Dreet Dreeet Dreeet
Lola: Iya Mami?
Mami Ajeng: Apa kau masih tidur, sayang?
Lola: maaf Mami, aku kesiangan. Aku akan bersiap dan segera kesana!
Mami Ajeng: Oh dear, cepatlah ke sini! Reynald Bukanlah orang yang mudah! Dia tidak suka orang yang telat. Drai tiga puluh orang yang melamar kemarin, hanya kau yang lolos! jangan membuatku malu.
Lola: baik Mami aku akan segera kesana.
Mami Ajeng: aku sudah mengirimkan alamatnya kepadamu. Segeralah datang, bagaimanapun caranya kau sampai di sini jam delapan pagi! Kalau kau memang menginginkan kontrak itu.
Lola: baik Mami.
Klik
'Haishhh ... Kenapa juga aku bisa kesiangan kayak gini sih! Kenapa juga alarm ku nggak bunyi? Ehm ... benarkah dia hanya memilihku?' ada senyum dibibir Lola walaupuun Lola juga menggerutu kesal sendiri hingga dia lupa kalau sekarang adalah hari Sabtu, tentu saja alarmnya tidak bunyi karena sudah mensettingnya hanya bunyi dari hari Senin sampai hari Jumat
'Aduh, tempatnya jauh lagi! Aku bakalan sampai di sana dalam waktu satu setengah jam kalau pakai mobil! Pfffh, aku harus bolos sekolahh sepertinya hari ini.' Lola cemas, sangat, sesegera mungkin Lola brinisiatif memesan ojek dengan aplikasi ojek online sambil bersiap mencuci mukanya dan mengganti pakaiannya tanpa mandi.
Cling!
'Yes ojeknya datang lima menit lagi!' Lola sudah tersenyum, segera memakai sepatunya dan bersiap untuk keluar dari kamarnya
klek
Tak ingin menunggu lama, Lola segera keluar dari kamarnya melangkahkan kakinya turun dari tangga, buru-buru ingin cepat keluar rumah dan menunggu tukang ojeknya sampai
"Kak, lu mau kemana buru-buru?" Austin memanggil dari arah ruang tv
"Mau pergi ke rumah temen! Kalau ada yang nanya bilang aja aku pulang malam!" Lola hanya melirik ke arah Austin dan melambaikan tangan,
'Tumben tuh bocah nggak pegang gadget! Biasanya dari melek juga udah langsung ada gadget ditangannya. trus kenapa dia ga sekolah? apa di skors lagi? ah, bodo amat lah!' celetuk Lola di hatinya mengomentari sapaan Austin sambil membuka pintu utama dan Lola segera berlari keluar menuju gerbang utama.
"Non, nggak pakai mobil?" Penjaga gerbang di rumah Lola bingung melihat Lola clingak-clinguk sambil melihat handphone
"Enggak, lagi buru-buru!" jawab Lola singkat sambil meminta buka pintu gerbang rumahnya dan segera berlari menuju tukang ojek yang baru saja tiba.
"Bang, sekarang ngebut ya! Harus sampai ke tempat itu dalam waktu kurang dari dua pukuh menit! Nanti saya kasih tambahannya banyak deh. Tiga ratus rebu."
"Beneran Non?" si Abang ojek terkejut dengan jumlah yang ditawarkan oleh Lola.
"Beneran bang, cepetan bang! ga pake lama pokoknya!"
"Siap Non! Jangankan dua puluh menit, sepuluh menit menit dijabanin dah kalo bayarannya segitu!" celetuk abang ojek semangat empat lima
Bruuuuuuuuuum
'Heiiish, gila ni Abang ojek bawa motornya cepet banget! Udah kayak ngapung! Tapi biarin deh daripada aku telat! Ini kan penentuannya! Aku penasaran dengan orang itu! Dan aku lebih penasaran apakah dia benar-benar bisa memberikan apa yang aku minta?" Ini adalah pertama kalinya Lola naik ojek dan motor yang dibawa ngebut membuat Lola sedikit khawatir tapi kekhawatirannya akan telat membuat Lola diam saja dan menikmati Adrenaline Rush di pagi harinya.
'Wah, malam Minggu gini dapat tambahan duit tiga ratus rebu mayan dah, bisa buat ngapel ke rumah si eneng!' gumam abang ojek di dalam hati yang kegirangan dengan jumlah yang ingin diberikan Lola, sehingga dia yang sudah hafal kota Jakarta mengajak Lola naik motor melalui gang-gang kecil, selap selip memangkas waktu sehingga Lola bisa sampai sesuai dengan prediksi Abang gojek dari waktu yang seharusnya berputar lebih dari dua puluh menit, kini kurang dari lima belas menit Lola sudah sampai ke tempat tujuan.
"Mantap lo bang! Harusnya lo jadi pembalap profesional kaya si Marc Marquez!" seru Lola yang kesenangan karena telah tiba on time di tempat tujuan sambil tangannya menyerahkan beberapa lembar ratusan ribu kepada si Abang ojek.
"Et dah Non, namanya susah banget pembalapnya, yak!" celetuk si Abang ojek sambil mengambil uang lembaran berwarna merah dari tangan Lola, "Wuish, banyak beut nih Non, lima lembar, apa nggak salah Non?" kaget sangat wajah abang ojek, sungguh pagi ini dia merasa mendapatkan rejeki nomplok
"Udah ambil aja semua bang, makasih ya!" Lola menjawab sambil berlari memasuki gedung apartemen meninggalkan tukang ojek yang kesenangan dengan bonus tipping yang diberikan oleh Lola
TING
tiit
hosh hosh hosh
ngos ngosan napas Lola, dia berjalan masuk ke dlaam lift sambil memegang perutnya. Lola sedikit meringis karena napas dan jantung Lola yang belum stabil setelah berlari cukup kencang hingga sampai di lift dan langsung memencet nomor empat puluh lima lantai apartemen Reynald
'Hmmm .. Kalau tebakanku benar, dia pasti tinggal di penthouse. Lumayan berada juga! Kayaknya bener yang dibilang sama mami Ajeng kalau dia memang cukup punya uang. Wajahnya blasteran bule dan indo, hmmm ... ganteng juga, wajar sepertinya kalau dia kaya, mungkin memang dia emang keturunan orang kaya,' Lola bicara sendiri mengomentari penampilan Reynald yang memang dari kemarin sebenarnya menarik perhatian Lola, tapi Lola tidak terlalu fokus. Persyaratan yang diberikan oleh Reynald kemarin membuat Lola hanya bisa memikirkan tindakan yang harus dilakukannya dan Lola juga sudah cukup stress sehingga tidak memikirkan fisik Reynald. Beda halnya dengan hari ini, tidak ada yang menyita pikiran Lola seperti kemarin sehingga bayangan wajah Reynald membuat Lola bisa senyum-senyum sendiri.
Ting
'Hfffht! Akhirnya sampai juga!' Agak deg-degan Lola melangkahkan kaki keluar dari lift
'Sesuai dugaanku!' gumam Lola dalam hatinya. Hanya ada dua pintu di lantai itu
ting tong
klek
"Ehm ... saya Lola dan ...,"
"Silakan masuk!" Pria yang membukakan pintu tidak lagi menunggu Lola menyelesaikan kalimatnya langsung membuka pintu lebar dan tanpa ragu Lola melangkahkan kakinya masuk
"Sayang kau sudah tiba!" Mami Ajeng menyapa lebih dulu mendekati Lola dan memeluk Lola
"Maaf membuat Mami agak sedikit cemas."
"Tidak apa-apa, yang penting kau tidak telat! Kita masih punya waktu dua menit." Mami Ajeng menggelengkan kepalanya, tersenyum senang dengan kehadiran lola lalu menarik Lola untuk duduk di sofa.
"Kenapa memakai pakaian seperti ini?" bisik Mami Ajeng
"Apa salah pakaianku?" Lola mengamati celana jeans pensil yang digunakannya dengan blus lengan panjangnya, lalu menatap Mami Ajeng
"Sudah, tidak apa-apa!" Mami Ajeng mengedipkan matanya, "tapi lain kali kalau kau ingin ke sini pakailah pakaian yang lebih ... ehm ... dewasa dan terbuka dan jangan lupa bermake up!" Mami Ajeng mengingatkan lagi Lola sesuatu yang tidak digunakan olehnya pagi ini.
Lola menganggukan kepalanya
'Hehehe, kalau aku make up dulu kayaknya aku bakalan sampai di sini jam sembilan atau jam sepuluh pagi!' Lola memang ingat tentang hal yang satu itu, tapi waktu yang dia miliki tidak cukup sehingga Lola hanya mengulum senyumnya
"Sudah menunggu lama?"
"Tidak apa-apa Tuan Reynald! Lola juga baru datang kok!" Mami memberikan senyuman manisnya sambil melirik Lola dan tangan kanannya mengelus-elus rambut Lola
"Hmmm.. bagus kau tidak kesiangan!" jawab Reynald santai sekali sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa.
Glek
'Hwaaaaaa ... sumpah gantengnya paripurna! Padahal dia cuman pakai longsleeve shirt sama celana cargo, tapi oh, Gosh! Sumpah keren banget! rambutnya yang setengah basah, bikin makin keren, wangi citrus tubuhnya juga, hmmm ... aduuh, ko jadi keren gini ya? aisssshh' Lola sampai menelan salivanya sendiri melihat Reynald yang baru saja menghampiri mereka hanya menggunakan kaos polos berlengan panjang warna putih dan celana cargo berwarna krem sungguh membuat hati Lola melting, apalagi wajah Reynald yang terkesan dingin, membuatnya semakin terlihat tampan dimata Lola, membuat degup jantung Lola berdetak lebih cepat dibandingkan saat Lola selesai berlari tadi. ingin rasanya Lola memalingkan pandangannya, tapi matanya seperti tidak ingin merespon dan tetap menatap pria di hadapannya bahkan Lola hampir tidak berkedip melihatnya dan ...
"Lola ...! Tuan Reynald memanggilmu!" bisik mami sambil menyikut Lola
"Hhh, eh iya, maaf Mami ...,"
"Ehm ... kenapa kau memandangku seperti itu?"
"Eeh, enggak om, hehe .... Aku cuma agak aneh aja kemarin Om pakai jas kan rapih gitu, terus sekarang pakai pakaian casual jadi kelihatan mudaan gitu," jawab Lola sekenanya, masih sambil cengar-cengir mencoba menutupi rasa malu dan geroginyaHuhuhu ... ketahuan deh aku lagi curi-curi pandang, haiiiish, please dong Lola, lebih jaga image sedikit coba, aiiish. Abis gimana, dia ganteng sih! hati kecil Lola mencoba mengingatkan dirinya lagi, tapi tetap saja hati Lola tidak bisa berbohong dengan ketertarikannya pada penampilan Reynald saat ini"Mudaan? Memang kemarin aku terlihat seperti apa? Kakek-kakek?" celetuk Reynald"Ehm ... Tuan Reynald mohon maaf, jangan diambil hati ya! Lola ini kan masih SMA jadi ngeliat Tuan pakai baju casual mungkin terlihat seperti anak SMA atau anak kuliahan." Mami bicara sambil menyenggol tangan Lola, "bukan begitu Lola?""Eh iya, Mami bener! Om Reynald jadi kelihatan kayak anak mahasiswa tingkat akhir. He eh bener banget gitu
DEG"Hhh .. iya, om Reynald." Sedikit bergetar degup jantung Lola ketika Reynald memanggilnya,Haduuuuuh, dia mau apa ya? Ehm ... aku belum siap kalau dia mau macam-macam, kita kan baru kenal, aku emang ga tahan sama kegantengannya, tapi ... aku belum ada feel sampe ke sana, duh ..., bisik Lola di hatinya tapi tetap Lola jalan menuju ke tempat dimana Reynald sekarang duduk"Mendekat ke sini!" Sambil bicara Reynald menarik pelan tangan Lola untuk mendekat hingga tidak ada jarak diantara merekaEhm ... Langsung dirangkul kayak gini? haduuuh, kamu mau ngapa-ngapain aku, bukan? bisik hati Lola ketika tangan kanan Reynald sudah ada di bahunya."Kau sudah makan?""Ehm ... belum sempat Om Reynald, tadi pagi aku kesiangan, jadinya aku nggak sarapan, enggak sekolah juga, aku bolos hari ini," jelas Lola jujur sesuai dengan kenyataannya."Bolos sekolah?" Reynald mengernyitkan sedikit dahinya dan memiringkan sedikit kepalanya menatap ke arah
"Hmmm ... iya, mandi! kamu kan belum mandi!""Tapi Om Reynald kan udah rapi, bukannya Om udah mandi ya?" tanya Lola agak nervousReynald menganggukkan kepalanya"Memang kalau udah mandi, nggak boleh mandi lagi?" Reynald lalu menyeringai setelah bertanya"Iya boleh sih Om!" jawab Lola sekenanya"Jadi nggak ada larangan kan!""Hehe, iya enggak om.""Ya udah kalau gitu, ayo cepetan! Jangan buang-buang waktu. Banyak yang bisa dilakukan mumpung masih pagi."Reynald menarik tangan Lola, setelah selesai bicara, Reynald melangkah ke arah kamarnya, tempat di mana kamar mandi berada.'Ih, yang bener sih? Masa udah diajak mandi bareng? duuuuh ... aku belum siap! Tapi gimana ya nolaknya?' Lola jujur merasakan takut di dalam hatinya, nervous dan malu"Hmmm ... coba lihat baju-baju itu! Apa itu ukuran mu?""Woooaaaaaaah, om Reynald, kenapa punya banyak baju perempuan?" Lola menimpali ketika mereka berada di walk in clo
"Ughhhh ... Om, be-beneran mandi?" suara Lola yang terbata-bata ketika Reynald mulai mendekat kepadanya dan satu persatu pakaiannya pun sudah dilepaskan hingga akhirnya tubuh pria kekar itu polos menuju ke pancuran shower di mana Lola sedang berdiri sekarang.GlekLagi-lagi Lola menelan salivanya ketika Reynald sedang melangkah mendekat.Hhhhh ... oh nooo ... Bodynya! Heiiish, ga nahaaaaan. Ehm, haduuuuh, kenapa jadi kaya patung dewa yunani gitu ototnya, ehm..., keluh Lola di dalam hatinya yang semakin bergemuruh ketika Reynald yang sudah polos berada di bawah pancuran shower yang sama dengannyadag dug dag dug dag dugHuuuuh, jantungku! gumam Lola di dalam hatinya, ketika kulitnya bersinggungan dengan kulit seseorang yang berdiri membelakanginya sehingga tubuh mereka bagian belakang saling menempel, tapi mereka masih berada di pancuran shower yang sama.Uuuugh, kenapa juga dia harus nempelin badannya ke aku sih? Apa dia nggak bisa mik
"Aku pakai sendiri aja Om!" jawab Lola cepat-cepat"Hmm ... pakailah cepat!" Lalu Reynald kembali melihat ke jam tangannya. "Aku tidak mau berangkat terlalu siang!" Dan melirik kembali pada Lola sambil bicara dan menyunggingkan senyum setelah selesai bicara.Lola menganggukan kepalanyaPasrah deh! Lagi lagi harus pakai baju sambil diliatin lagi! Dia nggak punya kerjaan banget sih! Emangnya dia nggak sibuk kerja atau ngurusin apa gitu daripada ngeliatin aku kayak gini? bisik Lola di dalam hatinya dan terpaksa Lola akhirnya memakai satu-persatu kain untuk menutupi bagian tubuhnya terasa maluTapiUdah kepalang! jawab lola di dalam hatinya menepis semua rasa dan berusaha untuk biasa."Look at me!""Hah?" Lola menatap kearah suara"Look at me while you put it on!" perintah Reynald lagi masih dengan tatapan matanya yang masih memindai LolaLola menganggukan kepalanya. "Iya Om!"Hadeeeuuuh, ribet amat sih! Udah harus pakai
"Haaaah, apa Bang Rey?" Lola setengah melotot menatap mata Reynald."Hahaha." Bukannya menanggapi Lola justru Reynald tertawa mendengarkan pernyataan Lola."Ehm, Bang Rey ...," Lola memanggil lagi nama Reynald."Hmmm ... kenapa memanggilku?""Perintahnya tadi beneran?" tanya Lola dengan wajah innocent yang menatap Reynald, tapi masih ragu membuka kain penutup bagian bawahnya."Hahaha! Kamu gampang banget sih dikerjain," celetuk Reynald sambil mencubit hidung Lola."Jadi ga beneran?" tanya Lola sambil mengerjapkan matanya."Cepet pakai bajunya! Kita sudah mau sampai.""Mau sampai?" Lola langsung memposisikan tubuhnya untuk bangun dan celingak celinguk menatap ke arah jendela."Sini deketan!" Tanpa menunggu jawaban, Lola sudah mengambil pakaian dalam Lola bagian atas dan membantu Lola mengaitkannya kembali, lalu membantu Lola memakai pakaian luar."Bang Rey ...,""Hmmm?" jawab Reynald singkat"Ehhm ... Seneng bang
"Kamar? Kita mau ngapain Bang Rey? Katanya mau mancing, kan?" Lola bertanya sambil mensejajarkan langkah kakinya dengan Reynald."Pegal duduk di sofa pengen lempengin badan, mancingnya nanti di tengah," celetuk Reynald sedapatnya."Tunggu, tunggu." Lola ngerem mendadak."Hmm ... mau nunggu apa lagi?" tanya Renald sambil menengok ke belakang tempat Lola berdiri."Heeee ...." Lola meringis dengan matanya menyipit menatap Reynald."Kamu kenapa kayak gitu?""Ish, emang Bang Rey pikir otak aku tumpul apa? Ngapain coba segala ke kamar? Pfffh!" Mata Lola melotot."Ya ngapain aja ... udah jangan tanya-tanya, ayo cepetan!" Enggan membuang waktu Reynald langsung menarik Lola masuk ke dalam cabin kamarnya.KlekHemmh ... haduuuh, mau ngapain aku di dalam sini? Dia pasti sudah mau macam-macam ngerjain aku lagi, kan? bisik Lola dihatinya sambil mengomel, ketika pintu kamar sudah ditutup.Dreeeet dreeet dreeet"Bang Rey bentar tema
Lola: Gue lagi masak air! Sekarang air gue gosong ntar gue telepon lagi ya!Dea: Lo ...KlikBelum sempat Dea menyelesaikan kalimatnya Lola sudah mematikan teleponnya melemparnya sembarang di tempat tidur dan memposisikan tubuhnya setengah duduk disanggah dengan dua tangannya, untuk melihat apa saja yang sedang dilakukan oleh Reynald pada tubuhnya."Neleponnya sudah?" tanya Reynald yang hanya melirik Lola sebentar lalu tanpa merasa berdosa menggunakan kedua jari telunjuknya sibuk dengan milik Lola bagian bawah, matanya pun kembali mengarah ke tempat tangan Reynald beraksi."Bang Rey lagi ngapain sih? Aku geli banget, kamu lagi ngapain di situ sih? Jangan gituin aku terus dong, nyut-nyutan rasanya di situ, aku geli banget, ssshhh ...," celetuk Lola yang sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan Reynald yang jari tangan kanannya sedang mencari sesuatu di dalam lubang kesejukan milik Lola, sesuatu yang ada di dalamnya dan apabila dipegang membuat tubuh
'Kenapa kejam banget sikapnya ke Bang Rey? Apa papa gak liat orang disampingku sangat serius punya niat serius dan perhatian padaku?'Sayangnya Rudi, papa Lola sudah sangat membencinya sehingga tidak ingin berlama-lama mendengarkan Reynald yang membuat hati Lola perih. Reynald sudah menunjukkan kasih sayangnya pada Lola dan perhatiannya yang begitu besar. Kenapa papanya tetap tak mau mendengarkannya dan tergugah hatinya?Lola tak mengerti. Tapi ini sangat menyakitkan bagi Lola."Baiklah kalau memang itu mau Anda!" Reynald bicara lagi."Saya yakin orang seperti Anda tidak mungkin Lost dan tidak memperhatikan Lola bukan? Anda pasti tahu kalau saya membawanya. Jam setengah delapan sekarang, tak mungkin Anda masih ada di rumah Anda," sindir Reynald yang sengaja ingin menunjukkan pada Lola kalau orang tuanya sudah tahu tentang kedatangan mereka."Apa maumu?"Tak menjawab, Rudi malah terlihat makin sinis."katakan saja apa maumu dan jangan menghabiskan waktu ku""Freddy, tunjukkan pada mer
"Bang Rey, tapi--"Lola ingin mengelak permintaan dari seseorang yang sangat dicintainya itu.CUP!"Aku tahu kamu nggak akan tenang. Kamu takut orang tuamu akan menyanggah lagi dan membuat masalah denganku bukan?"Ya jelas Lola mengangguk karena itu semua sesuai dengan ketakutan yang ada dalam benaknya"Udah, nggak usah khawatir, Lola! Aku tahu apa yang harus kulakukan dan tidak ada yang bisa membuat masalah denganku, Lola! Tenang saja." Reynald ingin meyakinkan dan tak mau Lola banyak pikiran."Tapi Bang Rey?""Lola, kalau kita nggak ketemu sama orang tuamu dan menyelesaikan masalah ini. kita tidak bicarakan dengan mereka baik-baik. Ya jelas saja semua ini tidak akan pernah selesai. Ujungnya mereka akan mengejar-ngejar aku atau mereka akan membuat masalah dengan pernikahan kita. Dan ini juga akan membuat mereka benci pada kita! Mau sampai kapan semua kebencian ini diteruskan?"Kini Reynald memegang wajah Lola dengan kedua tangannya mencoba meyakinkan wanitanya saat mata mereka bertau
"Yah, karena memang ayahku ingin kembali bersama ibuku Lola!""Eh, tunggu, tadi bukannya kata Bang Rey, ayah Bang Rey nggak bisa move on dari mamaku terus hubungannya papa bang Rey sama mamanya Bang Rey jadi berantakan?""Yep! Yang ku tahu begitu. Makanya aku dalam dilema saat tahu siapa kamu," jujur Reynald."Pertama, aku kesal dengan ayahku dan aku juga kasihan dengan ibuku. Kesal dengan ayahku karena dia lebih memilih ibumu sampai ibuku sakit makanya aku kecewa pada diriku kenapa aku bisa dekat dengan anak seorang wanita yang telah membuat keluargaku sendiri berantakan." Reynald diam sambil mengelus wajah Lola."Di sisi lain aku juga kesal karena aku tidak bisa berbuat apapun dan tetap harus mengikuti arah yang d
"Me-memang apa yang terjadi Bang Rey?" Lola takut-takut bertanya."Ibumu, Dia adalah orang yang membuat ayah dan ibuku berpisah!"Kaget Lola mendegarnya. Tapi dari pandangan mata Reynald pria itu tidak bercanda saat menjelaskan ini."Ibumu belum menikah dengan ayahmu. Dan dia adalah wanita yang sangat dicintai oleh ayahku sampai dia tidak bisa sama sekali melihat ibuku!" lalu Reynald menunduk dengan tawa yang masih tersemat di bibirnya"Ibuku sangat mencintai ayahku! Dia mencoba mengejarnya dan membuatnya mencintainya. Dia benar-benar tulus sekali padanya. Tapi sayangnya ayahku hanya melihat pernikahannya seperti pernikahan yang memang sudah dipersiapkan oleh keluarga kami. Hingga akhirnya dia berselingkuh di belaka
"B-bang Rey, udah gak benci aku lagi?""Hmm, sebenarnya aku membencimu ketika aku memikirkan tentang keluargamu dan orang tuamu."Reynald tersenyum yang lebih menyerupai ringisan dan menunjukkan rasa bersalah di wajahnya, sungguh sebuah senyum yang tak membuatnya bahagia."Tapi kau bukan mereka!" Reynald menyadari kesalahannya."Seharusnya aku sadar kalau aku tidak bisa melimpahkan semua emosi dan kemarahanku padamu, Lola." Reynald menggelengkan kepalanya pelan"Tapi kondisinya kemarin sulit sekali untukku Dan aku tahu itu juga sulit untukmu! Dan seharusnya aku memikirkan tentang dirimu aku tidak egois cuma aku tidak tahu bagaimana aku harus berpikir! Aku-- aku sudah menyia-nyiakanmu, Lola. Aku tahu seharusnya tidak semudah ini aku minta maaf padamu setelah apa yang sudah kulakukan padamu.""Bang Rey, hhh!""Hey jangan menangis sayang!"Reynald dengan lembut mengusap air mata itu dan dia mendekat kepada Lola menempelkan bibirnya di wajah tepat di mana tadi dia menggerakkan tangannya m
"Apa kau sudah menyelidiki teman wanitanya tadi? kalau dia adalah gadis baik-baik saja dan tak ada intrik apapun, Ferry?"Bukan masalah apa yang ada di perekam suara yang masih di pegang Ferry, ajudannya yang ditanyakan pria itu."Sudah Tuan Reynald.""Bagaimana hasilnya?"Reynald justru mengkhawatirkan yang lain!Dan selama ini memang dia selalu saja memperhatikan wanita yang sudah pergi dengan bus itu. Tapi tentu saja dia melakukannya diam-diam supaya semua gerak-geriknya tidak diketahui oleh asisten kakeknya."Dari hasil pantauan orang suruhan saya, tidak ada yang terlalu aneh padanya. Gadis itu normal seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Semua terlihat baik-baik saja tapi saya juga tidak tahu dengan siapa saja dia berkomunikasi. Hanya saja, Lola sepertinya cukup dekat dengannya dan banyak bicara dengannya. Mungkin satu-satunya cara kita mengetahui bagaimana hubungan mereka dari rekaman ini?""Hmm. Tadi dia pergi ke arah sana! Apa kau sudah menyuruh orangmu untuk mengikutiny
"Huh, tebakanku yang pertama gagal! Apa mungkin kau--"Brenda tidak melanjutkan kata-katanya tapi lirikan matanya tertuju pada salah satu bagian tubuh Lola yang membuat wanita itu mengangguk"Kau benar Brenda. Aku punya bayi di dalam kandunganku!""Wow!" Sebuah penegasan yang membuat Brenda membuka mulutnya, termangu."Sorry, Jadi biar aku tebak! Apa keluargamu gak tahu soal ini?" Setelah mengembalikan pikirannya untuk fokus, Brenda menyuguhkan analisanya lagi, yang dijawab dengan anggukan kepala Lola. "Tidak Brenda, keluargaku gak tahu!"Lola masih menatap Brenda dengan wajahnya yang terlihat cemas, lebih tepatnya, kalut."Tidak ada yang boleh tahu! Aku harus melindungi anak ini dari keluargaku dan aku tidak bisa kalau aku gak dapat scholarship!" "Apa semua pendidikanmu bergantung pada itu?"Kembali Lola menggelengkan kepalanya"Tapi keluargaku tidak akan pernah menerimaku kalau mereka tahu kalau aku mengandung! Itu artinya mereka tidak akan membiayaiku lagi dan ini akan rumit! Biay
"Hahaha! Kau pasti bercandakan?""Apa aku terlihat bercanda, J?" sindir Brenda sambil melambaikan tangannya dan dia menarik tangan Lola cepat-cepat seakan tidak mau keduluan dari Jeremy."Aku rasa sekarang kau sudah aman!" ucap Brenda yang bibirnya kini tersenyum simpul dengan ekor matanya menjurus pada Lola."Sekali kau terpikat pada pria macam dia, kau tidak akan pernah lepas darinya, sayang! gadis polos sepertimu akan jadi sasarannya!""Tapi sekali aku dekat denganmu, aku tidak akan menjadi teman wanitamu, kan Brenda? Teman wanita yang maksudku dalam hubungan tidak wajar loh!""Hahaha! Tenang saja kau aman denganku! Aku hanya pura-pura saja kok. Yang penting kau tidak diganggu olehnya!" tegas Brenda. Dia bicara sudah menarik tangan Lola menjauh. Dan mereka memang menuju ke gedung administrasi. Jeremy setelah mendengar itu, untungnya dia memang tidak mengikuti lagi."Baiklah terima kasih atas bantuanmu, Brenda! Tapi bisakah kau beritahukan padaku Apa alasanmu mau menolongku?" Sambil
"Tidak, aku tidak boleh gegabah! Aku belum tahu siapa Brenda!" Lola masih menahan dirinya. Dia memang butuh pekerjaan dan Lola juga punya nomor telepon Brenda, tapi rasa khawatirnya dan tak mau sampai memilih orang yang salah untuk berteman dan dimintai pendapat, membuat Lola menyurutkan niatnya Sehingga"Sudahlah sekarang yang penting aku harus berjuang supaya aku bisa masuk ke universitas terbaik di sini, untuk lima puluh ribu dolar tabungan! Aku masih punya waktu seminggu bukan?"Lola bukan dari keturunan orang bodoh! Mela adalah wanita yang sangat pintar! Begitupun dengan ayahnya Rudi, Mereka berdua adalah orang dengan kepintaran di atas rata-rata! Cukup jenius sehingga untuk Lola yang merupakan anak keduanya, apalagi ditambah keinginannya yang kuat, sangat mudah sekali untuk mempersiapkan diri. Dia sangat serius dan Lola tidak membuang-buang waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna'Demi hidupku! Demi masa depanku dan terutama demi menyambung hidup bersama anakku! Aku tidak bo