut Tamara.Mereka bersulang, lalu Tamara melemparkan ponselnya ke samping, tak lagi menyentuhnya.Tamara sama sekali tidak peduli, sementara Carlos benar-benar emosional. Dia marah, gelisah, dan mengamuk sendiri."Bagus, Tamara! Kamu pikir aku cuma bisa ngancam doang? Kamu kira aku siapa hah?"

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 79

    Kapan dia tanda tangan? Tamara sama sekali tidak pernah memberinya dokumen itu! Kalau memang sempat melihatnya, mana mungkin dia akan menandatanganinya!Otak Carlos berputar-putar, berusaha mengingat bagian mana yang salah. Jemarinya memainkan sobekan kertas itu. Tiba-tiba, dia merasa ada yang aneh dengan teksturnya. Tanda tangan itu tidak ada goresan tinta. Itu ....Carlos mendekatkan kertas ke matanya, menatap lebih saksama. Ini salinan?Dia menggosok permukaannya beberapa kali, ternyata itu memang hasil fotokopi. Kepanikannya sempat mereda sesaat, tetapi segera berubah menjadi kemarahan membara."Tamara! Gila kamu! Berani-beraninya pakai salinan palsu buat menipuku!" Carlos menggertakkan giginya.Barusan, dia benar-benar mengira itu surat cerai dengan tanda tangannya yang asli. Ternyata ini hanya permainan bodoh wanita itu! Dia malah bingung dan panik sendiri.Tidak, dia bukan panik! Hanya kesal dan tidak bisa ingat kapan dia menandatanganinya, itu saja!Carlos berdiri lagi, menatap

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 78

    Kenapa dia tidak tahu?"Kamu siapanya Bu Tamara?" Suster yang melihat reaksinya seperti itu, tak bisa menahan diri untuk bertanya."Aku ... suaminya," gumam Carlos dengan suara pelan.Suster itu mengernyit, mengamati pria itu dari atas sampai bawah, tampak tidak terlalu percaya. "Kalau kalian suami istri, kok kamu nggak tahu dia sudah keluar rumah sakit?" tanya suster itu lagi.Carlos tidak menjawab. Tatapannya kosong, pikirannya mendadak hampa. Beberapa detik berlalu begitu saja sampai akhirnya dia tiba-tiba tersadar dan langsung berlari turun ke lantai bawah.Kalau Tamara sudah keluar rumah sakit sejak kemarin pagi, kenapa dia tidak pulang? Selimut dan bantal yang hilang itu dibawa ke mana? Apa dia tinggal di tempat lain? Di kota ini, dia tidak punya kenalan. Apa dia sewa tempat tinggal baru?Namun, Tamara sudah dua tahun tidak bekerja. Dari mana uang untuk menyewa tempat tinggal? Dari Arham? Tidak, bisa jadi ....Tamara tinggal bersama kakak kelasnya itu!Begitu pemikiran itu terlint

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 77

    Carlos mengepalkan bibir, ragu-ragu dan bimbang selama beberapa menit. Pada akhirnya, dia memutar arah dan mengemudi pulang.Tamara tidak mengangkat teleponnya. Apakah karena dia memang tidak punya ponsel atau karena sengaja memblokirnya?Carlos sudah membelikannya ponsel baru. Jika Tamara tidak ada di rumah, berarti dia membawa ponselnya. Kalau begitu, kemungkinan besar wanita itu memblokirnya. Setidaknya kalau bertengkar, dia tidak akan kalah telak.Namun, jika ternyata Tamara memang tidak memakai ponsel itu .... Bagaimana dia melewati hari-harinya di rumah sakit? Melihat komputer?Dengan sedikit harapan untuk membuktikan pikirannya sendiri, Carlos kembali ke apartemen. Dia naik lift ke atas, membuka pintu, dan langsung menuju kamar tamu.Pintu tak terkunci. Begitu didorong, dia langsung terpaku. Selimut dan bantal di atas ranjang sudah tidak ada, hanya menyisakan kasur polos.Carlos membeku. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat, punggungnya menegang, ada rasa panik yang muncul tanpa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status