DEG
"Hhh .. iya, om Reynald." Sedikit bergetar degup jantung Lola ketika Reynald memanggilnya,
Haduuuuuh, dia mau apa ya? Ehm ... aku belum siap kalau dia mau macam-macam, kita kan baru kenal, aku emang ga tahan sama kegantengannya, tapi ... aku belum ada feel sampe ke sana, duh ..., bisik Lola di hatinya tapi tetap Lola jalan menuju ke tempat dimana Reynald sekarang duduk
"Mendekat ke sini!" Sambil bicara Reynald menarik pelan tangan Lola untuk mendekat hingga tidak ada jarak diantara mereka
Ehm ... Langsung dirangkul kayak gini? haduuuh, kamu mau ngapa-ngapain aku, bukan? bisik hati Lola ketika tangan kanan Reynald sudah ada di bahunya.
"Kau sudah makan?"
"Ehm ... belum sempat Om Reynald, tadi pagi aku kesiangan, jadinya aku nggak sarapan, enggak sekolah juga, aku bolos hari ini," jelas Lola jujur sesuai dengan kenyataannya.
"Bolos sekolah?" Reynald mengernyitkan sedikit dahinya dan memiringkan sedikit kepalanya menatap ke arah Lola
"Iya." Lola menganggukan kepalanya
"Ekstrakurikuler?" tanya Reynald lagi sambil mengernyitkan dahi dengan matanya sudah bertatapan dengan mata Lola
Lola menggelengkan kepalanya
"Sekolah biasa. Aku nggak ikutan ekstrakurikuler apa-apa."
"Hmmm ... hari Sabtu masih sekolah?" Reynald bertanya lagi dengan jari tangannya memainkan rambut Lola
"Emang sekarang hari Sabtu ya om?"
Reynald menganggukkan kepalanya
"Haahh ...! Aku sampai lupa hari!" celetuk Lola sambil tangan kanannya memegang kepala, beberapa saat Lola kaget lalu kemudian Lola sudah tersenyum kembali, "berarti aku nggak bolos dong!" dan wajah Lola sudah ceria kembali, tak merasa ada salah lagi karena absen.
"Ssssshhh, ada-ada aja kamu, hari aja sampai lupa!" Reynald menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tangan kanannya mengacak-acak rambut Lola, akhirnya.
"Iiiish, rambut aku berantakan dong, om!" protes Lola lagi sambil merapikan dengan tangannya dan sedikit manyun.
"Emang kamu pikir tadi kamu datang kesini nggak berantakan?" celetuk Reynald lagi, sambil jari tangan kanan yang masih merangkul Lola menariknya mendekat dan menyandarkan Lola dibahunya
"Eheheheh ... abisan disuruh datangnya pagi-pagi banget sih! Udah tahu hari Sabtu, kan kalau agak siangan dikit ga masalah kali! Aku tadi mikir kalau om mau berangkat kerja, jadinya minta ketemunya pagi-pagi sampai aku aja nggak mandi terus buru buru kemari, hmmm ...,"
"Jadi kamu belum mandi?" Reynald terbelalak menatap Lola
"Ops! hehehe ...," Lola menutup mulutnya, lalu melanjutkan bicaranya dengan matanya yang membulat menatap Reynald, "maaf Om, tadi buru-buru. Kata mami Ajeng, Om gak suka kalau aku telat, jadinya aku ga sempet mandi, aku takut om batalin kontraknya karena nganggep aku ga serius," jawab Lola jujur
dan membuat Reynald tertawa tanpa suara sambil menatap Lola,
Eiiish, ganteng banget, sih ... gila ih, senyumnya, giginya juga rapih banget, putih, uuuhhh, napasnya juga harum bbanget, dah gitu wangi citrus parfumnya, aiiih, sumpah, aku gemes banget, bisik Lola di dalam hatinya yang semakin terpesona dengan Reynald.
"Aku nggak suka wanita nggak bersih! Habis makan kamu mandi ya!" suara Reynald dan jari tangannya yang merapihkan rambut di dahi Lola, membuat Lola kembali tersadar kembali ke dunianya.
Lola cepat-cepat menganggukkan kepalanya
"Iya om, aku minta maaf, ga lagi-lagi deh begitu. Nanti aku pulang dan mandi dulu."
"Kamu pikir aku ga punya kamar mandi?" Reynald mengernyitkan dahinya
"Eeeh, jadi maksudnya mandi di sini? Lah aku ga bawa baju ganti, gimana om?" tanya Lola sambil menatap Reynald, agak kebingungan.
Reynald menganggukkan kepalanya
"Hmmm ... di sini! kamu ga usah khawatir, itu nanti aku urus," jelas Reynald sambil melepaskan rangkulan tangannya dari Lola dan berdiri lalu mengulurkan telapak tangannya untuk dipegang oleh Lola. "Ayok makan dulu." Reynald melanjutkan bicaranya
"Hmmm ... sarapannya di sini, om?"
"Ya iya lah, aku males keluar kalau cuma buat sarapan. Hmm ... kamu suka omelet?" tanya Reynald sambil melangkah mendekat ke Island Table
Lola menganggukan kepalanya, "suka pake banget, omelet sama sosis!" jawab Lola jujur
"Yaudah, tunggu sebentar, kamu duduk dulu di sini!" Reynald bicara sambil menarik Bar chair di island table nya untuk Lola lalu Reynald kembali melangkah menuju ke dapur.
"Hmmm ... Om mau bikinin aku sarapan?" Refleks Lola bertanya
Reynald menganggukan kepalanya sambil melirik Lola sebentar, lalu lanjut lagi mengerjakan pekerjaannya, "aku juga belum sarapan."
"Woooaaah, Om bisa masak?"
Reynald menganggukan kepalanya
"Kalau aku nggak bisa masak selama kuliah aku nggak makan."
"Emang nggak bisa beli Om?" tanya Lola lagi
"Beli bisa cuman harganya lebih mahal dan tidak sesuai dengan selera ku, aku suka makanan yang bersih!" jelas Reynald lagi, lalu berhenti sejenak menatap ke arah Lola, "Lola sayang, mau mengintrogasi aku atau kamu mau makan?" seru Reynald lagi sambil melirik Lola
"Haaah, Sa ...?" Lola tak melanjutkan kalimatnya lagi, justru mengulum senyum dan tidak lagi bicara hanya mengamati Reynald
Woooaaah, seumur-umur baru sekali aku dimasakin sama cowok! terus diajak ngobrol sambil dipanggil sayang pas mau sarapan. Aduuuh ... aku seneng banget. Dia juga terampil banget lagi megang alat-alat masaknya. Apa dia chef ya? Hmmm ... Keren banget sih gaya masaknya! Kok ada ya orang masak se-cool om Reynald? Haiiish, aku pikir dia bakalan cuek banget, tahunya dia baik banget, beda sama pas pertama kali aku ketemu dia. Aku pikir dia mau macam-macam tadi, taunya dia cuman mau nawarin aku makan. hihihi, kalau bisa tiap hari kaya gini, seneng banget deh! Lola bicara sendiri di dalam hatinya, sambil terus mengamati Reynald yang sedang memasak untuknya dalam diam. Sungguh tidak menyangka pria mapan sekaya Reynald bisa masak.
"Gimana dengan sekolahmu?" tiba-tiba Reynald kembali bicara
"Hah ... Om ngajak aku ngomong lagi?"
Reynald melirik Lola
"Emang di sini ada siapa lagi yang bisa aku ajak ngomong? Panci?" Reynald bukannya menjawab, justru bertanya balik pada Lola
"Eh iya. Hehehe." Lola terkekeh sebentar sebelum menjawab pertanyaan Reynald, "sekolah aku datar-datar aja, tuh! Berangkat ke sekolah, dengerin guru-guru pada ngomong di depan kelas, terus dicatat, dah gitu ke kantin makan, ngerjain tugas, main sama temen se-geng aku, terusan aku pulang, kalo ada jadwal les, ya aku les atau ke apartemen temenku kalau gabut males pulang ke rumah," jelas Lola merunut kerjaan sehari-harinya.
"Hmmm... Apartemen temanmu yang ...?"
"Yang dikasih sama om Bram." Lola bicara sebelum Reynald menyelesaikan bicaranya.
"Kau juga mau apartemen?" selidik Reynald
Lola menggelengkan kepalanya sambil mencibir ketika Reynald datang mendekat dengan dua piring di tangannya.
"Makasih ya Om!" Lola sangat bersemangat sekali mendapatkan piringnya dan tersenyum melihat hidangan yang ada di sana
"Gimana rasanya?" tanya Reynald saat melihat Lola sudah menyuap makanannya.
"Enak banget Om! Aku suka banget omelet sama sosisnya. Terus telur rebus yang dicampur sama smash potato tambah mayonesnya juga enak banget, Om!" Lola bicara sambil mengunyah dan menganggukkan kepalanya. Semua yang dikatakan Lola sesuai dengan kenyataannya.
"Bagus kalau kamu suka, lain kali kamu yang masakin aku ya."
Lola cepat-cepat menggelengkan kepalanya
"Aku nggak bisa masak!" jawab Lola sambil menatap Reynald
"Nggak bisa masak? Beneran?"
Baru pertama kali ada wanita yang berani jujur padaku dan ga mau berusaha dulu dibelakangku untuk menarik perhatianku, gumam Reynald di dalam hatinya
Lola menganggukan kepalanya
"Kecuali kalau diajarin, mm ... Om mau ngajarin aku emangnya?" tanya Lola lagi sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya.
"Heeemm ... berani bayar berapa?" Reynald bicara sambil menengadahkan tangannya
"Aku kan gak punya uang. Kan Om yang udah kerja yang udah punya uang. Anggap aja Om beramal ke aku, jadi nanti kalau aku kuliah, aku udah bisa masak sendiri, kaya Om Reynald, hehe ...," jawab Lola sekenanya,
"Haaah, enak aja, kenapa nggak belajar dari YouTube!" Reynald menggelengkan kepalanya sambil menatap Lola dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"Hmmm ... aku nggak pernah nonton YouTube channel masakan Om! Biasanya aku nonton YouTube itu channel jalan-jalan," jawab Lola lagi
"Kamu suka jalan-jalan?"
Lola menganggukkan kepalanya
"Suka banget!" Matanya pun berbinar-binar dan Lola menelan dulu makannya baru melanjutkan bicaranya, "alam Indonesia bagus banget, Om! Terus aku juga suka lihat orang-orang yang jalan-jalan di Eropa! Pemandangannya bagus banget, apalagi kalau lihat gambar ada danau di depannya terus di belakangnya dari kejauhan bisa lihat puncak gunung yang ada esnya. Keren banget!" jawab Lola sambil senyum-senyum
"Kamu mau jalan-jalan ke sana?" Reynad melipat tangannya di dada tak lagi fokus pada makanannya
Lola mengangguk-anggukan kepalanya cepat-cepat
"Itu udah masuk di waiting list aku. Nanti kalau udah kerja, udah sukses, aku mau nabung untuk jalan-jalan ke sana. Hmm ... switzerland, itu destinasi liburanku yang nomor satu." Lola menjelaskan lagi kepada Reynald dan sepanjang Lola menghabiskan sarapan paginya, Lola terus menceritakan semua ketertarikannya pada jalan-jalan. Saat ini Lola lah yang banyak sekali bicara, sangat antusias sedangkan Reynald hanya memancingnya dengan satu dua kalimat dan Lola langsung menceritakan dengan kalimat yang terurai panjang
Hmmmm ... benar sekali dugaanku! Kau sangat ingin di dengar! Kau hanya ingin bercerita dan punya teman bercerita. Sepertinya ini baru pertama kalinya kau lakukan, kan? gumam Reynald dalam hatinya. Dia mulai sadar seperti apa wanita di hadapannya. Reynald memang tipe seorang pengamat dan dari awal ketertarikannya pada Lola juga karena keingintahuannya yang besar sehingga saat ini Reynald mulai menggali lebih dalam tentang Lola, kau berbeda dengan perempuan-perempuan yang aku temui akhir-akhir ini. Kau pintar dan sepertinya kalau dugaanku benar, kau memiliki masa depan yang cerah seharusnya. Mari kita lihat seperti apa kau sebenarnya, bisik Reynald lagi di dalam hatinya yang semakin penasaran pada Lola.
"Udah selesai makannya?"
Lola menganggukan kepalanya sambil meminum air di dalam gelas yang baru saja diantar oleh Reynald
"Hmmm ... ya sudah, ayo kita mandi sekarang!"
"Eeeh, kita ...?"
"Hmmm ... iya, mandi! kamu kan belum mandi!""Tapi Om Reynald kan udah rapi, bukannya Om udah mandi ya?" tanya Lola agak nervousReynald menganggukkan kepalanya"Memang kalau udah mandi, nggak boleh mandi lagi?" Reynald lalu menyeringai setelah bertanya"Iya boleh sih Om!" jawab Lola sekenanya"Jadi nggak ada larangan kan!""Hehe, iya enggak om.""Ya udah kalau gitu, ayo cepetan! Jangan buang-buang waktu. Banyak yang bisa dilakukan mumpung masih pagi."Reynald menarik tangan Lola, setelah selesai bicara, Reynald melangkah ke arah kamarnya, tempat di mana kamar mandi berada.'Ih, yang bener sih? Masa udah diajak mandi bareng? duuuuh ... aku belum siap! Tapi gimana ya nolaknya?' Lola jujur merasakan takut di dalam hatinya, nervous dan malu"Hmmm ... coba lihat baju-baju itu! Apa itu ukuran mu?""Woooaaaaaaah, om Reynald, kenapa punya banyak baju perempuan?" Lola menimpali ketika mereka berada di walk in clo
"Ughhhh ... Om, be-beneran mandi?" suara Lola yang terbata-bata ketika Reynald mulai mendekat kepadanya dan satu persatu pakaiannya pun sudah dilepaskan hingga akhirnya tubuh pria kekar itu polos menuju ke pancuran shower di mana Lola sedang berdiri sekarang.GlekLagi-lagi Lola menelan salivanya ketika Reynald sedang melangkah mendekat.Hhhhh ... oh nooo ... Bodynya! Heiiish, ga nahaaaaan. Ehm, haduuuuh, kenapa jadi kaya patung dewa yunani gitu ototnya, ehm..., keluh Lola di dalam hatinya yang semakin bergemuruh ketika Reynald yang sudah polos berada di bawah pancuran shower yang sama dengannyadag dug dag dug dag dugHuuuuh, jantungku! gumam Lola di dalam hatinya, ketika kulitnya bersinggungan dengan kulit seseorang yang berdiri membelakanginya sehingga tubuh mereka bagian belakang saling menempel, tapi mereka masih berada di pancuran shower yang sama.Uuuugh, kenapa juga dia harus nempelin badannya ke aku sih? Apa dia nggak bisa mik
"Aku pakai sendiri aja Om!" jawab Lola cepat-cepat"Hmm ... pakailah cepat!" Lalu Reynald kembali melihat ke jam tangannya. "Aku tidak mau berangkat terlalu siang!" Dan melirik kembali pada Lola sambil bicara dan menyunggingkan senyum setelah selesai bicara.Lola menganggukan kepalanyaPasrah deh! Lagi lagi harus pakai baju sambil diliatin lagi! Dia nggak punya kerjaan banget sih! Emangnya dia nggak sibuk kerja atau ngurusin apa gitu daripada ngeliatin aku kayak gini? bisik Lola di dalam hatinya dan terpaksa Lola akhirnya memakai satu-persatu kain untuk menutupi bagian tubuhnya terasa maluTapiUdah kepalang! jawab lola di dalam hatinya menepis semua rasa dan berusaha untuk biasa."Look at me!""Hah?" Lola menatap kearah suara"Look at me while you put it on!" perintah Reynald lagi masih dengan tatapan matanya yang masih memindai LolaLola menganggukan kepalanya. "Iya Om!"Hadeeeuuuh, ribet amat sih! Udah harus pakai
"Haaaah, apa Bang Rey?" Lola setengah melotot menatap mata Reynald."Hahaha." Bukannya menanggapi Lola justru Reynald tertawa mendengarkan pernyataan Lola."Ehm, Bang Rey ...," Lola memanggil lagi nama Reynald."Hmmm ... kenapa memanggilku?""Perintahnya tadi beneran?" tanya Lola dengan wajah innocent yang menatap Reynald, tapi masih ragu membuka kain penutup bagian bawahnya."Hahaha! Kamu gampang banget sih dikerjain," celetuk Reynald sambil mencubit hidung Lola."Jadi ga beneran?" tanya Lola sambil mengerjapkan matanya."Cepet pakai bajunya! Kita sudah mau sampai.""Mau sampai?" Lola langsung memposisikan tubuhnya untuk bangun dan celingak celinguk menatap ke arah jendela."Sini deketan!" Tanpa menunggu jawaban, Lola sudah mengambil pakaian dalam Lola bagian atas dan membantu Lola mengaitkannya kembali, lalu membantu Lola memakai pakaian luar."Bang Rey ...,""Hmmm?" jawab Reynald singkat"Ehhm ... Seneng bang
"Kamar? Kita mau ngapain Bang Rey? Katanya mau mancing, kan?" Lola bertanya sambil mensejajarkan langkah kakinya dengan Reynald."Pegal duduk di sofa pengen lempengin badan, mancingnya nanti di tengah," celetuk Reynald sedapatnya."Tunggu, tunggu." Lola ngerem mendadak."Hmm ... mau nunggu apa lagi?" tanya Renald sambil menengok ke belakang tempat Lola berdiri."Heeee ...." Lola meringis dengan matanya menyipit menatap Reynald."Kamu kenapa kayak gitu?""Ish, emang Bang Rey pikir otak aku tumpul apa? Ngapain coba segala ke kamar? Pfffh!" Mata Lola melotot."Ya ngapain aja ... udah jangan tanya-tanya, ayo cepetan!" Enggan membuang waktu Reynald langsung menarik Lola masuk ke dalam cabin kamarnya.KlekHemmh ... haduuuh, mau ngapain aku di dalam sini? Dia pasti sudah mau macam-macam ngerjain aku lagi, kan? bisik Lola dihatinya sambil mengomel, ketika pintu kamar sudah ditutup.Dreeeet dreeet dreeet"Bang Rey bentar tema
Lola: Gue lagi masak air! Sekarang air gue gosong ntar gue telepon lagi ya!Dea: Lo ...KlikBelum sempat Dea menyelesaikan kalimatnya Lola sudah mematikan teleponnya melemparnya sembarang di tempat tidur dan memposisikan tubuhnya setengah duduk disanggah dengan dua tangannya, untuk melihat apa saja yang sedang dilakukan oleh Reynald pada tubuhnya."Neleponnya sudah?" tanya Reynald yang hanya melirik Lola sebentar lalu tanpa merasa berdosa menggunakan kedua jari telunjuknya sibuk dengan milik Lola bagian bawah, matanya pun kembali mengarah ke tempat tangan Reynald beraksi."Bang Rey lagi ngapain sih? Aku geli banget, kamu lagi ngapain di situ sih? Jangan gituin aku terus dong, nyut-nyutan rasanya di situ, aku geli banget, ssshhh ...," celetuk Lola yang sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan Reynald yang jari tangan kanannya sedang mencari sesuatu di dalam lubang kesejukan milik Lola, sesuatu yang ada di dalamnya dan apabila dipegang membuat tubuh
"Kenapa emangnya nggak boleh aku pegang-pegang?" bisik Reynald di telinga Lola tapi tangan kirinya masih belum dikeluarkan dari dalam pakaian Lola, masih sibuk meremas dan bermain."Ya bukannya nggak boleh, tapi ssshh ... Bang Rey liat kan, disini ada orang lain! Gimana kalau mereka ngeliatin. Tapi kayaknya mereka tahu deh Bang Rey lagi ngapain aku!" jawab Lola pada Reynald sambil merapatkan giginya sehingga bicaranya hanya seperti bergumam gumam dan hanya terdengar oleh Reynald."Hahaha!""Bang Rey, kenapa malah ketawa sih? Mana ketawanya kenceng banget lagi, Ssssh ... aku geli ya ini!" protes Lola lagi."Ya gimana enggak ketawa, kamu kan sekarang udah jadi milikku! Aku mau ngapain kamu juga nggak ada yang bisa larang! Kamu lupa perjanjian kita? Hmmm?""Aaah, Aaaw ...,"Lola agak meringis karena Reynald di akhir bicara meremas dengan sangat kencang."Sakit?""Ehm ... enggak, tapi kerasa aja, Ugh! Kan aku malu Bang Rey! Lagian ta
"Eeeeh ... Bang Rey jangan mulai lagi deh, plisss!"Sedikit meringis Lola menatap Reynald dan yang ditatap pun hanya terkekeh."Kamu lucu, Lola!" Reynald bicara sebentar pada Lola dan matanya kembali fokus pada pancingannya."Lucu? Maksudnya? Ish ...." Tak paham Lola maksud Reynald.CUP"Tunggu sebentar ya," pinta Reynald setelah mengecup dahi Lola dan melepaskan tangannya dari pinggang Lola, "Kita bicara nanti lagi setelah urusanku selesai, sepertinya aku harus fokus pada ikanku, dia agak sulit dan gerakannya cukup cepat, kau duduk dulu sebentar!" Selesai bicara, tanpa menunggu lagi Reynald langsung melirik pada ajudannya, meminta mereka untuk mendekat dan membantunya. Sedangkan Lola, mundur ke belakang setelah menganggukan kepalanya.Woooaaahhh ... mereka ribet banget ya? ikan apa yang lagi mereka pancing ya? tiga orang kayanya masih ribet ngurus pancingan! tenaga ikannya kuat banget kayanya, hihihi! Kayaknya gede deh tangkepannya! hmm ... Penas
'Kenapa kejam banget sikapnya ke Bang Rey? Apa papa gak liat orang disampingku sangat serius punya niat serius dan perhatian padaku?'Sayangnya Rudi, papa Lola sudah sangat membencinya sehingga tidak ingin berlama-lama mendengarkan Reynald yang membuat hati Lola perih. Reynald sudah menunjukkan kasih sayangnya pada Lola dan perhatiannya yang begitu besar. Kenapa papanya tetap tak mau mendengarkannya dan tergugah hatinya?Lola tak mengerti. Tapi ini sangat menyakitkan bagi Lola."Baiklah kalau memang itu mau Anda!" Reynald bicara lagi."Saya yakin orang seperti Anda tidak mungkin Lost dan tidak memperhatikan Lola bukan? Anda pasti tahu kalau saya membawanya. Jam setengah delapan sekarang, tak mungkin Anda masih ada di rumah Anda," sindir Reynald yang sengaja ingin menunjukkan pada Lola kalau orang tuanya sudah tahu tentang kedatangan mereka."Apa maumu?"Tak menjawab, Rudi malah terlihat makin sinis."katakan saja apa maumu dan jangan menghabiskan waktu ku""Freddy, tunjukkan pada mer
"Bang Rey, tapi--"Lola ingin mengelak permintaan dari seseorang yang sangat dicintainya itu.CUP!"Aku tahu kamu nggak akan tenang. Kamu takut orang tuamu akan menyanggah lagi dan membuat masalah denganku bukan?"Ya jelas Lola mengangguk karena itu semua sesuai dengan ketakutan yang ada dalam benaknya"Udah, nggak usah khawatir, Lola! Aku tahu apa yang harus kulakukan dan tidak ada yang bisa membuat masalah denganku, Lola! Tenang saja." Reynald ingin meyakinkan dan tak mau Lola banyak pikiran."Tapi Bang Rey?""Lola, kalau kita nggak ketemu sama orang tuamu dan menyelesaikan masalah ini. kita tidak bicarakan dengan mereka baik-baik. Ya jelas saja semua ini tidak akan pernah selesai. Ujungnya mereka akan mengejar-ngejar aku atau mereka akan membuat masalah dengan pernikahan kita. Dan ini juga akan membuat mereka benci pada kita! Mau sampai kapan semua kebencian ini diteruskan?"Kini Reynald memegang wajah Lola dengan kedua tangannya mencoba meyakinkan wanitanya saat mata mereka bertau
"Yah, karena memang ayahku ingin kembali bersama ibuku Lola!""Eh, tunggu, tadi bukannya kata Bang Rey, ayah Bang Rey nggak bisa move on dari mamaku terus hubungannya papa bang Rey sama mamanya Bang Rey jadi berantakan?""Yep! Yang ku tahu begitu. Makanya aku dalam dilema saat tahu siapa kamu," jujur Reynald."Pertama, aku kesal dengan ayahku dan aku juga kasihan dengan ibuku. Kesal dengan ayahku karena dia lebih memilih ibumu sampai ibuku sakit makanya aku kecewa pada diriku kenapa aku bisa dekat dengan anak seorang wanita yang telah membuat keluargaku sendiri berantakan." Reynald diam sambil mengelus wajah Lola."Di sisi lain aku juga kesal karena aku tidak bisa berbuat apapun dan tetap harus mengikuti arah yang d
"Me-memang apa yang terjadi Bang Rey?" Lola takut-takut bertanya."Ibumu, Dia adalah orang yang membuat ayah dan ibuku berpisah!"Kaget Lola mendegarnya. Tapi dari pandangan mata Reynald pria itu tidak bercanda saat menjelaskan ini."Ibumu belum menikah dengan ayahmu. Dan dia adalah wanita yang sangat dicintai oleh ayahku sampai dia tidak bisa sama sekali melihat ibuku!" lalu Reynald menunduk dengan tawa yang masih tersemat di bibirnya"Ibuku sangat mencintai ayahku! Dia mencoba mengejarnya dan membuatnya mencintainya. Dia benar-benar tulus sekali padanya. Tapi sayangnya ayahku hanya melihat pernikahannya seperti pernikahan yang memang sudah dipersiapkan oleh keluarga kami. Hingga akhirnya dia berselingkuh di belaka
"B-bang Rey, udah gak benci aku lagi?""Hmm, sebenarnya aku membencimu ketika aku memikirkan tentang keluargamu dan orang tuamu."Reynald tersenyum yang lebih menyerupai ringisan dan menunjukkan rasa bersalah di wajahnya, sungguh sebuah senyum yang tak membuatnya bahagia."Tapi kau bukan mereka!" Reynald menyadari kesalahannya."Seharusnya aku sadar kalau aku tidak bisa melimpahkan semua emosi dan kemarahanku padamu, Lola." Reynald menggelengkan kepalanya pelan"Tapi kondisinya kemarin sulit sekali untukku Dan aku tahu itu juga sulit untukmu! Dan seharusnya aku memikirkan tentang dirimu aku tidak egois cuma aku tidak tahu bagaimana aku harus berpikir! Aku-- aku sudah menyia-nyiakanmu, Lola. Aku tahu seharusnya tidak semudah ini aku minta maaf padamu setelah apa yang sudah kulakukan padamu.""Bang Rey, hhh!""Hey jangan menangis sayang!"Reynald dengan lembut mengusap air mata itu dan dia mendekat kepada Lola menempelkan bibirnya di wajah tepat di mana tadi dia menggerakkan tangannya m
"Apa kau sudah menyelidiki teman wanitanya tadi? kalau dia adalah gadis baik-baik saja dan tak ada intrik apapun, Ferry?"Bukan masalah apa yang ada di perekam suara yang masih di pegang Ferry, ajudannya yang ditanyakan pria itu."Sudah Tuan Reynald.""Bagaimana hasilnya?"Reynald justru mengkhawatirkan yang lain!Dan selama ini memang dia selalu saja memperhatikan wanita yang sudah pergi dengan bus itu. Tapi tentu saja dia melakukannya diam-diam supaya semua gerak-geriknya tidak diketahui oleh asisten kakeknya."Dari hasil pantauan orang suruhan saya, tidak ada yang terlalu aneh padanya. Gadis itu normal seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Semua terlihat baik-baik saja tapi saya juga tidak tahu dengan siapa saja dia berkomunikasi. Hanya saja, Lola sepertinya cukup dekat dengannya dan banyak bicara dengannya. Mungkin satu-satunya cara kita mengetahui bagaimana hubungan mereka dari rekaman ini?""Hmm. Tadi dia pergi ke arah sana! Apa kau sudah menyuruh orangmu untuk mengikutiny
"Huh, tebakanku yang pertama gagal! Apa mungkin kau--"Brenda tidak melanjutkan kata-katanya tapi lirikan matanya tertuju pada salah satu bagian tubuh Lola yang membuat wanita itu mengangguk"Kau benar Brenda. Aku punya bayi di dalam kandunganku!""Wow!" Sebuah penegasan yang membuat Brenda membuka mulutnya, termangu."Sorry, Jadi biar aku tebak! Apa keluargamu gak tahu soal ini?" Setelah mengembalikan pikirannya untuk fokus, Brenda menyuguhkan analisanya lagi, yang dijawab dengan anggukan kepala Lola. "Tidak Brenda, keluargaku gak tahu!"Lola masih menatap Brenda dengan wajahnya yang terlihat cemas, lebih tepatnya, kalut."Tidak ada yang boleh tahu! Aku harus melindungi anak ini dari keluargaku dan aku tidak bisa kalau aku gak dapat scholarship!" "Apa semua pendidikanmu bergantung pada itu?"Kembali Lola menggelengkan kepalanya"Tapi keluargaku tidak akan pernah menerimaku kalau mereka tahu kalau aku mengandung! Itu artinya mereka tidak akan membiayaiku lagi dan ini akan rumit! Biay
"Hahaha! Kau pasti bercandakan?""Apa aku terlihat bercanda, J?" sindir Brenda sambil melambaikan tangannya dan dia menarik tangan Lola cepat-cepat seakan tidak mau keduluan dari Jeremy."Aku rasa sekarang kau sudah aman!" ucap Brenda yang bibirnya kini tersenyum simpul dengan ekor matanya menjurus pada Lola."Sekali kau terpikat pada pria macam dia, kau tidak akan pernah lepas darinya, sayang! gadis polos sepertimu akan jadi sasarannya!""Tapi sekali aku dekat denganmu, aku tidak akan menjadi teman wanitamu, kan Brenda? Teman wanita yang maksudku dalam hubungan tidak wajar loh!""Hahaha! Tenang saja kau aman denganku! Aku hanya pura-pura saja kok. Yang penting kau tidak diganggu olehnya!" tegas Brenda. Dia bicara sudah menarik tangan Lola menjauh. Dan mereka memang menuju ke gedung administrasi. Jeremy setelah mendengar itu, untungnya dia memang tidak mengikuti lagi."Baiklah terima kasih atas bantuanmu, Brenda! Tapi bisakah kau beritahukan padaku Apa alasanmu mau menolongku?" Sambil
"Tidak, aku tidak boleh gegabah! Aku belum tahu siapa Brenda!" Lola masih menahan dirinya. Dia memang butuh pekerjaan dan Lola juga punya nomor telepon Brenda, tapi rasa khawatirnya dan tak mau sampai memilih orang yang salah untuk berteman dan dimintai pendapat, membuat Lola menyurutkan niatnya Sehingga"Sudahlah sekarang yang penting aku harus berjuang supaya aku bisa masuk ke universitas terbaik di sini, untuk lima puluh ribu dolar tabungan! Aku masih punya waktu seminggu bukan?"Lola bukan dari keturunan orang bodoh! Mela adalah wanita yang sangat pintar! Begitupun dengan ayahnya Rudi, Mereka berdua adalah orang dengan kepintaran di atas rata-rata! Cukup jenius sehingga untuk Lola yang merupakan anak keduanya, apalagi ditambah keinginannya yang kuat, sangat mudah sekali untuk mempersiapkan diri. Dia sangat serius dan Lola tidak membuang-buang waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna'Demi hidupku! Demi masa depanku dan terutama demi menyambung hidup bersama anakku! Aku tidak bo