Share

Bab 59

Author: Bertha
Mendengar ucapan itu, mata Verona langsung berbinar, tapi dia tetap berpura-pura ragu dan berkata dengan suara pelan, “Itu 'kan kalung yang kamu pilih sendiri selama dua jam dan belikan khusus untuk Rara dengan harga selangit. Rasanya nggak pantas kalau aku yang menyimpannya ....”Kalimat itu justru makin menyulut amarah Carlos. Benar, waktu dua jam dan 180 miliar yang dia keluarkan, tetapi Tamara malah menolak mentah-mentah dan bahkan membuangnya begitu saja.

“Dia memang nggak pantas. Sekarang kalung itu aku kasih ke kamu, jadi simpan saja.” Setelah ebrkata demikian, Carlos langsung masuk ke kamar utama dan menutup pintu dengan tegas.

Verona menatap pintu yang tertutup, lalu sudut bibirnya melengkung tinggi perlahan-lahan. Matanya dipenuhi dengan keserakahan dan kegembiraan.

Padahal, sebelumnya dia masih berpikir akan mencari cara agar Tamara mau mengembalikan kalung itu kepada Carlos. Namun kenyataannya, kalung itu malah jatuh ke tangannya dengan lebih mudah dari yang dia bayangkan.

V
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 60

    "Hebat, kamu masih sekuat biasanya." Begitu penilaian Zoya padanya."Sudah lihat gosip yang aku kirim belum? Kok nggak dibalas sih?" lanjutnya.Sebelum Tamara sempat menjawab, Zoya mendadak teringat sesuatu dan berkata, "Oh iya, aku sampai lupa. Kamu 'kan dua tahun ini di luar negeri. Pasti nggak tahu siapa itu Carlos."Tatapan Tamara menunduk tanpa mengatakan apa pun. Mana mungkin tidak tahu? Dia bahkan sudah jadi "asisten rumah tangga" pria itu selama dua tahun."Dia itu masih satu kampus sama kita. Cuma dia di jurusan keuangan, sedangkan kita ambil Seni Media Digital. Katanya waktu tingkat tiga, dia sudah putus sama pacarnya itu. Siapa sangka, empat tahun kemudian malah balikan lagi ...."Zoya terus saja mengoceh, suaranya terdengar tidak jelas karena dia sedang menyikat gigi. Tamara tak ingin merusak semangat temannya. Dia hanya mengecilkan volume ponsel diam-diam.Zoya adalah teman sekamarnya saat kuliah, bisa dibilang adalah salah satu teman dekat Tamara. Itulah mengapa dia tidak

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 61

    "Pak Joni, silakan keluar. Yang penting trending topiknya sudah dihapus," ujar Carlos akhirnya.Kepala humas sempat tertegun dan merasa tak percaya, tapi akhirnya mengangguk dengan penuh rasa syukur. "Saya janji, kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi," katanya."Nggak usah memberlakukan shift malam untuk staf. Urusan pribadiku, biar aku sendiri yang selesaikan," ucap Carlos dengan wajah dingin.Kepala humas pun mundur. Ihsan juga hendak keluar, tetapi langsung dipanggil kembali oleh bosnya. "Bagaimana dengan rumah yang aku minta kemarin, sudah ketemu?" tanya Carlos."Aku sudah dapat lima opsi. Kapan Bapak ada waktu untuk memilih?" jawab Ihsan."Sekarang," kata Carlos singkat.Ihsan segera mengirimkan file berisi data rumah ke e-mail Carlos, lalu bersiap memaparkan satu per satu agar bosnya bisa memilih.Namun, saat baru memulai presentasi rumah pertama, Carlos langsung berkata, "Yang ini saja."Ihsan tertegun. Dia pikir bosnya akan memilih-milih atau mungkin malah menolak semua

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 62

    "Carlos, jangan marah, ya? Aku sungguh nggak sebut nama kamu, aku sumpah."Mendengar permintaan maaf Verona yang memelas seakan-akan dirinya nyaris hancur, Carlos hanya bisa menarik napas panjang.Dia kemudian berkata, "Meski kamu unggahnya dari akun pribadi dan memang nggak menyebut namaku, tapi kalung mahkota mawar itu cuma ada satu. Baru-baru ini juga paparazi masih terus menguntitku gara-gara insiden di acara peragaan busana.""Maaf, Carlos ... Aku salah .... Waktu itu aku benar-benar nggak mikir sejauh itu ...." Verona akhirnya mulai menangis.Mendengarkan isak tangis dari ujung telepon, Carlos mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia terdiam beberapa detik, lalu membatin, 'Sudahlah. Verona orangnya polos, dia mungkin cuma ingin berbagi karena senang.''Lagi pula, soal unggahannya tengah malam, dia juga bilang karena tidurnya telat. Pasti bukan disengaja memilih waktu.''Sudah, jangan nangis. Aku cuma tanya. Mulai sekarang, jangan asal unggah postingan lagi, ya. Soalnya gampang sekali

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 63

    Namun suara yang dia tunggu-tunggu tak kunjung terdengar. Yang menggantikan hanyalah suara mesin, "Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi. Silakan coba beberapa saat lagi.”Carlos terdiam sejenak, terpaku. Tidak bisa dihubungi?Dia segera menutup panggilan dan mencoba lagi. Dia mencobanya berkali-kali, tapi hasilnya tetap sama. Seketika, amarah meledak dari dalam dadanya.Dulu, saat dia menelepon Tamara sampai ratusan kali, setidaknya masih masuk meskipun tidak dijawab. Sekarang teleponnyan bahkan tidak bisa tersambung? Tamara memblokirnya?Carlos mengepalkan tangannya. Dia tertawa dingin karena kesal, lalu menggertakkan gigi sambil melontarkan makian, “Bagus! Tamara, aku sudah kasih kamu alasan untuk berdamai, tapi kamu malah nggak mau terima? Apa kamu mau aku langsung datangin kamu ke rumah sakit? Mimpi!”Sudah empat hari sejak insiden kebocoran gas dan selama ini dia tak pernah memarahi Tamara. Bahkan hari ini, dia sudah membuat keputusan untuk meminta Verona pindah

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 64

    Zoya hendak memeriksa luka-luka Tamara, tetapi dicegah olehnya. Tamara berkata itu bukan masalah besar. Dia kembali memeluk Zoya, kali ini dengan pelukan yang hangat dan lembut.Zoya pun meminta maaf, "Maaf ya, aku nggak tahu kamu masih terluka. Dua tahun nggak ketemu, aku jadi terlalu semangat.""Aku yang nggak bilang dari awal, takut kamu khawatir. Aku juga kangen sama kamu," ujar Tamara sambil tersenyum.Setelah lama tidak berjumpa, mereka berdua berjalan-jalan sambil bergandengan tangan. Tamara ingin memilih baju dan Zoya membantunya memberi saran. mereka mencocokkan beberapa setelan yang cocok untuk dipakai ke kantor."Ambil beberapa set buat dipakai sehari-hari juga, yang segar dan anggun, cocok sama aura kamu," ucap Zoya sambil memilihkan gaun dan menyerahkannya pada Tamara.Tamara memandangi beberapa model dengan gaya yang berbeda. Sebagai asisten rumah tangga selama dua tahun terakhir ini, dia hampir tak pernah berdandan. Dia hanya mengenakan kaus dan celana panjang setiap hari

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 65

    "Aku bukan mau memaksamu. Tunggu sampai kamu siap dulu baru cerita," ujar Zoya sambil menghela napas."Oke," jawab Tamara sambil mendongak dan tersenyum.Semua pakaian yang dicoba Tamara dan dirasa cocok, langsung dibelinya. Setelah itu mereka melanjutkan memilih sepatu hak tinggi dan akhirnya melangkah masuk ke sebuah salon."Potong rambutku agak pendek, sampai sebahu saja," kata Tamara saat duduk di depan cermin.Penata rambut mengangguk mengerti dan mulai menata. Tamara memandangi pantulan dirinya di cermin dengan fokus. Wajahnya memang tampak lesu dan kosong, seperti tidak punya semangat hidup sedikit pun.Padahal dia sudah meninggalkan Carlos. Bukankah seharusnya dia bisa hidup lebih baik sekarang? Dia sudah keluar dari penjara bernama pernikahan itu dan takkan pernah kembali lagi.Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum tipis.Ya, pelan-pelan saja. Saatnya merawat dirinya kembali dan membangun ulang dirinya yang dulu."Jangan dipotong rata. Potong berlapis, ujung rambutnya dibu

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 66

    Kalau Tamara menjawab telepon dari Ihsan tapi justru memblokir dirinya ....Ihsan kembali melirik sekilas ke arah Carlos. Aura gelap yang bergejolak menyelimuti pria itu. Dia bahkan merasa nyawanya terancam."Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak dapat dihubungi. Silakan coba beberapa saat lagi."Suara mesin itu terdengar tak lama kemudian, membuat Carlos terpaku.Dalam hati Ihsan berpikir, 'Syukurlah ... nyawaku terselamatkan ....""Coba lagi beberapa kali," perintah Carlos.Ihsan pun menuruti perintahnya dan mencoba menelepon ulang beberapa kali, tapi hasilnya tetap sama.Carlos membatin, 'Heh, ternyata semua diperlakukan sama.'Amarah yang semula nyaris meledak, kini perlahan memudar. Entah kenapa, suasana hatinya malah membaik. "Sudah, kamu boleh pergi. Dia juga memblokirmu rupanya," kata Carlos.Ihsan terdiam sejenak, lalu menunduk melihat ponselnya, kemudian menyadari sesuatu. Jadi ... yang membuat Carlos marah itu karena Tamara memblokir nomornya?"Pak Carlos, belum tentu it

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 67

    Ihsan terdiam. Jadi semuanya sia-sia? Carlos tetap tidak percaya?Saat masuk ke lift, wajah Carlos tampak kelam. Meskipun Tamara sudah memberi penjelasan waktu itu, lalu apa gunanya? Bukannya dia tidak mengatakannya langsung ke dirinya? Bahkan sampai menyuruh Ihsan untuk tidak usah memberitahunya.Kalau memang merasa telah difitnah, kenapa tidak langsung menelepon dan menjelaskan sendiri? Dia sudah memberi Tamara beberapa kali kesempatan. Masa Tamara bahkan tidak bisa mengambil inisiatif sekali pun? Apa benar-benar sesulit itu?Dengan perasaan kesal yang terpendam, Carlos menyetir ke restoran tempat reservasi mereka.Verona sudah tiba lebih dulu dan sedang membolak-balik menu. Meski tadi pagi sempat bertengkar, Carlos tetap menyetujui ajakan makan siang ini. Bukankah itu tanda masih ada celah di antara mereka?Selama dia terus menekan dan memperkuat hubungan ini, Carlos pasti akan kembali menyukainya seperti masa-masa mereka di kampus.Sementara itu, di tempat duduk seberang agak menyam

Latest chapter

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 88

    Karena Tamara menginginkannya, Carlos akan memberikannya. Mari kita lihat, apakah dia berani datang mengambilnya nanti?Berani sekali wanita ini mempermainkan kakeknya, benar-benar tidak tahu berterima kasih! Lupa dulu mereka bisa menikah karena Arham?Verona belum tidur malam itu. Dia masih menyiapkan makanan dan menunggu Carlos pulang kerja. Begitu pria itu masuk, baru saja Verona ingin menyambut, dia langsung melihat wajah Carlos yang masam.Kemudian, pria itu bertanya dengan nada tak bersahabat, "Bukannya semalam aku sudah bilang jangan masak? Barang-barangmu sudah dibereskan belum? Kalau sudah, aku suruh Ihsan bantu kamu pindah besok."Langkah kaki Verona langsung terhenti, matanya mulai berkaca-kaca. "Carlos, kamu benar-benar ingin aku pergi secepat itu? Semalam kamu desak, malam ini juga ...."Carlos terdiam sejenak, lalu menjawab, "Nggak pantas kalau kamu tinggal di rumahku. Aku sudah nikah dan Tamara pergi dari rumah karena itu. Jadi, lebih baik kamu tinggal di luar. Ini juga d

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 87

    Surat cerai asli dengan tanda tangan pribadinya? Itu tidak mungkin!"Aku nggak pernah tanda tangan! Dari awal sampai akhir, aku bahkan nggak pernah lihat dokumen itu!" pekik Carlos.Di seberang sana, kepala pelayan dibentak sampai benar-benar terbangun total. Dia pun menghela napas dan berkata."Tapi, dokumennya asli. Aku lihat sendiri tanda tangannya, nggak ada yang aneh. Lagi pula, dua hari ini Tuan juga nggak telepon untuk menjelaskan apa-apa. Tuan Arham kira Tuan memang setuju.""Nggak! Aku nggak pernah setuju! Dokumen yang nggak pernah kutandatangani, kenapa harus kuakui?" Carlos berseru marah, sampai urat di tangannya mencuat.Kepala pelayan terdiam sesaat, lalu mengernyit dan bertanya dengan ragu, "Apa mungkin Nyonya memalsukan tanda tangan Tuan?""Heh, cuma dia yang bisa kepikiran hal kriminal seperti itu! Otaknya benar-benar kosong!" Carlos membalas dengan penuh kebencian."Kalau tanda tangan itu palsu, berarti surat cerainya juga nggak sah secara hukum! Dia cuma ingin memperma

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 86

    Karena kejadian kemarin malam, sepanjang pagi wajah Carlos muram. Ihsan masih terus mencari Tamara. Bukan hanya di seluruh kota, tetapi juga di seluruh provinsi, bahkan di seluruh negara. Akan tetapi, tetap tidak ada hasil.Hari ini sudah masuk hari ketiga."Kapan kamu bisa menemukan dia? Bisa kerja lebih cepat sedikit nggak?" Menjelang jam pulang kerja, Carlos akhirnya tak tahan lagi dan memarahi Ihsan.Ihsan pun tak kalah frustrasi. Dalam batas kemampuannya, dia benar-benar tidak bisa menemukan keberadaan Tamara."Pak Carlos, mungkin bisa coba lewat jalur pribadi. Coba cari nomor ponsel baru Nyonya. Aku nggak bisa akses karena itu termasuk data privasi."Carlos baru tersadar setelah mendengar itu. Dia mulai menghubungi kenalannya di operator seluler untuk mendapatkan akses ke data.Sayangnya, karena operator bukan milik swasta, meskipun sudah mengerahkan semua koneksi yang dimilikinya, dia tetap tidak bisa menjangkau pihak tertinggi. Usahanya selama beberapa jam sia-sia, membuatnya te

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 85

    Siang hari ini pun Carlos masih mencoba mengirim pesan verifikasi ke Tamara, tetapi langsung muncul notifikasi gagal terkirim. Kontaknya telah diblokir."Tamara, lebih baik kamu jangan pernah muncul lagi seumur hidupmu!" Carlos menggertakkan gigi, bergumam sendiri.Saat sampai di rumah, Verona sudah selesai memasak dan menghidangkan makan malam untuk Carlos dengan antusias.Namun, begitu melihat Verona memakai baju milik Tamara dan mengenakan celemek yang biasa dipakai Tamara, Carlos langsung maju dan merobek dengan kasar.Awalnya, Verona mengira Carlos akhirnya luluh. Meskipun awalnya kasar, dia tak keberatan. Akan tetapi, dia akhirnya sadar bahwa dirinya salah paham.Tubuhnya didorong, dijatuhkan ke lantai. Carlos menatapnya dengan marah sambil membentak, "Siapa yang izinin kamu pakai bajunya dan sentuh barangnya?"Verona ketakutan, air mata langsung tumpah. Dia menatap pria itu dengan tatapan sedih, "Carlos, ada apa denganmu? Kenapa kamu perlakukan aku seperti ini?""Dulu aku juga pe

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 84

    "Jadi maksud Bapak, Bapak memang nggak sampai ke langkah terakhir, tapi yang lainnya semua dilakuin?" Ihsan menyimpulkan.Carlos ingin membantah, tetapi tidak bisa melontarkan sepatah kata pun."Membawa dia ke rumah, ke kamar utama, antar jemput, kasih hadiah mahal, masuk trending topic terus, bahkan waktu kecelakaan yang Bapak selamatin duluan bukan Nyonya," Ihsan menyebut satu per satu hal yang diketahuinya."Ada kesalahpahaman nggak diselesaikan. Bukannya bersama istri, malah temani wanita lain. Waktu Nyonya dirawat di rumah sakit, Bapak juga nggak peduli ...," lanjut Ihsan sambil menghela napas.Carlos akhirnya benar-benar terdiam, mengepalkan tangannya, menggertakkan giginya. Tidak ada sepatah kata pun yang bisa dilontarkannya."Ini sangat keterlaluan, Pak Carlos. Kalau orang lain di posisi Nyonya, pasti sudah minta cerai dari dulu." Ihsan menjatuhkan bom terakhir.Kata cerai itu langsung memicu ledakan. Brak! Carlos tiba-tiba berdiri hingga kursinya terlempar ke belakang.Ihsan te

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 83

    Carlos kembali tersadar, membalikkan tabletnya, lalu mengambil dokumen dan keluar ruangan.Saat berjalan, pikirannya secara otomatis memutar ulang berbagai video dan foto tentang Tamara. Dalam lamunannya, dia bertanya-tanya.Ternyata Tamara begitu luar biasa. Kenapa dia tidak pernah menyadarinya? Namun, kalau dipikir-pikir, tidak ada yang aneh. Sejak SMA, Tamara memang sudah pintar. Saat kuliah, dia pasti semakin bersinar dan mencuri perhatian.Adapun Carlos, meskipun satu universitas dengan Tamara, jurusan mereka berbeda. Lagi pula, masa itu dia selalu bersama Verona.Semakin dipikir, Carlos merasa dia benar-benar telah melewatkan empat tahun bersama Tamara. Padahal dulu jarak mereka begitu dekat ....Saat berikutnya, muncul sebuah pemikiran konyol. Kalau dulu dia tidak berpacaran dengan Verona, apakah dia akan jatuh cinta pada Tamara saat kuliah?Jari-jarinya perlahan mengepal. Rapat sudah dimulai, membuatnya terpaksa menghentikan semua asumsi itu.Dua jam kemudian, rapat selesai dan

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 82

    Di lorong, Verona mengepalkan tangannya hingga kukunya menusuk telapak tangannya. Pada akhirnya, dia kembali ke kamarnya dengan amarah meluap-luap. Kemudian, dia menelepon Tamara berkali-kali.Namun, tak peduli berapa kali dia menelepon, yang terdengar hanya suara operator otomatis. Mengirim pesan pun tak dibalas. Verona hampir gila karena marah.Di kamar utama, Carlos mandi dengan wajah muram. Dia kembali menelepon Ihsan, menanyakan apakah ada perkembangan. Mendapat jawaban yang sama seperti sebelumnya, dia frustrasi dan melempar ponselnya ke sofa.Carlos berbaring di tempat tidur dengan mata terbuka lebar. Dia tidak mungkin bisa tidur. Tamara sudah pergi sejak kemarin dan malam ini adalah malam kedua.Begitu dia membayangkan kemungkinan Tamara sedang bersama pria sialan itu, mungkin tidur sekamar, berciuman, atau bahkan ....Kepalanya seperti mau meledak. Amarahnya menghanguskan sisa-sisa rasionalitas yang masih tertinggal.Di kamar sebelah, Verona juga tidak bisa tidur. Tak lama kemu

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 81

    Verona menunduk melihat bekas jari merah di lengannya, lalu berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "Sebenarnya ada apa sih?"Carlos duduk di sofa. Kepalanya tertunduk, seluruh tubuhnya seperti diliputi kekecewaan. Dia bergumam pelan, "Tamara ... sudah pergi.""Tamara 'kan di rumah sakit, kamu masih mabuk ya?" balas Verona."Nggak, dia nggak di rumah sakit. Kata perawat, dia sudah keluar dari kemarin pagi," ucap Carlos linglung."Eh? Masa sih? Kok kita nggak tahu apa-apa?" Verona berpura-pura terkejut."Kamar dia sudah diberesin. Dia cuma ninggalin ponsel yang kubelikan sama ...." Carlos terdiam, suaranya semakin lirih."Sama apa?" Verona sengaja memancing.Carlos menggertakkan gigi, mengepalkan tangannya sambil berkata, "Kertas-kertas nggak berguna. Fotokopian. Dia pikir bisa menakutiku pakai itu? Dasar bodoh!"Verona yang mendengar kata fotokopian itu langsung mengernyit. Fotokopi? Bukannya itu surat cerai?Dia buru-buru berdiri dan berjalan ke kamar Tamara. Begitu masuk, dia melihat se

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 80

    Tamara sampai tidak sanggup lagi berkomentar. Menikah dan hidup selama dua tahun dengan orang seperti Carlos. Kalau hal ini tersebar, dia sendiri yang malu."Rara, kamu ngapain sih?" Zoya datang sambil membawa bir. Begitu melihat ekspresi Tamara yang tampak pasrah, dia tak kuasa bertanya."Nggak apa-apa. Cuma kesal gara-gara sales tolol," jawab Tamara sambil tersenyum.Dia sendiri juga cari masalah. Sudah tahu Carlos mengirim permintaan pertemanan, seharusnya jangan dibaca satu per satu."Makanya, aku bilang biar aku maki sales itu. Kamu sih terlalu baik sampai nggak tega nolak." Zoya duduk dan membuka birnya."Sudah aku tolak, sudah aku hapus juga. Cuma ... tetap saja kesal liat isi pesannya," sahut Tamara.Mereka bersulang, lalu Tamara melemparkan ponselnya ke samping, tak lagi menyentuhnya.Tamara sama sekali tidak peduli, sementara Carlos benar-benar emosional. Dia marah, gelisah, dan mengamuk sendiri."Bagus, Tamara! Kamu pikir aku cuma bisa ngancam doang? Kamu kira aku siapa hah?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status