Frank berlagak polos. "Bukan aku yang sengaja menyelidikimu."Frank sangat pintar bersandiwara, dia melakukan semuanya secara alami. Akan tetapi Valdo tidak bodoh, dia tidak akan memercayai Frank dengan mudah.Hanya saja Valdo penasaran, bagaimana Frank mendapatkan informasi rahasia yang sudah lama berlalu? Ditambah, semua orang yang mengetahui masalah itu telah disingkirkan."Bagaimana caramu mendapatkan semua informasi ini?" Selain memeras uangnya, Valdo tahu bahwa Frank memiliki tujuan lain.Frank tetap bersikap polos. "Aku benar-benar tidak tahu siapa yang memberikan informasinya kepadaku."Valdo marah sampai memukul meja. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Kalau kamu masih mempermasalahkan aku yang membocorkan perselingkuhanmu, aku sudah memberikan proyekku sebagai ganti rugi. Aku juga sudah memberikan sejumlah uang yang kamu minta. Kamu masih mau apa lagi? Kamu masih belum puas mencelakaiku?"Frank mengedipkan kedua matanya. "Aku mencelakaimu?"Kemudian Frank melambaikan tangann
"Aku setuju, aku akan mendukungmu. Tapi aku mau minta gedung kantor Grup Henzo." Frank menyukai gedung perkantoran Grup Henzo. Gedungnya mewah dan lokasinya strategis.Tidak heran Valdo tega mengorbankan nyawa orang lain dan melakukan segala cara demi mendapatkan lahan tersebut."Aku tidak masalah." Neil menyetujui permintaan Frank dengan mudah. Ditambah, Neil memang membutuhkan bantuan Frank.Untuk membuka kembali kasus lama, pertama-tama mereka harus menggiring opini publik untuk menekan instansi hukum negara. Frank memiliki kemampuan dan sumber daya untuk melakukannya.Neil telah menyelidiki semuanya sebelum mengajak Frank bekerja sama."Semoga kerja sama kita berjalan lancar." Frank mengangkat gelas kopinya. "Mari bersulang untuk merayakan kemenangan kita."Neil dan Frank sudah menang sejak mendapatkan uang dari Valdo. Neil mengangkat cangkirnya, mereka pun bersulang.Di saat bersamaan, sekretaris Frank masuk dan melaporkan, "Pak, ambulans sudah datang.""Suruh mereka bawa dia." Fr
Ternyata sopir yang membuka pintu, tetapi Samantha, Yvonne, dan Leah mengira kalau Shawn yang datang.Mereka tampak kecewa, ternyata bukan Shawn yang membuka pintu.Sopir tertegun, dia merasa masuk di waktu yang salah. Sopir ragu, apakah dia harus masuk atau pergi? Ekspresi Samantha dan yang lainnya membuat sang sopir gugup.Yvonne bertanya, "Ada apa?"Sopir bergegas menyerahkan ponsel Yvonne yang tertinggal di dalam mobil. "Ponsel Nona ketinggalan di mobil."Yvonne mengambil ponsel yang diberikan."Aku pamit dulu. Kalau butuh apa-apa, beri tahu aku," kata sopir.Yvonne mengangguk, semua yang berada di rumah ini adalah orang kepercayaan Shawn. Samantha berhenti melampiaskan kekesalannya, tetapi dia tidak bisa berhenti menyalahkan Shawn. Intinya, Samantha tidak terima anak dan cucunya dicampakkan sesuka hati.Melihat Dio yang tertidur pulas, Samantha sadar kalau marah-marah tidak akan mengubah keadaan. Saat ini Samantha hanya bisa berusaha untuk merawat mereka sebaik mungkin.Yvonne ada
Setelah membaca, Yvonne mengangkat matanya, lalu menatap Simon dengan berbinar-binar. "Jadi virus ini masih bisa diobati?"Simon mengangguk.Yvonne sendiri adalah dokter sekaligus peneliti yang bekerja di Pusat Penelitian Maine. Dia dapat memahami hasil penelitian serta menilai persentase pengobatan untuk penyakit tertentu.Virus yang ada di dalam tubuh anjing bukanlah penyakit bawaan, melainkan disuntikkan. Virus yang paling berbahaya adalah rabies, penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas. Biasanya ditularkan melalui air liur atau darah pada hewan seperti anjing dan kera.Penyakit yang diderita Dio ditularkan melalui sentuhan, sebenarnya virus tersebut tidak terlalu parah. Hanya saja Dio masih kecil, imunnya tidak sekuat orang dewasa. Oleh sebab itu, Dio tertular virus yang disuntikkan pada tubuh anjing. Kontaminasi virus ditandai dengan bintik-bintik merah pada tubuh. Walaupun tidak terlalu parah, Dio tetap harus segera diobati.
Suara itu terdengar seperti suara Yura.Raut wajah Yvonne sontak berubah dalam hitungan detik. Untungnya pengendalian diri Yvonne bagus, dia bisa menahan kekesalannya.Yura mengajak Yvonne bertemu pasti untuk memamerkan diri."Di mana?" Yvonne menerima ajakan Yura. Karena Yura mau unjuk diri, Yvonne tidak keberatan untuk menyaksikannya."Kafe Toca," jawab Yura."Oke." Yvonne langsung menutup panggilannya.Simon menelan makanannya, lalu menatap Yvonne sambil berkata, "Tenang saja, ada kami di sini."Yvonne mengangguk, dia bergegas menghabiskan makanannya, lalu membereskan meja dan berpamitan. "Aku harus pergi sebentar. Terima kasih atas bantuan kalian."Aiden dan timnya sangat mengagumi Yvonne, terutama setelah mengetahui bahwa Yvonne mencuri data penelitian Rumah Sakit Maine demi kemajuan pengobatan dalam negeri. Yvonne adalah wanita yang cerdas dan pemberani, makanya mereka semua bersedia membantu Yvonne."Tidak perlu sungkan," jawab Aiden.Yvonne sangat berterima kasih atas bantuan y
"Sebenarnya aku sempat mempertimbangkan untuk melepaskannya." Selain memamerkan diri, Yura mengajak Yvonne bertemu untuk memastikan kalau hubungan Shawn dan Yvonne benar-benar telah berakhir.Meskipun Shawn menikahinya, Yura sadar bahwa dia belum bisa sepenuhnya mendapatkan cinta Shawn. Yura mungkin mendapatkan tubuh Shawn, tetapi tidak dengan hatinya.Satu-satunya cara mendapatkan hati Shawn adalah dengan mengecewakan Yvonne. Dengan begitu, Yvonne akan menjauhi Shawn dan mati rasa.Sebelum menangkap Niko, Yura berencana menggunakan Niko untuk mengancam Yvonne."Apa yang kamu inginkan?" Yvonne tahu bahwa Yura tidak akan melepaskannya dengan mudah. Yura pasti ingin mendapatkan sesuatu dari Yvonne."Shawn bersedia menikahiku demi menyelamatkan anak kalian, bukan karena mencintaiku. Tapi dia pasti bakal sedih kalau kamu jatuh ke pelukan pria lain. Aku akan melepaskan Niko asalkan kamu berpacaran dengan pria lain dan memberi tahu Shawn bahwa kamu nggak mencintainya."Yvonne tersenyum dingi
Shawn memahami kemarahan Yvonne. Awalnya Shawn mencemaskan Yvonne, makanya dia memberi tahu bahwa Niko telah diculik Yura.Ditambah, Yura malah menemui Yvonne dan mengancamnya secara langsung. Mana mungkin Yvonne bisa menerimanya?"Aku akan berusaha menemukan Niko."Yvonne menenangkan emosinya yang menggebu-gebu. Shawn pun berada di posisi yang sulit."Yura sudah lama bekerja untukmu, dia sangat memahami jalan pikiranmu. Aku yakin, Yura tidak nggak bakal membiarkanmu menemukan Niko dengan mudah. Dia sudah merencanakan semuanya secara matang, dia nggak mungkin memberikanmu kesempatan untuk menang. Jangan meremehkan dia!" Yvonne mengangkat kepalanya dan menatap Shawn dalam-dalam."Shawn, aku takut .... Aku takut kalau dia nggak cuma menggunakan Dio dan Niko untuk memisahkan kita. Sebaiknya kamu cari tahu, siapa tahu dia masih memiliki rencana lain?" Yvonne tampak cemas.Shawn mengangguk, dia telah mengutus seseorang untuk menyelidiki Yura. "Em." "Aku harus pergi." Yvonne tidak ingin ber
Pupil Valdo tampak membesar. "Ini ... ini ...."Pihak keluarga korban yang tewas dalam kebakaran tersebut pun ikut angkat bicara. Suami dan anak mereka tewas akibat kesalahan perusahaan, bukan kelalaian pribadi. Para karyawan yang pernah bekerja di pabrik juga ikut memberikan kesaksian, mereka mengatakan bahwa pabrik tidak memasang sistem keamanan sesuai standar. Mereka juga menyebutkan jenis peralatan ilegal yang dipakai hingga menyebabkan kebakaran.Berita tersebut sontak menarik perhatian masyarakat."Kayaknya Frank tidak cuma menginginkan uang, tapi dia juga mau menghancurkan aku." Valdo mengernyit sambil mengepalkan tangan. Dia tidak boleh tinggal diam, dia bergegas menghubungi pihak media dan menawarkan sejumlah uang untuk menghapus berita tersebut.Hanya saja Valdo tidak tahu, Neil dan Frank bekerja sama untuk menyogok media. Jumlah uang yang diberikan Neil dan Frank jauh lebih banyak daripada nominal yang ditawarkan Valdo.Akhirnya Valdo menemui jalan buntu. Dia menghubungi beb
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"