Share

Bab 0006

Penulis: Jus Strawberi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-02 17:09:30
Setelah kembali ke rumah Siska, Yara memberi tahu sahabatnya itu tentang kejadian tadi. Mereka berdua bersama-sama menelusuri di Internet dan dengan segera menemukan apa yang disebut karya asli itu.

Total ada lima lukisan dan kelimanya memiliki kemiripan 95 persen dengan yang dikirimkan Yara ke Baruy. Semuanya meraih lima penghargaan yang sangat bergengsi di industri ini.

Atas nama Lindari.

Siska merasa sulit memercayainya. "Kamu kenal Lindari ini?"

"Nggak." Yara menggelengkan kepalanya. "Sepertinya bukan nama asli."

"Benar. Seaneh-anehnya, pencuri lukisan itu nggak mungkin orang dari luar negeri." Lalu Siska bertanya lagi pada Yara, "Lukisan aslimu disimpan di rumah keluarga Lubis?"

Yara mengangguk.

"Punya foto lukisan aslinya?"

"Ada!"

Seketika Siska mendapat semangatnya kembali. "Urusannya gampang kalau begitu. Kirimkan foto-fotomu ke juri kompetisi itu dan minta mereka mengganti pemenangnya."

Dia berpikir sejenak, kemudian menambahkan, "Lalu kirimkan ke forum desainer besar. Mungkin kita bisa menemukan pencuri lukisan ini."

Sebagai seorang seleb sosial media berpengalaman, dia percaya pada kekuatan netizen.

"Oke." Sambil mencari bukti-bukti, Yara berkata, "Aku harus pulang dan mengambil lukisan aslinya."

Pada saat ini, satu-satunya cara agar hatinya tenang adalah memegang lukisan itu di tangannya sendiri.

"Iya, kalau begitu, kirimkan foto-fotonya padaku." Siska lebih berpengalaman tentang sosial media. "Sisanya biar aku yang tangani."

"Siska, terima kasih. Aku bersyukur punya kamu." Setelah Yara mengirimkan foto-fotonya, dia langsung kembali ke rumah keluarga Lubis.

Begitu memasuki pintu, dia melihat Silvia sedang menonton televisi.

"Aku pulang mau ambil sesuatu," ucap Yara sambil berjalan naik menuju kamarnya.

"Sesuatu apa?" Silvia membuntuti di belakangnya, seolah takut Yara akan mencuri sesuatu.

"Sesuatu punyaku." Yara memasuki kamarnya dan mulai mencari-cari dalam kotak.

Dia punya sebuah kotak kecil yang diletakkan di bawah tempat tidur. Lukisan-lukisan yang dia buat semasa sekolah semuanya ada di dalam kotak itu.

Silvia melipat tangan di depan dada dan bersandar di pintu, mendecakkan lidah tidak suka. "Barang-barang nggak berguna, bawa saja semuanya kalau masih mau. Kalau nggak, biar kubuang saja."

Yara sudah mencari berulang kali, tetapi masih tidak ketemu. Dia mendongak dan menatap Silvia. "Mana lukisanku?"

"Lukisan apa? Mana aku tahu?" Silvia menatapnya balik.

Yara berdiri dan berkata dengan suara yakin, "Lukisan yang aku buat saat masih sekolah, semuanya aku masukkan dalam kotak ini. Ke mana perginya?"

"Aku nggak tahu." Silvia berbalik dan hendak pergi ke lantai bawah.

Yara mengejar dan menghalangi jalannya. "Di mana lukisanku?"

"Anak sialan, kamu nggak bisa dengar? Aku bilang aku nggak tahu! Minggir!"

"Mana mungkin kamu nggak tahu? Kamu beri ke siapa lukisanku?"

Saat ini, pada dasarnya Yara sudah bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.

Silvia pasti memberikan lukisan miliknya kepada orang lain. Orang tersebut mengambil lukisan itu untuk diikutkan kompetisi di luar negeri dan kemudian menang. Kini dia menjadi orang yang dituduh menjiplak.

"Diberikan ke siapa?" Suara Yara gemetar dan hampir terisak. Dia benar-benar tidak tahu berapa kali dia dijebak oleh ibunya ini.

"Aku bilang nggak tahu. Aku nggak pernah lihat, nggak pernah pegang."

Silvia berkacak pinggang.

"Cuma lukisan nggak bagus disayang-sayang. Siapa yang mau peduli?"

"Kamu pasti menuduh aku, 'kan? Ya sudah, bawa semua barang-barang nggak bergunamu keluar dari rumah ini. Mulai sekarang, kamu nggak punya tempat lagi di rumah ini."

"Oke!" Yara tidak tahan lagi. "Mulai sekarang, aku nggak punya hubungan lagi denganmu, Silvia Damara. Aku nggak punya ibu sepertimu."

Dia segera berjalan ke kamar dan mengambil sebuah tas. Dia masukkan semua yang ingin dia bawa ke dalamnya.

Dia benar-benar sudah muak dengan keluarga ini dan ibu ini.

"Bagus! Keluar dari sini!" Silvia tampak sangat bahagia, dia hampir bertepuk tangan.

Setelah Yara mengemasi barang-barangnya, dia segera memanggil taksi dan pergi.

Di dalam mobil, dia tidak bisa berhenti menangis.

Dosa apa yang pernah dia perbuat? Bahkan ibunya sendiri memperlakukan dia seperti ini.

Dia bertanya-tanya, kepada siapa Silvia memberikan lukisan-lukisan itu?

Dalam sekejap, dia memikirkan sebuah nama: Melanie.

Namun, Yara segera menepisnya.

Melanie tidak mungkin melakukan hal kotor seperti itu. Bakatnya juga jauh lebih baik daripada dirinya.

Tidak peduli siapa orangnya, Yara bertekad ingin menemukan orang ini.

Malam itu, juri dari beberapa lomba membalas email mereka, menyatakan bahwa lomba mereka berlangsung adil, objektif, dan terbuka. Serta karya terpilih telah disaring secara ketat, tidak ada kemungkinan plagiarisme. Karya yang menang tidak mungkin bermasalah.

Terakhir, ada lampiran dalam email itu.

Yara mengunduh lampirannya dan melihat bahwa lampiran itu berisi foto-foto lukisan asli, lebih banyak dari yang dia kirimkan sebelumnya.

Waktu itu dia hanya memfoto beberapa lukisannya, tidak semuanya.

Di beberapa forum, postingannya mendapat sorotan, tetapi semuanya dipenuhi balasan yang mencaci-maki Yara dan mengata-ngatai dia tidak tahu malu.

Banyak di antara mereka yang merupakan penggemar Lindari.

"Menjiplak karyamu? Memangnya kamu siapa? Ngaca dulu sana."

"Kamu cari lukisan aslinya? Aku juga punya, malah lebih banyak darimu. Nggak usah main di sini, dasar pecundang."

"Orang paling nggak tahu malu sedunia."

Dan lain-lainnya.

Siska menatap pilu ke arah Yara dan bersiap-siap menyerang balik.

"Kamu punya kepala cuma buat hiasan?"

"Sombong nggak ketulungan. Merasa paling hebat?"

"Hati-hati otakmu yang sekecil kacang itu hilang tertiup angin!"

Dia percaya pada Yara.

Namun, lukisan aslinya sudah hilang, bagaimana mereka bisa mendapat keadilan?

Dalam perjalanan pulang, Yara sudah menduga hal ini akan terjadi. Sekarang dia hanya ingin tahu siapa orangnya.

"Siska, abaikan saja." Yara mulai memilah dengan seksama balasan-balasan tersebut dan akhirnya melihat seseorang mengirimkan resume pribadi Lindari.

Isinya membuat dia benar-benar tercengang.

Siska juga terkejut. "Ini ... bukannya ini ... Melanie?"

Yara agak kesulitan mencerna informasi ini.

Dari kecil hingga dewasa, Melanie adalah seseorang yang paling dia kagumi.

Kata orang tuanya, sepupunya ini pandai dalam segala hal.

Sedangkan Yara hanya seperti ekor yang mengikutinya. Bekerja kelas dalam diam untuk menjadi sebaik Melanie.

Namun, kenyataan tidak seindah mimpi. Menandingi Melanie adalah hal yang mustahil, bahkan pria yang sangat dicintainya hanya ingin menikahi Melanie.

Bagaimana mungkin Melanie mencuri lukisannya?

Tidak, dia harus bicara tatap muka dengan Melanie.

Keesokan harinya, Yara membuat janji dengannya.

"Rara, kamu mau bicara soal perceraian lagi?" Melanie masih tampak ramah dan murah senyum. "Yudha sedang kunjungan ke luar kota beberapa hari ini. Dia sudah bilang akan menyelesaikan proses cerainya segera setelah dia pulang nanti."

Yara mengeluarkan foto lukisan itu. "Melanie, lukisan ini ...."

"Rara." Melanie tiba-tiba menangis. "Maafkan aku."

Hati Yara langsung menegang. "Melanie, jadi kamu mencuri lukisan-lukisanku? Bisa-bisanya ...."

"Rara," Melanie memandang Yara dengan mata berkaca-kaca. "Aku sangat membencimu saat itu. Aku ingin membalas dendam padamu, jadi aku diam-diam menghubungi ibumu dan mengancamnya untuk mengirimkan lukisan-lukisan ini padaku."

Dia tampak sangat emosional. "Rara, perasaanku sedang kacau-balau waktu itu."

Yara seketika merasa lelah fisik sekaligus jiwanya. Benar saja, Tuhan telah menghukumnya.

"Melanie," desahnya pelan. "Lupakan saja. Aku nggak menyalahkan kamu, tapi kamu harus menghubungi panitia juri kompetisi untuk memperbaiki masalah ini."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lilik
Alhamdulillah sukur ........., lanjut ...
goodnovel comment avatar
Nova Vaw
kesel k c yara ny lemot
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0007

    "Rara." Melanie menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak bisa, nggak bisa diperbaiki.""Rara, kamu tahu aturan di industri desain. Kalau aku mengaku ... karierku akan hancur total."Yara masih tidak rela. "Tapi Melanie, kalau nggak diperbaiki, aku ....""Kamu ingin masuk ke Baruy, 'kan?" Melanie menyeka air matanya. "Serahkan masalah ini padaku.""Tapi ...." Yara tidak ingin masuk dengan nama plagiator."Rara." Melanie tampak penuh penyesalan. "Karena insiden antara kamu dan Yudha, aku nggak bisa menggambar apa pun, jadi aku khilaf dan membuat kesalahan besar."Dia menatap Yara dengan penuh emosi. "Bisakah kamu memaafkan aku kali ini? Aku percaya kamu pasti bisa membuktikan dirimu setelah masuk Baruy."Yara bimbang ingin berbicara. Dia sudah menyebabkan penderitaan untuk Melanie satu kali. Dia tidak bisa lagi melihat karier Melanie hancur karena masalah ini."Ya sudah, kalau begitu aku minta tolong padamu untuk urusan Baruy." Dia akan membuktikan kemampuan dirinya di masa depan.Melanie

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0008

    Melanie sibuk menyapa rekan-rekan kerjanya dan tidak melihat Yara. Setelah diingatkan Yudha, rasa tidak senang melintas sekilas di matanya.Begitu banyak orang keluar gedung bersama-sama, tetapi Yudha tetap bisa menemukan dia?Giginya terkatup dalam diam, lalu dia memaksakan senyum dan mengejar Yara."Rara, tunggu." Dia meraih lengan Yara. "Rara, kita sudah sepakat mau merayakan bersama, kenapa kamu menyelinap pergi?""Nggak usah, aku ...." Yara tidak ingin pergi sama sekali. "Kamu belum lama pulang, aku nggak akan mengganggu waktu kalian berduaan.""Ngomong apa kamu ini?" Melanie tersipu. "Kamu dan Yudha belum bercerai. Lagi pula, kamu bukan orang lain.""Melanie." Yara ingin cepat-cepat menjelaskan. "Tanyakan pada Yudha kapan dia punya waktu menyelesaikan proses perceraiannya.""Aku nggak mau tanya. Kalau kamu mau tanya, tanya saja sendiri." Melanie pura-pura marah sekaligus manja. "Jangan biarkan dia berpikir aku ingin buru-buru menikah dengannya. Biar kuberi tahu ya, bagi pria itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0009

    Yara tidak menyangka Yudha akan datang.Sinar di matanya sedikit demi sedikit padam di bawah tatapan menghina pria itu."Nggak, aku cuma mau bantu Melanie pilih-pilih gaun.""Semoga memang begitu."Yudha mencibir."Yara, aku sudah peringatkan kamu sejak lama.""Jangan mimpikan hal-hal yang bukan milikmu. Nggak akan ada akhir yang baik kalau dipaksakan."Yara membendung perasaannya dalam diam.Dia mengerti bahwa di mata Yudha, pernikahan mereka adalah sesuatu yang bukan miliknya. Lebih-lebih lagi pria itu. Tidak pernah menjadi miliknya sama sekali.Oleh karena itu, hingga saat ini, Yara sendiri memikul tanggung jawab penuh atas segalanya.Yara ingin pulang saja. "Yudha, kalau kamu sudah sempat, jangan lupa menyelesaikan proses perceraian kita.""Rara, kamu pikir semua orang punya waktu luang sebanyak dirimu?"Wajah Yudha bertambah kelam."Kamu bisa menyisihkan waktu pergi ke sini. Kenapa ....""Kenapa? Kamu merasa diabaikan?" Yudha tertawa sinis. "Yang satu adalah orang yang sebentar la

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0010

    "Bu Anita!"Yara meletakkan gambar desain itu langsung di atas meja.Anita menatap Yara dengan amarah terbendung, menunggunya melanjutkan."Bu Anita, bukankah ada sesuatu yang harus Anda jelaskan pada saya?"Yara sangat percaya diri.Anita benar-benar tertawa saking marahnya.Baru pertama kali ini dia melihat plagiator yang begitu sombong."Penjelasan? Penjelasan apa yang kamu minta?""Klien sudah menerima desain yang saya buat, bukankah seharusnya Bu Anita memberi tahu saya?""Saat saya mengumpulkan rancangannya waktu itu, kenapa Bu Anita marah tanpa alasan?""Terakhir, kalau memang rancangan saya diterima, kenapa Bu Anita nggak memberi saya pesanan lagi? Saya ingin tahu kenapa."Satu per satu, Yara mengatakannya dengan jelas.Anita terdiam sesaat. Dia tidak menyangka plagiator ini memiliki logika berpikir yang begitu jelas.Dia berpikir beberapa saat, lalu menjawab satu per satu."Akhir-akhir ini aku sibuk, jadi aku lupa memberi tahu kalau rancangannya sudah disetujui.""Aku nggak ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0011

    Setelah Yara pergi, Yudha merasa semakin kesal dan gelisah.Dia memijat kening dan merasakan rasa panas yang aneh perlahan-lahan muncul dalam hatinya.Melanie duduk dan bersandar pada Yudha, entah sengaja atau tidak menyenggolkan dadanya pada tubuh Yudha."Yudha, jangan tunda lagi perceraiannya.""Aku dengar dari Bibi Silvia, dia sudah mencarikan kencan buta buat Rara. Katanya Rara juga suka."Sambil bicara, dia mengamati reaksi Yudha.Dia tadi memasukkan sesuatu yang menyenangkan ke dalam minuman itu.Yudha terlalu sibuk dan merasa tidak harus terburu-buru bercerai, tetapi Melanie tidak bisa menunggu lebih lama lagi.Jika mereka berdua pergi ke ranjang malam ini, dia punya senjata untuk memaksa Yudha agar segera bercerai.Yudha merasa kepalanya berdenyut parah. Rasa panas dari di dalam hatinya seakan menyebar ke seluruh tubuh, membuatnya seperti terbakar.Dalam sekejap, ingatan setahun yang lalu terlintas di depan matanya.Dia pun paham saat itu juga. Dia dijebak lagi.Dia melihat min

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0012

    "Tentu saja boleh."Yara menyerahkan rancangan desainnya."Waktu itu aku berani menunjukkannya ke Bu Anita juga berkat dorongan darimu."Bibirnya tersenyum sepintas. "Aku juga ingin mendengar pendapatmu kali ini."Melanie melihat-lihat rancangan desain itu, sekilas kegembiraan muncul di matanya.Namun, tak lama kemudian, rasa iri kembali membumbung tak terkendali.Desain Yara selalu terkesan berani, kreativitas, dan membuat takjub.Pecundang ini adalah pelukis jenius sejak kecil. Tidak peduli seberapa keras Silvia menghukumnya, dia tidak pernah mau berhenti melukis.Melanie sangat membencinya. Dia juga awalnya punya bakat dan mau bekerja keras. Namun, di hadapan seseorang dengan bakat sejati, semua itu tidak berarti apa-apa."Gimana menurutmu? Ada yang salah?"Yara bertanya dengan hati merendah.Dia hendak bercerai tanpa mendapat bagian harta. Dia harus mempertahankan pekerjaan ini."Bagus, kok. Jarang sekali kamu bisa menggambar seperti ini."Melanie menenangkan hatinya kembali.Meman

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0013

    Perubahan yang begitu cepat ini membuat Anita kaget.Setelah tersadar dari kagetnya, dia segera berdiri di depan Yara."Kalau Nona Xilla kurang suka rancangannya, kami bisa mengubahnya. Tapi harap jaga perilaku Anda. Kalau Anda melakukan sesuatu lagi, saya akan panggil polisi."Saat ini, semua orang di kantor mendengar keributannya dan berkumpul di luar ruang VIP.Xilla mencibir, "Bukannya Baruy dikenal sebagai yang terbaik di seluruh negeri? Kenapa kalian mempekerjakan seniman yang menjiplak?"Hati Anita mencelos dan dia menatap Yara penuh kebencian."Nona Xilla, saya nggak tahu dari mana Anda dengar informasi seperti itu. Yara masih muda dan memang pernah melakukan kesalahan di masa lalu, tapi saya jamin rancangan yang saya berikan hari ini nggak ada masalah dan kualitasnya tinggi.""Nggak ada masalah?" Xilla berteriak keras. "Itu cuma katamu saja."Dia menuding Yara. "Biar kuberitahu, aku pernah lihat rancangan ini sebelumnya."Warna di wajah Yara seketika memudar. "Nggak mungkin!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0014

    Lingkaran pergaulan Yara memang kecil sejak dulu, apalagi selama setahun dia menikah, dia hanya menelepon Siska beberapa kali saja.Siapa yang ingin menyakitinya?Satu-satunya orang yang terpikir akan menyakitinya hanyalah teman-teman Melanie.Di hari pesta penyambutan, Yara mengambil beberapa foto dengan mereka di dalamnya.Namun, ketika dia menunjukkannya pada Xilla satu per satu, wanita itu menggelengkan kepalanya.Akhirnya Yara mengeluarkan foto Melanie dan menatap Xilla dengan wajah cemas."Kalau yang ini?"Wajah Xilla jelas terlihat aneh, tetapi dia segera menggelengkan kepalanya."Wanita itu pakai kacamata hitam, wajahnya nggak kelihatan jelas."Yara memperhatikan Xilla melirik foto Melanie beberapa kali.Terlalu aneh.Namun, Melanie tidak punya alasan untuk menyakitinya.Melihat dirinya sedang melamun, Xilla segera bangkit dan lari.Dari kejauhan, dia mengingatkan Yara, "Wanita itu kaya dan berkuasa, bukan seseorang yang bisa kamu lawan. Mundurlah saja dari pekerjaanmu."Yara m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02

Bab terbaru

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0627

    Pada hari yang telah disepakati, Yudha menerima telepon dari Revan di pagi hari."Pak Yudha, saya di Meria sekarang, sedang menunggu penerbangan pulang. Seluruh informasinya sudah hampir lengkap.""Bagus." Yudha agak terkejut. Dia tidak menyangka Revan perlu pergi ke Meria. dia menambahkan, "Hati-hati di perjalanan. Aku tunggu kepulanganmu.""Pak Yudha." Revan menatap dokumen di tangannya. "Saya akan pergi ke rumahmu setelah sampai di sana. Sebelum itu ... siapkan mentalmu.""Oke." Yudha menutup telepon. Dia sebenarnya merasakan sedikit firasat buruk dalam hatinya.Dia menatap kalender dan melihat hari persidangan perceraiannya akan tiba dua hari lagi. Masih ada waktu.Satu hari terasa sangat panjang bagi Yudha. Dia meninggalkan semua pekerjaan dan kembali ke rumah keluarga besar untuk bermain sebentar dengan Agnes dan Yovi, lalu kembali ke vilanya dan menunggu.Agnes bertanya, "Kerjaanmu hari ini sudah selesai 'kan? Kenapa buru-buru pergi? Temani anakmu lebih lama lagi."Sejak ada Yov

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0626

    Saat masuk ke ruang tamu, Santo jelas merasa agak malu, tapi Felix dan Gio bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bicara dengannya seperti biasa.Yara membawa album foto yang baru diambilnya dan mereka semua berkumpul untuk melihat."Ayah, lihat, ini foto pernikahanmu. Kalian masih sangat muda waktu itu, sangat tampan dan cantik."Santo tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menyentuh Zaina di foto itu."Senyum Ibu sangat cantik di foto ini. Yang ini, Ayah, kamu sangat tampan ...."Sambil berbicara, Yara memperhatikan ekspresi Santo. Di dalamnya banyak foto-foto Melanie. Dia berusaha untuk menyebutnya sesedikit mungkin.Lambat laun, raut wajah Santo menjadi semakin serius.Tiba-tiba, air mata menetes membasahi album foto."Ayah, kamu kenapa?" Yara sedikit panik dan berusaha menyingkirkan album foto itu. "Kita lihat besok lagi saja, nggak apa-apa."Santo menunduk. Tangannya membelai wanita yang ada di foto tersebut dengan penuh kasih sayang. "Kenapa aku nggak pulang lebih cepat

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0625

    Segera setelah pintu kamar mandi terbuka, bau menyengat menghantam. Ada noda air berwarna kuning di lantai. Tidak perlu ditanya lagi apa itu.Santo membelakangi semua orang, meringkuk di sudut ruangan. Seluruh tubuhnya gemetar."Kalian keluar dulu." Yara merasa dadanya sangat sesak dan meminta semuanya pergi."Rara, nggak apa-apa, biarkan aku membantumu." Siska bergegas berkata."Nggak usah." Yara menggeleng dan menatap mereka dengan memohon, "Keluar dulu, oke? Keluar!""Ayo, kita tunggu di ruang tamu." Gio akhirnya merespons, mengangguk kepada Yara, dan menarik pergi Felix dan Siska.Yara berdiri di ambang pintu, mengendus-endus, dan berseru lirih, "Ayah, mereka sudah pergi. Nggak apa-apa."Santo masih meringkuk di pojokan.Dia adalah kepala keluarga Lubis, yang berwibawa dan terhormat seumur hidup. Tapi sekarang ... pikirannya sudah tidak jernih lagi dan menghadapi hal semacam ini saja tidak bisa."Ayah!" Yara dengan hati-hati melangkah maju dan menarik lembut pakaian Santo. "Ayah, n

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0624

    Yara juga berdiri dan menatap mata Melanie. "Bahkan meski mereka tahu kebenarannya dan menukar kita kembali, mereka tetap akan sangat mencintaimu dengan kasih sayang yang sama.""Melanie, kamu kehilangan dua orang yang paling menyayangimu. Kamu benar-benar nggak menyesalinya?" Yara sedikit emosional."Nggak!" kata Melanie dengan sangat tegas. "Yara, asal kamu tahu, nggak ada kata "menyesal" dalam kamus hidupku. Ambil barang-barangmu dan cepat pergi. Nggak usah ngoceh nggak jelas di sini."Yara menggelengkan kepalanya, mengambil album foto itu dan mengatakan satu hal lagi, "Jaga dirimu baik-baik."Dia keluar dari vila, mengucapkan selamat tinggal kepada Amel, dan segera pergi.Amel kembali ke vila dan melihat Melanie melamun sambil memandangi foto Zaina. Dia bertanya dengan suara kecil, "Bu, kamu juga kangen ibumu?""Dia bukan ibuku." Melanie mengambil foto itu dari dinding dan melemparkannya ke lantai. "Aku nggak kangen dia. Nggak sedikit pun!"Orang yang paling disayangi Zaina semasa

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0623

    Setelah kehilangan Santo sekali, Yara dan yang lainnya tidak berani ceroboh lagi, terutama Siska."Rara, aku janji nggak akan membiarkan Paman Santo lepas dari pandanganku."Yara tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Oke, tutup pintunya, dia nggak akan bisa keluar. Aku keluar sebentar."Karena Santo selalu bicara soal menemui Zaina, Yara ingin pergi ke rumah keluarga Lubis untuk mengambil foto-foto Zaina. Dia sudah menelepon Melanie.Sampai di sana, dia melihat Amel sudah menunggunya dari kejauhan."Bibi Rara!" Amel melihat kedatangannya dan langsung berlari menghampiri. "Bibi Rara, kamu di sini."Yara memeluk Amel. "Wah, Amel sudah tambah tinggi dan cantik.""Bibi Rara juga tambah cantik," balas si kecil bermulut manis.Yara membawanya masuk ke dalam vila. Melanie sudah menunggu di ruang tamu."Barangnya di lantai atas, mungkin di kamar mereka." Melanie bangkit dan berjalan ke arah tangga. "Ayo kuantar ke atas.""Terima kasih." Yara meminta Amel bermain sendirian dan mengikuti ke a

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0622

    Ini pertama kalinya Amel melihat Yudha berbicara sangat serius dengannya. Wajahnya langsung terlihat takut dan dia berbisik, "Amel kasihan sama Ibu.""Ibumu kenapa?" Yudha berjongkok dan sedikit melunakkan nada bicaranya.Amel menggeleng dan mengulangi, "Ibu kasihan sekali."Yudha tidak bertanya lagi dan mengelus kepala si kecil. "Amel, mungkin suasana hati ibumu sedang buruk. Paman akan menghiburnya, tenang saja.""Terima kasih, Paman." Amel menghela napas dan melanjutkan bermain.Yudha duduk di sofa dan menunggu. Pikirannya terus terbayang penampilan Melanie barusan. Gelagatnya seperti orang mabuk, tapi tidak ada bau alkohol sama sekali di dalam kamar. Bau itu ...Yudha belum pernah merasakan bau seperti itu sebelumnya. Menyengat dan sangat tidak enak.Dia menunggu beberapa saat dan kemudian melihat Melanie turun. Melanie sudah berganti pakaian dan menata rambutnya, nyaris seperti orang yang berbeda, membuat Yudha bertanya-tanya apakah yang dilihatnya tadi itu hanya ilusi."Yudha, ke

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0621

    Selama beberapa hari berikutnya, Yara menghabiskan waktu bersama Yola dan Santo di siang hari. Lalu malamnya mengerjakan desain perhiasan bertemakan "Pulau" itu.Tapi, inspirasinya seakan sedang surut dan ide-ide yang dia pikirkan masih kurang memuaskan.Sidang perceraiannya semakin dekat.Di suatu sore, Yudha menerima telepon dari Amel sebelum pulang dari kantor."Paman sedang sibuk?" ucap gadis kecil itu dengan suara manis. "Amel sudah lama nggak ketemu Paman. Paman sedang sibuk bersama adikku ya?"Yudha terdiam. Beberapa waktu telah berlalu sejak Yovian datang ke rumah. Dia memang sudah lama belum bertemu Amel.Sejenak, dia merasa malu. "Paman minta maaf. Malam ini Paman ke rumahmu, oke?""Sekarang saja. Ayo makan di luar bersama Ibu." Amel tertawa usil. "Tapi jangan bilang Ibu. Beri dia kejutan.""Oke." Yudha menjawab ringan.Dia membereskan pekerjaannya sebentar dan segera pergi ke rumah keluarga Lubis. Tak disangka, Amel sudah menunggu di depan pintu."Amel ...""Ssst!" Amel mene

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0620

    "Nggak mungkin." Yara berpikir, satu-satunya pria yang dekat dengannya baru-baru ini adalah Felix.Menurutnya, dengan sifat Felix, dia tidak mungkin punya ini seperti ini. Saran dari Gio juga rasanya tidak mungkin sampai ke sini.Dia tidak tahu siapa lagi yang mungkin."Rara, gawat!"Yara tiba-tiba mendengar suara Siska dari belakangnya. Dia buru-buru menutup telepon. "Safira, aku ada urusan mendadak. Sampai di sini dulu ya, terima kasih!""Ada apa?" Dia menatap Siska dengan cemas."Ayahmu ... ayahmu hilang." Siska terengah-engah karena kelelahan. Dia jelas sudah mencari di sekitar untuk mencoba mencarinya sebelum memberi tahu Yara.Suaranya seperti menahan tangisan. "Kami terlalu fokus dengan Yola. Aku nggak tahu sejak kapan ayahmu pergi.""Nggak apa-apa. Tolong jaga Yola dulu, aku akan mencarinya." Yara menenangkan Siska dan segera menelepon polisi.Setelah menelepon polisi, dia menelepon Felix dan Gio."Oke, jangan khawatir, kami akan membantu mencari." Felix menenangkan Yara dan me

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0619

    Keesokan harinya setelah sarapan, cuaca di luar sangat cerah. Yara ingin mengajak Yola dan Santo berjalan-jalan."Aku ikut juga." Siska melambaikan kedua tangannya. Reaksi kehamilannya sudah jauh membaik akhir-akhir ini. Usia kandungannya sudah lima minggu.Yara meminta pengasuh memakaikan baju kepada Yola sementara dia pergi membantu Santo."Ayah, ganti baju dulu, lalu pergi jalan-jalan, oke?""Jalan-jalan?" Santo berpikir sejenak, "Ketemu Zaina?"Hati Yara terasa pilu. Dia hanya bisa berbohong, "Ya, jalan-jalan, menemui ibuku. Ayo Ayah, aku bantu pakai baju.""Oke, ketemu Zaina, ketemu Zaina ..." Santo terus bergumam dan segera berganti pakaian.Mereka turun ke bawah dan pergi ke lapangan kompleks. Yola di dalam kereta dorong bayi. Mata lebarnya berkedip-kedip, melihat ke mana-mana penuh rasa ingin tahu.Yara awalnya khawatir anaknya terlalu kecil untuk dibawa keluar. Tapi pengasuhnya mengatakan bahwa Yola tumbuh dengan sangat baik. Cuacanya sedang bagus, tidak terlalu dingin dan tid

DMCA.com Protection Status