"Ughhhh ... Om, be-beneran mandi?" suara Lola yang terbata-bata ketika Reynald mulai mendekat kepadanya dan satu persatu pakaiannya pun sudah dilepaskan hingga akhirnya tubuh pria kekar itu polos menuju ke pancuran shower di mana Lola sedang berdiri sekarang.
Glek
Lagi-lagi Lola menelan salivanya ketika Reynald sedang melangkah mendekat.
Hhhhh ... oh nooo ... Bodynya! Heiiish, ga nahaaaaan. Ehm, haduuuuh, kenapa jadi kaya patung dewa yunani gitu ototnya, ehm..., keluh Lola di dalam hatinya yang semakin bergemuruh ketika Reynald yang sudah polos berada di bawah pancuran shower yang sama dengannya
dag dug dag dug dag dug
Huuuuh, jantungku! gumam Lola di dalam hatinya, ketika kulitnya bersinggungan dengan kulit seseorang yang berdiri membelakanginya sehingga tubuh mereka bagian belakang saling menempel, tapi mereka masih berada di pancuran shower yang sama.
Uuuugh, kenapa juga dia harus nempelin badannya ke aku sih? Apa dia nggak bisa mikir kalau aku baru pertama kali kayak gini? Aku mesti gimana dong? Lola tidak henti-hentinya bicara dengan dirinya sendiri karena grogi. Sebenarnya Reynald juga tidak melakukan apapun pada Lola, dia hanya mandi membelakangi Lola sambil bersandar di tubuh Lola menyabuni tubuhnya dan membersihkan dirinya di belakang Lola, tapi wanita yang ada di belakangnya panik luar biasa sehingga tidak melakukan apapun, dia hanya menutupi bagian atas tubuhnya sedangkan bagian bawahnya tetap terekspos dan tidak disadari oleh Lola.
"Kalau kau diam begitu terus sampai besok pun kau tidak akan selesai mandi!" sentak Reynald
Hahaha ... kau pasti merasa tak bisa menahan rasa ini, bukan? bisik hati Reynald
"Hhhh. Iya om!" Lola tersentak kaget mendengar Reynald bicara padanya dan dengan gemetaran Lola mengambil sabun dari dispenser,
"Kenapa menuangnya di tangan? Kau bisa pakai shower puff." Rerynald menyerahkan jaring-jaring yang sudah terangkai membentuk seperti bola kepada Lola yang biasa digunakan untuk menyikat tubuh saat mandi.
"Te-terima kasih Om." Lola bicara masih terbata-bata bahkan mengambil shower puff dari tangan Reynald dengan jari-jarinya yang bergetar
Hhhh, gimana caranya dia bisa tetep santai kayak gitu sih? Aku sudah dak dik duk tapi dia masih santai! Apa karena dia sudah pengalaman? Dan aku belum pengalaman? Heiiish, jelaslah dia sudah pengalaman! Ini bukan pertama kalinya dia melakukan dengan perempuan, kan. Hadeeeeuuuuh ...! celetuk Lola lagi di hatinya agak sedikit kesal dengan sikap Reynald yang bisa cuek sedangkan hati Lola sudah bergemuruh.
"Kenapa hanya membersihkan tubuh bagian depan? Harusnya kau juga membersihkan bagian belakang ini."
"'Hhh ... i-iya om,"
Brrrrrr
Seketika bulu kuduk Lola meremang saat Reynald bicara sambil kedua tangannya ada di punggung Lola dan bergerak turun naik seperti sedang mengoleskan sabun.
"'Ehm ... Om ...,"
Lola kembali menggeliat ketika Reynald memegang dua bagian belakangnya yang menggunduk,
"Kenapa kamu panggil aku?"
Hpppppphhhh
Lagi-lagi Reynald yang bicara di tengkuk Lola membuat bulu kuduk Lola kembali merinding hingga Lola mencengkram showerpuff begitu erat, geli sangat rasanya dengan setiap sentuhan dari Reynald.
"Bagian depan pun kau tidak membersihkannya dengan benar!" Reynald bicara Lagi sambil menggerakkan tangan Lola yang memegang showerpuff untuk membersihkan bagian depan tubuhnya
"Aaaahhh, om ...,"
Aduuuh, tangan kanannya menyetir tangan kananku untuk menyabuni tubuhku, tapi tangan kirinya kenapa juga harus memelintir ituuu ... aduuuh, aku geli! Aiiiiisssh, apa yang nempel di bagian belakangku? hhh, kenapa rasanya hangat dan besar? Dalam hati Lola sudah benar-benar tidak tahan merasakan setiap sentuhan Reynald, pikirannya kacau sendiri kemana-mana, bahkan tanpa Lola sadari tubuhnya pun sedikit bergoyang-goyang mengikuti irama yang dibuat oleh tangan kiri yang mulai menjamah semua tempat di tubuh Lola
""Ehm ... om ...,"
Lagi Lola memanggil Reynald dengan suara mendayu ketika tangan kiri Reynald sudah bergerak ke arah bawah, dan mulai menjelajah bagian kewanitaan Lola. Awalnya hanya memutar bagian luar tetapi kemudian jari telunjuknya pun masuk ke dalam membuat gerakan melingkar di dalam.
"Hmmmmmmmhhh ... om ...,"
Tentu saja membuat rasa di hati Lola semakin tidak karuan, menyerah tanpa perlawanan.
"Hmm ... aku sudah selesai menyabunimu, bilas yang bersih!" bisik suara bariton di telinga Lola
"Iya om," jawab Lola singkat
Aiiiish, apa-apaan dia sih! Tadi sudah mempermainkan tubuhku sampai aku gelinjangan dan lagi pas enak enaknya langsung pergi gitu aja! Ga berperasaan banget siiih! omel Lola dalam hatinya karena Reynald bersikap sama seperti yang terjadi di dalam ruang ganti, ketika Lola hampir saja mengalami pelepasan karena rangsangan dari kegiatan Reynald ditubuhnya, pria itu dengan tenangnya berjalan meninggalkan Lola tanpa rasa bersalah, seperti yang sekarang dilakukannya, langsung gosok gigi di wastafel dan menggunakan handuk yang hanya menutupi bagian bawahnya dengan sisi kotak-kotak atas masih bisa dilihat oleh Lola, lalu keluar tanpa menatap lagi pada Lola. Serasa tidak melakukan kesalahan apapun. Semua yang terjadi ini tidak bisa dipercaya oleh Lola.
Eeeh, sudahlah! Dia juga kan tadi bilang kalau kita cuma mandi bareng dan emang bener yang dia lakuin juga mandi bareng nggak ngelakuin apa-apa lagi! Tapi kok kayaknya aku ngerasa banyak banget yang kurang ya? Iiish, kenapa pikiran aku pengen banget dia sentuh aku ya? Adooooh, kenapa aku jadi kayak gini sih? curhatan Lola dalam hatinya yang langsung disadarkan oleh otaknya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lola juga memukul-mukul kepalanya dengan tangan kanannya, cepat-cepat berusaha untuk menyelesaikan mandinya. Membilas sisa-sisa sabun dan shampoo, sehingga kulit kepala terasa kesat dan bersih, baru Lola matikan shower dan mengeringkan tubuhnya dengan menggunakan bathrobe.
Nguiiiiiiiing
Suara hair dryer yang mulai berisik ketika Lola menyalakannya dan berusaha mengeringkan rambutnya.
Hmmm ... Dia punya banyak perlengkapan untuk perawatan wanita! Apa sebelumnya ada banyak wanita yang pernah tinggal bersama dengannya? Aiih, yang kayak gitu mah nggak perlu ditanya! Duitnya aja segudang, pasti aja dia main-main sama banyak wanita! Tapi dia nggak penyakitan kan ya? Aku rasa nggak sih! Dia selalu main sama cewek bersih yang masih perawan. Aku rasa itu juga karena dia memikirkan masalah kesehatan, gumam Lola dalam hatinya, akhirnya merasa tenang mengingat bahwa Reynald adalah pria yang tidak mungkin membawa penyakit untuknya.
Hmmm ... selesai juga akhirnya! Lola senyum di depan cermin setelah menaruh hair dryer lalu kini merapikan rambutnya dengan sisir yang ada di laci wastafel dan setelah selesai, segera Lola melangkahkan kakinya ke walking closet.
Klek
"Lama banget kamu mandi!" Reynald bicara sambil duduk menatap ke arah pintu kamar mandi dengan kedua tangannya dilipat di bagian depan sama persis caranya duduk seperti pertama kali Lola melihatnya.
"Eh, maaf Om! Tadi agak lama nge-hairdryer-nya," jelas Lola sambil memberikan senyum simpul.
"Hmmm ... ya udah cepat sana pakai baju!"
Lola menganggukan kepalanya sambil menatap Reynald yang melihat ke arah jam tangan,
"Kita sudah hampir telat ini!" Lalu Reynald melanjutkan kalimatnya dan menatap Lola
"Kita mau pergi memangnya, Om?"
"Kalau kita nggak pengen pergi aku nggak mungkin menyuruhmu untuk datang pagi-pagi ke sini."
"Oooo, iya om, aku cepet-cepet pakai baju sekarang."
Reynald menganggukan kepalanya
"Ya udah, cepatlah pilih bajunya!" Reynald bicara sambil melirik ke arah lemari pakaian.
Lola mengangguk dan cepat-cepat juga mencari pakaian yang ingin digunakannya
"Eeeehm ... aku mau pakai baju dulu Om." Lola agak kikuk dan bicara dengan penuh harapan, matanya juga memindai Reynald
"Ya sudah pakailah!"
"Tapi om nya ...?"
"Tapi kenapa? Pakailah! Aku akan tetap disini menunggumu selesai memakai pakaian, supaya ga lama lagi"
"Heh ...?"
"Kenapa? malu lagi?"
Wajah Lola memerah mendengar pernyataan dari Reynald
"Cepat pakai sekarang atau kau ingin bermanja manja lagi denganku dan ingin aku memakaikannya?"
"Aku pakai sendiri aja Om!" jawab Lola cepat-cepat"Hmm ... pakailah cepat!" Lalu Reynald kembali melihat ke jam tangannya. "Aku tidak mau berangkat terlalu siang!" Dan melirik kembali pada Lola sambil bicara dan menyunggingkan senyum setelah selesai bicara.Lola menganggukan kepalanyaPasrah deh! Lagi lagi harus pakai baju sambil diliatin lagi! Dia nggak punya kerjaan banget sih! Emangnya dia nggak sibuk kerja atau ngurusin apa gitu daripada ngeliatin aku kayak gini? bisik Lola di dalam hatinya dan terpaksa Lola akhirnya memakai satu-persatu kain untuk menutupi bagian tubuhnya terasa maluTapiUdah kepalang! jawab lola di dalam hatinya menepis semua rasa dan berusaha untuk biasa."Look at me!""Hah?" Lola menatap kearah suara"Look at me while you put it on!" perintah Reynald lagi masih dengan tatapan matanya yang masih memindai LolaLola menganggukan kepalanya. "Iya Om!"Hadeeeuuuh, ribet amat sih! Udah harus pakai
"Haaaah, apa Bang Rey?" Lola setengah melotot menatap mata Reynald."Hahaha." Bukannya menanggapi Lola justru Reynald tertawa mendengarkan pernyataan Lola."Ehm, Bang Rey ...," Lola memanggil lagi nama Reynald."Hmmm ... kenapa memanggilku?""Perintahnya tadi beneran?" tanya Lola dengan wajah innocent yang menatap Reynald, tapi masih ragu membuka kain penutup bagian bawahnya."Hahaha! Kamu gampang banget sih dikerjain," celetuk Reynald sambil mencubit hidung Lola."Jadi ga beneran?" tanya Lola sambil mengerjapkan matanya."Cepet pakai bajunya! Kita sudah mau sampai.""Mau sampai?" Lola langsung memposisikan tubuhnya untuk bangun dan celingak celinguk menatap ke arah jendela."Sini deketan!" Tanpa menunggu jawaban, Lola sudah mengambil pakaian dalam Lola bagian atas dan membantu Lola mengaitkannya kembali, lalu membantu Lola memakai pakaian luar."Bang Rey ...,""Hmmm?" jawab Reynald singkat"Ehhm ... Seneng bang
"Kamar? Kita mau ngapain Bang Rey? Katanya mau mancing, kan?" Lola bertanya sambil mensejajarkan langkah kakinya dengan Reynald."Pegal duduk di sofa pengen lempengin badan, mancingnya nanti di tengah," celetuk Reynald sedapatnya."Tunggu, tunggu." Lola ngerem mendadak."Hmm ... mau nunggu apa lagi?" tanya Renald sambil menengok ke belakang tempat Lola berdiri."Heeee ...." Lola meringis dengan matanya menyipit menatap Reynald."Kamu kenapa kayak gitu?""Ish, emang Bang Rey pikir otak aku tumpul apa? Ngapain coba segala ke kamar? Pfffh!" Mata Lola melotot."Ya ngapain aja ... udah jangan tanya-tanya, ayo cepetan!" Enggan membuang waktu Reynald langsung menarik Lola masuk ke dalam cabin kamarnya.KlekHemmh ... haduuuh, mau ngapain aku di dalam sini? Dia pasti sudah mau macam-macam ngerjain aku lagi, kan? bisik Lola dihatinya sambil mengomel, ketika pintu kamar sudah ditutup.Dreeeet dreeet dreeet"Bang Rey bentar tema
Lola: Gue lagi masak air! Sekarang air gue gosong ntar gue telepon lagi ya!Dea: Lo ...KlikBelum sempat Dea menyelesaikan kalimatnya Lola sudah mematikan teleponnya melemparnya sembarang di tempat tidur dan memposisikan tubuhnya setengah duduk disanggah dengan dua tangannya, untuk melihat apa saja yang sedang dilakukan oleh Reynald pada tubuhnya."Neleponnya sudah?" tanya Reynald yang hanya melirik Lola sebentar lalu tanpa merasa berdosa menggunakan kedua jari telunjuknya sibuk dengan milik Lola bagian bawah, matanya pun kembali mengarah ke tempat tangan Reynald beraksi."Bang Rey lagi ngapain sih? Aku geli banget, kamu lagi ngapain di situ sih? Jangan gituin aku terus dong, nyut-nyutan rasanya di situ, aku geli banget, ssshhh ...," celetuk Lola yang sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan Reynald yang jari tangan kanannya sedang mencari sesuatu di dalam lubang kesejukan milik Lola, sesuatu yang ada di dalamnya dan apabila dipegang membuat tubuh
"Kenapa emangnya nggak boleh aku pegang-pegang?" bisik Reynald di telinga Lola tapi tangan kirinya masih belum dikeluarkan dari dalam pakaian Lola, masih sibuk meremas dan bermain."Ya bukannya nggak boleh, tapi ssshh ... Bang Rey liat kan, disini ada orang lain! Gimana kalau mereka ngeliatin. Tapi kayaknya mereka tahu deh Bang Rey lagi ngapain aku!" jawab Lola pada Reynald sambil merapatkan giginya sehingga bicaranya hanya seperti bergumam gumam dan hanya terdengar oleh Reynald."Hahaha!""Bang Rey, kenapa malah ketawa sih? Mana ketawanya kenceng banget lagi, Ssssh ... aku geli ya ini!" protes Lola lagi."Ya gimana enggak ketawa, kamu kan sekarang udah jadi milikku! Aku mau ngapain kamu juga nggak ada yang bisa larang! Kamu lupa perjanjian kita? Hmmm?""Aaah, Aaaw ...,"Lola agak meringis karena Reynald di akhir bicara meremas dengan sangat kencang."Sakit?""Ehm ... enggak, tapi kerasa aja, Ugh! Kan aku malu Bang Rey! Lagian ta
"Eeeeh ... Bang Rey jangan mulai lagi deh, plisss!"Sedikit meringis Lola menatap Reynald dan yang ditatap pun hanya terkekeh."Kamu lucu, Lola!" Reynald bicara sebentar pada Lola dan matanya kembali fokus pada pancingannya."Lucu? Maksudnya? Ish ...." Tak paham Lola maksud Reynald.CUP"Tunggu sebentar ya," pinta Reynald setelah mengecup dahi Lola dan melepaskan tangannya dari pinggang Lola, "Kita bicara nanti lagi setelah urusanku selesai, sepertinya aku harus fokus pada ikanku, dia agak sulit dan gerakannya cukup cepat, kau duduk dulu sebentar!" Selesai bicara, tanpa menunggu lagi Reynald langsung melirik pada ajudannya, meminta mereka untuk mendekat dan membantunya. Sedangkan Lola, mundur ke belakang setelah menganggukan kepalanya.Woooaaahhh ... mereka ribet banget ya? ikan apa yang lagi mereka pancing ya? tiga orang kayanya masih ribet ngurus pancingan! tenaga ikannya kuat banget kayanya, hihihi! Kayaknya gede deh tangkepannya! hmm ... Penas
"Heeeh, ga usah! Bentar aku ganti dulu!""Ganti di sini aja, mau ke mana kamu?""Fuuuh!" Lola menghela napas lalu membalikkan badan lagi menatap Reynald, "Mau ganti di kamar mandi tadi!" jawab Lola selanjutnya tapi tidak dijawab oleh Reynald, dirinya hanya bersandar di lemari pakaian sambil sedakep dan matanya masih lurus menatap Lola."Iya deh, iya ... aku ganti di sini nggak usah ngeliatin aku kayak gitu. Mana nggak ada senyumnya lagi! Asem!" gerutu Lola bicara dengan giginya yang terkatup sehingga suaranya terdengar hanya seperti bergumam."Kamu bilang aku asem?"Cepet-cepet Lola menggelengkan kepalanya ketika melihat wajah Reynald yang melotot."Aku belum makan sayur asem!" jawab Lola sekenanya sambil mencibir.Nyebelin banget sih! Itu orang nggak ada otak apa ya? Hari ini udah berkali-kali dia kerjain aku, buka, pakai, buka, pakai baju! Tahu udah ke berapa kali sekarang dan lihat dong tatapannya enggak banget deh! Sakit jiwa buka
"Hhhh ... Bang Rey, ampun ... jangan di sini dong nanti aku tenggelam!" teriak Lola panik luar biasa ketika dua tangan Reynald yang tadi memegang pinggangnya kini sudah naik dari pinggang menuju dua gundukan di atas pinggang."Bukan tadi aku sudah bilang padamu kalau aku mau nusuk kamu di sini? Apa kamu lupa?" bisik Reynald dibelakang telinga Lola."Bang Rey, ampuuuun dong, jangan di sini ya, maaf deh, bukan aku nolak, tapi aku ngeri banget," rengek Lola"Tapi aku mau di sini," Reynald sudah memilin lagi puncak gunung Lola."Hhhh, aduuuuh ... ampun aku nggak mau di sini Bang Rey. Nanti aku bisa tenggelam, terus mati! Aku nggak mau mati disini." Lola bicara sambil berusaha untuk menarik tubuhnya menuju ke kapal mereka.Tapi"Ssshhh ... kamu mau ke mana, simpan tenagamu, aku mau di sini Lola!" Reynald agak memaksa, membalikkan tubuh Lola dan bibirnya langsung merengkuh bibir Lola."Ehhhhmmmmmmm!"Gerakan Lola mulai be
'Kenapa kejam banget sikapnya ke Bang Rey? Apa papa gak liat orang disampingku sangat serius punya niat serius dan perhatian padaku?'Sayangnya Rudi, papa Lola sudah sangat membencinya sehingga tidak ingin berlama-lama mendengarkan Reynald yang membuat hati Lola perih. Reynald sudah menunjukkan kasih sayangnya pada Lola dan perhatiannya yang begitu besar. Kenapa papanya tetap tak mau mendengarkannya dan tergugah hatinya?Lola tak mengerti. Tapi ini sangat menyakitkan bagi Lola."Baiklah kalau memang itu mau Anda!" Reynald bicara lagi."Saya yakin orang seperti Anda tidak mungkin Lost dan tidak memperhatikan Lola bukan? Anda pasti tahu kalau saya membawanya. Jam setengah delapan sekarang, tak mungkin Anda masih ada di rumah Anda," sindir Reynald yang sengaja ingin menunjukkan pada Lola kalau orang tuanya sudah tahu tentang kedatangan mereka."Apa maumu?"Tak menjawab, Rudi malah terlihat makin sinis."katakan saja apa maumu dan jangan menghabiskan waktu ku""Freddy, tunjukkan pada mer
"Bang Rey, tapi--"Lola ingin mengelak permintaan dari seseorang yang sangat dicintainya itu.CUP!"Aku tahu kamu nggak akan tenang. Kamu takut orang tuamu akan menyanggah lagi dan membuat masalah denganku bukan?"Ya jelas Lola mengangguk karena itu semua sesuai dengan ketakutan yang ada dalam benaknya"Udah, nggak usah khawatir, Lola! Aku tahu apa yang harus kulakukan dan tidak ada yang bisa membuat masalah denganku, Lola! Tenang saja." Reynald ingin meyakinkan dan tak mau Lola banyak pikiran."Tapi Bang Rey?""Lola, kalau kita nggak ketemu sama orang tuamu dan menyelesaikan masalah ini. kita tidak bicarakan dengan mereka baik-baik. Ya jelas saja semua ini tidak akan pernah selesai. Ujungnya mereka akan mengejar-ngejar aku atau mereka akan membuat masalah dengan pernikahan kita. Dan ini juga akan membuat mereka benci pada kita! Mau sampai kapan semua kebencian ini diteruskan?"Kini Reynald memegang wajah Lola dengan kedua tangannya mencoba meyakinkan wanitanya saat mata mereka bertau
"Yah, karena memang ayahku ingin kembali bersama ibuku Lola!""Eh, tunggu, tadi bukannya kata Bang Rey, ayah Bang Rey nggak bisa move on dari mamaku terus hubungannya papa bang Rey sama mamanya Bang Rey jadi berantakan?""Yep! Yang ku tahu begitu. Makanya aku dalam dilema saat tahu siapa kamu," jujur Reynald."Pertama, aku kesal dengan ayahku dan aku juga kasihan dengan ibuku. Kesal dengan ayahku karena dia lebih memilih ibumu sampai ibuku sakit makanya aku kecewa pada diriku kenapa aku bisa dekat dengan anak seorang wanita yang telah membuat keluargaku sendiri berantakan." Reynald diam sambil mengelus wajah Lola."Di sisi lain aku juga kesal karena aku tidak bisa berbuat apapun dan tetap harus mengikuti arah yang d
"Me-memang apa yang terjadi Bang Rey?" Lola takut-takut bertanya."Ibumu, Dia adalah orang yang membuat ayah dan ibuku berpisah!"Kaget Lola mendegarnya. Tapi dari pandangan mata Reynald pria itu tidak bercanda saat menjelaskan ini."Ibumu belum menikah dengan ayahmu. Dan dia adalah wanita yang sangat dicintai oleh ayahku sampai dia tidak bisa sama sekali melihat ibuku!" lalu Reynald menunduk dengan tawa yang masih tersemat di bibirnya"Ibuku sangat mencintai ayahku! Dia mencoba mengejarnya dan membuatnya mencintainya. Dia benar-benar tulus sekali padanya. Tapi sayangnya ayahku hanya melihat pernikahannya seperti pernikahan yang memang sudah dipersiapkan oleh keluarga kami. Hingga akhirnya dia berselingkuh di belaka
"B-bang Rey, udah gak benci aku lagi?""Hmm, sebenarnya aku membencimu ketika aku memikirkan tentang keluargamu dan orang tuamu."Reynald tersenyum yang lebih menyerupai ringisan dan menunjukkan rasa bersalah di wajahnya, sungguh sebuah senyum yang tak membuatnya bahagia."Tapi kau bukan mereka!" Reynald menyadari kesalahannya."Seharusnya aku sadar kalau aku tidak bisa melimpahkan semua emosi dan kemarahanku padamu, Lola." Reynald menggelengkan kepalanya pelan"Tapi kondisinya kemarin sulit sekali untukku Dan aku tahu itu juga sulit untukmu! Dan seharusnya aku memikirkan tentang dirimu aku tidak egois cuma aku tidak tahu bagaimana aku harus berpikir! Aku-- aku sudah menyia-nyiakanmu, Lola. Aku tahu seharusnya tidak semudah ini aku minta maaf padamu setelah apa yang sudah kulakukan padamu.""Bang Rey, hhh!""Hey jangan menangis sayang!"Reynald dengan lembut mengusap air mata itu dan dia mendekat kepada Lola menempelkan bibirnya di wajah tepat di mana tadi dia menggerakkan tangannya m
"Apa kau sudah menyelidiki teman wanitanya tadi? kalau dia adalah gadis baik-baik saja dan tak ada intrik apapun, Ferry?"Bukan masalah apa yang ada di perekam suara yang masih di pegang Ferry, ajudannya yang ditanyakan pria itu."Sudah Tuan Reynald.""Bagaimana hasilnya?"Reynald justru mengkhawatirkan yang lain!Dan selama ini memang dia selalu saja memperhatikan wanita yang sudah pergi dengan bus itu. Tapi tentu saja dia melakukannya diam-diam supaya semua gerak-geriknya tidak diketahui oleh asisten kakeknya."Dari hasil pantauan orang suruhan saya, tidak ada yang terlalu aneh padanya. Gadis itu normal seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Semua terlihat baik-baik saja tapi saya juga tidak tahu dengan siapa saja dia berkomunikasi. Hanya saja, Lola sepertinya cukup dekat dengannya dan banyak bicara dengannya. Mungkin satu-satunya cara kita mengetahui bagaimana hubungan mereka dari rekaman ini?""Hmm. Tadi dia pergi ke arah sana! Apa kau sudah menyuruh orangmu untuk mengikutiny
"Huh, tebakanku yang pertama gagal! Apa mungkin kau--"Brenda tidak melanjutkan kata-katanya tapi lirikan matanya tertuju pada salah satu bagian tubuh Lola yang membuat wanita itu mengangguk"Kau benar Brenda. Aku punya bayi di dalam kandunganku!""Wow!" Sebuah penegasan yang membuat Brenda membuka mulutnya, termangu."Sorry, Jadi biar aku tebak! Apa keluargamu gak tahu soal ini?" Setelah mengembalikan pikirannya untuk fokus, Brenda menyuguhkan analisanya lagi, yang dijawab dengan anggukan kepala Lola. "Tidak Brenda, keluargaku gak tahu!"Lola masih menatap Brenda dengan wajahnya yang terlihat cemas, lebih tepatnya, kalut."Tidak ada yang boleh tahu! Aku harus melindungi anak ini dari keluargaku dan aku tidak bisa kalau aku gak dapat scholarship!" "Apa semua pendidikanmu bergantung pada itu?"Kembali Lola menggelengkan kepalanya"Tapi keluargaku tidak akan pernah menerimaku kalau mereka tahu kalau aku mengandung! Itu artinya mereka tidak akan membiayaiku lagi dan ini akan rumit! Biay
"Hahaha! Kau pasti bercandakan?""Apa aku terlihat bercanda, J?" sindir Brenda sambil melambaikan tangannya dan dia menarik tangan Lola cepat-cepat seakan tidak mau keduluan dari Jeremy."Aku rasa sekarang kau sudah aman!" ucap Brenda yang bibirnya kini tersenyum simpul dengan ekor matanya menjurus pada Lola."Sekali kau terpikat pada pria macam dia, kau tidak akan pernah lepas darinya, sayang! gadis polos sepertimu akan jadi sasarannya!""Tapi sekali aku dekat denganmu, aku tidak akan menjadi teman wanitamu, kan Brenda? Teman wanita yang maksudku dalam hubungan tidak wajar loh!""Hahaha! Tenang saja kau aman denganku! Aku hanya pura-pura saja kok. Yang penting kau tidak diganggu olehnya!" tegas Brenda. Dia bicara sudah menarik tangan Lola menjauh. Dan mereka memang menuju ke gedung administrasi. Jeremy setelah mendengar itu, untungnya dia memang tidak mengikuti lagi."Baiklah terima kasih atas bantuanmu, Brenda! Tapi bisakah kau beritahukan padaku Apa alasanmu mau menolongku?" Sambil
"Tidak, aku tidak boleh gegabah! Aku belum tahu siapa Brenda!" Lola masih menahan dirinya. Dia memang butuh pekerjaan dan Lola juga punya nomor telepon Brenda, tapi rasa khawatirnya dan tak mau sampai memilih orang yang salah untuk berteman dan dimintai pendapat, membuat Lola menyurutkan niatnya Sehingga"Sudahlah sekarang yang penting aku harus berjuang supaya aku bisa masuk ke universitas terbaik di sini, untuk lima puluh ribu dolar tabungan! Aku masih punya waktu seminggu bukan?"Lola bukan dari keturunan orang bodoh! Mela adalah wanita yang sangat pintar! Begitupun dengan ayahnya Rudi, Mereka berdua adalah orang dengan kepintaran di atas rata-rata! Cukup jenius sehingga untuk Lola yang merupakan anak keduanya, apalagi ditambah keinginannya yang kuat, sangat mudah sekali untuk mempersiapkan diri. Dia sangat serius dan Lola tidak membuang-buang waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna'Demi hidupku! Demi masa depanku dan terutama demi menyambung hidup bersama anakku! Aku tidak bo