Shawn membaca baris demi baris dialog yang diterjemahkan.[ Kapan tesisnya dipublikasi? ][ Kamu nggak lihat ponsel? ]....[ Kami baru tahu saat dihubungi pusat penelitian. Rumah Sakit Maine dikenal sebagai rumah sakit jantung terbaik di dunia, tapi sekarang malah didahului Pusat Penelitian Prato. Bukankah ini menampar wajah sendiri? Mau taruh di mana wajah kita? ][ Em. ]....[ Susu ini .... ][ Responsmu sangat cepat. Aku memang menaruh obat ke dalam minumanmu. Pusat penelitian menyuruhku untuk membawamu pulang. Mereka sudah tahu, kamu yang membocorkan data-data rahasia kepada Pusat Penelitian Prato. Kalau aku tidak membawamu pulang, aku tidak hanya akan dipecat, tapi karierku juga hancur. Aku tidak mau dipecat, ini adalah satu-satunya cara untuk melindungi diri sendiri. ][ Berhenti memberontak, aku adalah seorang dokter. Aku tahu dosis yang tepat untuk membuatmu hilang kesadaran tanpa ketahuan. ]Setelah mengetahui percakapan mereka, akhirnya Shawn memahami apa yang terjadi. Kemu
Entah sudah berapa kali Simon membohongi Shawn."Yvonne ditangkap karena membocorkan data penelitian dari Pusat Penelitian Jantung Maine! Beri tahu aku, data itu kamu kasih ke siapa?" Shawn berusaha keras menahan emosinya.Shawn harus mengetahui semua yang terjadi untuk menyelamatkan Yvonne. Namun kebohongan Simon kembali memprovokasi amarah Shawn yang hampir meledak."Apa?" Simon kaget mendengarnya. "Tidak mungkin! Aku sudah bilang ke Pusat Penelitian Prato untuk merahasiakannya. Data itu bukan untuk dipublikasi, tapi untuk membantu mereka melakukan penelitian yang lebih mendalam ....""Kamu tidak tahu mereka sudah mempublikasikannya?" Shawn menunjukkan ponselnya kepada Simon. "Sekarang semua lembaga penelitian lagi ricuh."Simon membelalak, perasaannya terasa campur aduk. Ada perasaan marah, kecewa, kesal, bersalah ...."Mereka ... mereka ingkar janji? Ini sama saja dengan membunuh Yvonne secara tidak langsung!" Simon marah setelah mengetahui kecurangan Pusat Penelitian Prato."Bagus
"Pak Tio tidak mengetahui masalah ini ...," kata Pak Tera.Simon memotong ucapannya sebelum Pak Tera selesai bicara. "Meskipun kamu adalah wakil direktur, masa mempublikasi tesis tidak memerlukan persetujuan Pak Tio selaku direktur? Kamu kira kami bodoh dan gampang ditipu?""Kamu salah paham. Maksudku, Pak Tio tidak tahu soal datanya." Pak Tera terpaksa menceritakan yang sejujurnya, "Pak Tio sudah tua, sebentar lagi pensiun. Supaya naik jabatan, aku harus memberikan kontribusi ....""Jadi kamu mempublikasi tesis itu dan mengaku sebagai hasil penelitianmu?" Simon mengepalkan kedua tangannya.Yvonne menyerahkan data tersebut karena memercayai Simon, tetapi Simon malah memberikannya kepada orang yang salah. Kelalaian Simon menyebabkan nyawa Yvonne terancam."Kamu pikir bisa naik jabatan dengan cara begini? Aku akan memberi tahu Pak Tio, tunggu saja!" Simon merasa dikhianati. "Aku memberikan dokumen yang begitu penting karena memercayaimu. Tapi kamu malah menggunakannya untuk kepentingan p
Pak Tera merasa tertekan. Setelah menyadari tidak ada jalan tengah, Pak Tera melepaskan semua kekesalannya dan memarahi Simon, "Memangnya kamu suci banget? Kamu nggak pernah kepikiran memanfaatkan data itu untuk kepentingan pribadi?""Data itu berguna untuk pengembangan penelitian. Aku menyerahkannya kepadamu demi membantu kemajuan penelitian, bukan malah dipamerkan. Aku membenci diriku sendiri, aku salah menilaimu."Simon dan Pak Tera bertengkar, bahkan sampai berkelahi.Shawn tak punya waktu mendengar pertengkaran mereka.Di saat bersamaan, pengawal yang diutus memeriksa data imigrasi menelepon Dylan. "Pak, nama mereka tidak ada di daftar.""Baik, aku mengerti." Dylan menutup panggilan tersebut, lalu melaporkannya pada Shawn. "Pak, nama mereka tidak ada di daftar imigrasi, jangan-jangan mereka belum meninggalkan Negara Zava?"Shawn tidak yakin. Begitu Yvonne tumbang, mereka pasti bergegas pulang ke Negara Mauro. Melihat data yang tidak ditemukan, berarti mereka menggunakan cara lain
Yasmine menyesal, seharusnya dia menghapus pesan itu.Sekarang Neil malah menangkap basah Yasmine dan menginterogasinya."Ada orang yang mencoba memerasku. Aku menyetujui permintaannya untuk menangkap dia ....""Kenapa dia nggak memeras orang lain, tapi malah memeras kamu?" Neil mencengkeram lengan Yasmine. "Karena kamu bersalah, aibmu ketahuan orang lain, makanya dia memerasmu ....""Bukan." Yasmine masih berdalih. "Aku nggak pernah mencelakai siapa pun. Aku setuju memberikannya uang untuk menangkapnya, bukan karena aku merasa bersalah."Neil mengerutkan alis. "Alasan yang nggak masuk akal!""Kak, aku nggak melakukan apa-apa." Yasmine bersikeras membantah. Jika Neil mengetahui perbuatan Yasmine, Neil pasti akan membencinya. Neil tidak boleh mengetahui masalah Anas."Aku bersedia menemui orang yang mengirimkan pesan ini. Aku bersumpah, aku nggak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Kalau aku bohong, aku disambar petir dan mati." Yasmine mengangkat tangannya dan bersumpah.Neil
Nyonya Sanchez melindungi Yasmine sambil memelototi Neil. "Neil, kamu gila? Sampai sekarang kamu masih memikirkan wanita itu?"Tanpa menunggu Neil menjawab, Nyonya Sanchez lanjut berkata, "Anak Yasmine .... Bukan, anak kalian, cucuku! Anas telah membunuh anak kalian, tapi kamu masih mencari wanita itu? Buat apa?""Dia hilang, aku mengkhawatirkan keadaannya ....""Seharusnya kamu mengkhawatirkan Yasmine." Nyonya Sanchez murka begitu mengetahui Neil dan Yasmine bertengkar gara-gara Anas. "Kamu tega mengabaikan anak dan istrimu hanya demi wanita itu? Neil, di mana tanggung jawabmu sebagai laki-laki?"Neil mengepalkan tangan. Sekarang dia tidak tidak membantah karena tidak memiliki bukti kalau Yasmine yang mencelakai Anas.Dylan benar, Neil tidak boleh memercayai wanita ular itu. Neil harus menemui Shawn untuk meminta bantuan."Aku kecewa sama kalian." Setelah bicara, Neil langsung pergi meninggalkan rumah."Neil, kamu ke mana?" Yasmine mengejar Neil, tetapi Neil tidak menghiraukannya.Nei
Neil menemui Dylan untuk meminta bantuan.Namun Dylan langsung menolaknya. "Sekarang aku nggak ada waktu.""Bukannya aku nggak mau." Ekspresi Dylan tampak serius. "Tapi Yvonne lagi dalam masalah.""Anas juga lagi dalam masalah, hidup atau matinya nggak ada yang tahu. Masalah Anas lebih penting ...." Neil mendesak Dylan.Dylan kesal, apa hal Neil mendesaknya? Semua ini terjadi karena kesalahan Neil."Kamu baru sadar? Tapi kayaknya sudah terlambat." Dylan menyeringai ketus.Neil tidak bisa menyangkal, semua ini memang terjadi karena kecerobohannya."Kalau Yvonne nggak pulang dan menyelidiki masalah Anas, sampai sekarang kamu pasti masih mengira Anas bersembunyi. Apa gunanya baru panik sekarang? Sudah terlambat." Dylan tidak sungkan-sungkan memarahi Neil.Neil tidak dapat membantah. "Aku tahu."Neil hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk memecahkan masalah ini."Yasmine adalah kunci utama," Dylan mengingatkan.Neil malah ngambek dan menjawab, "Katanya nggak mau bantu?"Dylan menatapny
Meskipun Neil enggan menggunakan cara seperti ini, sekarang Shawn tidak punya waktu untuk membantunya, Dylan juga sangat sibuk.Neil harus mengandalkan diri sendiri untuk menemukan Anas. Hidup atau mati, Neil harus mengetahui kondisi Anas.Neil tidak pernah bersikap selembut ini. Sebaliknya, Yasmine justru canggung menghadapi perubahan sikap Neil.Apakah semua ini mimpi? Kenapa tiba-tiba Neil sangat perhatian?Yasmine mencubit diri sendiri, dia merasa kesakitan, berarti ini bukan mimpi.Apakah Neil mulai mencintai Yasmine? Sikapnya berubah 180 derajat."Kak, terima kasih bersedia memercayai aku." Yasmine menatap Neil. "Aku bersumpah, aku nggak tahu apa-apa soal Anas. Spanduk itu juga bukan aku ....""Sudah, nggak perlu dibahas lagi. Aku yang gegabah dan menuduhmu. Aku harap kamu nggak marah." Neil mengajak Yasmine masuk ke dalam mobil. "Biar sopir yang membawa mobilmu pulang."Yasmine mengangguk. "Em."Yasmine melirik Neil secara diam-diam, pria ini sangat menawan. Yasmine sangat amat
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"