Yvonne mendengar panggilan Sherin, tetapi Yvonne tidak menoleh maupun menjawabnya."Yvonne, aku tahu itu kamu! Aku terlalu ceroboh, harusnya aku mengenali suaramu sejak awal. Saat melakukan pemeriksaan aku baru sadar, aku sengaja melihat tahi lalat di dekat ketiakku." Sherin sadar bahwa penyamarannya telah terbongkar. Tidak ada gunanya lagi berpura-pura.Yvonne menoleh sambil bertanya, "Kamu kenal aku?""Bukannya kamu sudah tahu aku siapa? Ngapain masih bersandiwara?" Sherin berhenti berpura-pura. "Bagaimana kalau kita mengobrol sebentar?"Yvonne tidak tahu apa yang ingin dilakukan Sherin. "Kamu mau apa?""Aku hanya mau ngobrol. Kalau kamu tidak mau, ya sudah." Jolene membalikkan badan dan pergi."Sebentar!" Yvonne menghentikan Jolene, lalu mengajak untuk berbicara di dekat tangga darurat."Yvonne, aku nggak nyangka, kamu adalah orang pertama yang mengenaliku." Jolene menatap Yvonne. "Shawn berusaha menghabisiku gara-gara kamu! Apakah aneh aku membencimu?""Kamu pantas mendapatkan ganj
Bugh!"Ah!" Jolene menggelinding dari tangga sambil berteriak.Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Jolene tidak menginginkan anak ini, dia sengaja menjatuhkan diri, lalu menjadikan Yvonne sebagai kambing hitam. Dengan begitu, Roger pasti akan memberikan pelajaran kepada Yvonne.Roger sangat menantikan dan mencintai anak yang dikandung Jolene."Uhm ...." Jolene berusaha menahan sakit sambil meringkuk.Meskipun harga yang harus dibayar sangatlah mahal, Jolene rela melakukan apa pun asalkan Yvonne menderita.Yvonne baru memahami maksud ucapan Jolene. Dia mengerutkan alis sambil menatap Jolene.Jolene adalah wanita yang kejam, dia bahkan rela mengorbankan kandungannya sendiri."Jolene, aku sama sekali tidak mengasihani kamu. Wanita kejam! Teganya kamu membahayakan anakmu sendiri demi dendam." Setelah selesai bicara, Yvonne membalikkan badan dan pergi.Yvonne tidak memanggil siapa pun untuk menolong Jolone. Jolene sendiri yang mencari penyakit, Yvonne tidak memiliki kewajiban untuk
Dari kejauhan, terdengar suara Roger yang mengamuk dan membanting barang-barang."Cepat, panggil Yvonne!" Roger berteriak.Harvey melirik Yvonne yang terlihat tenang.'Bagaimana dia bisa setenang ini? Padahal pria di dalam sana terdengar mengerikan,' pikir Harvey. Dia semakin mengagumi Yvonne.Yvonne membuka pintu ruangan. "Pak ....""Yvonne!" Roger langsung menyerang Yvonne.Untungnya Harvey cekatan dan langsung mengadang Roger. "Bicarakan baik-baik, jangan asal main tangan. Pria macam apa yang memukul wanita?"Roger menatap Harvey dengan sepasang matanya yang memerah. "Siapa kamu? Apa urusanmu? Wanita itu, dia membunuh anakku!""Anakmu nggak ada kaitannya dengan aku." Yvonne menatap Roger dengan dingin. "Kamu boleh menyelidikinya.""Di tangga darurat nggak ada CCTV, bagaimana aku menyelidikinya?" Roger mendengus dingin. "Kamu mau membodohiku? Kamu sengaja mendorong Jolene karena di sana nggak ada CCTV, 'kan? Yvonne, aku nggak pernah menyerangmu, kenapa kamu mencari masalah denganku?"
"Kok kamu ke sini?" Yvonne terkejut.Niko menjawab, "Aku ada mencarimu, tapi ponselmu nggak aktif. Aku ada urusan penting."Yvonne mengeluarkan ponsel dan menyalakan ponselnya. "Ada urusan apa? Kita bicarakan nanti malam."Niko kelihatan sangat cemas, dia sampai tidak menyadari Roger dan Harvey yang bertengkar. "Kak Anas, dia ...."Di saat bersamaan, Harvey dan Roger hampir berkelahi. Yvonne tidak punya waktu untuk mendengarkan cerita Niko, dia bergegas menarik Harvey sambil membujuknya, "Nggak ada gunanya meladeni orang seperti itu. Cukup, jangan membuat onar di rumah sakit.""Yvonne! Hari ini aku akan melemparmu keluar dari rumah sakit ini!" Roger mengancam sesaat melihat Yvonne yang tampak ketakutan. Dia juga menunjuk Yvonne untuk mengintimidasinya."Apa katamu?" Niko maju dan balas menunjuk wajah Roger. "Ngapain tunjuk-tunjuk?""Kamu siapa?" Roger mengerutkan alis."Yvonne adalah kakakku, menurutmu aku siapa? Mau berkelahi? Sini!" Niko tidak takut, dia menaikkan lengan kemeja dan b
Yvonne mendengus dingin. "Jangan asal bicara ....""Dia nggak asal bicara. Kalau bukan karena ulah Shawn, mungkin kita sudah menikah. Aku sangat menyukaimu," jawab Harvey.Yvonne memelototi Harvey. "Kalian pikir candaan ini lucu? Aku lagi pusing, aku nggak mau kehilangan pekerjaan ini. Demi kerjaan, aku dan Shawn ...."Yvonne hampir keceplosan, dia bergegas menelan kembali semua ucapannya.Niko bertanya dengan penasaran, "Kamu dan Kak Shawn kenapa?"Harvey juga tak kalah penasaran, dia menantikan jawaban Yvonne.Yvonne menjawab dengan ketus, "Jangan suka bergosip! Lebih baik pikirkan cara untuk menghadapi Jolene. Oh iya, ada urusan apa mencariku?"Niko menjawab, "Kak Anas mau pergi. Tolong bujuk dia."Yvonne tahu keadaan Anas, dia tidak berani terlalu ikut campur. "Tunggu aku ketemu dia.""Em, tolong bujuk Kak Anas tinggal di sini," jawab Niko.Yvonne menatap Niko dengan tatapan tajam. Apa maksud Niko? Kenapa dia tidak rela Anas pergi? Apakah dia memiliki perasaan terhadap Anas?Harvey
Hmm? Kok tidak ada orang?Yvonne mengedipkan sepasang matanya. Apakah Shawn berada di ruang kerja?Yvonne menutup pintu kamar, lalu bergegas pergi ke ruang kerja. Saat buru-buru membuka pintu, alhasil dia hanya melihat Xavier yang sedang membereskan dokumen.Yvonne mengerutkan alis. "Xavier, kok kamu ada di sini? Di mana Shawn?""Tadi aku belum selesai bicara. Bukan Tuan yang pulang, tapi Tuan Xavier," jawab Leah.Dalam sekejap, ekspresi Yvonne langsung berubah menjadi masam.Xavier membawa setumpuk dokumen dan meninggalkan ruang kerja Shawn. Sesampainya di depan pintu, Xavier berbaik hati mengingatkan Yvonne. "Kalau tidak sibuk, hubungi Pak Shawn."Setelah bicara, Xavier pun pergi meninggalkan rumah.Sejak Yvonne menolak untuk menemani Shawn ke luar negeri, suasana hati Shawn sangat buruk dan ekspresinya selalu kelihatan masam. Setiap beberapa menit sekali, Shawn juga selalu melirik ponselnya, seperti sedang menunggu sesuatu.Demi menjaga gengsi, Shawn tidak mau menghubungi Yvonne. Di
Yvonne pernah melihat sosok yang ada di dalam foto. Wanita ini adalah pasien khusus yang ditangani oleh Simon. Yvonne mengingat jelas wajahnya saat disuruh merapikan catatan riwayat medis pasien.Yvonne mengamati foto tersebut karena wanita itu mirip dengan ibunya Shawn. Namun kenapa Shawn memiliki foto yang sama dengan Simon?Apakah kepergian Shawn ke luar negeri berhubungan dengan foto ini? Di saat Yvonne melamun, tiba-tiba terdengar suara pintu yang dibuka. Ketika mengangkat kepala, Yvonne melihat Leah yang berdiri di depan pintu."Bukannya kamu sudah tidur? Aku datang karena melihat lampu ruangan yang menyala," kata Leah.Yvonne buru-buru menyimpan kembali foto-foto tersebut dan meletakkannya ke tempat semula. "Aku nggak bisa tidur, aku lagi mencari-cari buku bacaan.""Oh." Ekspresi Leah tampak tidak memercayai penjelasan Yvonne.Yvonne tersenyum. "Bibi, aku serius."Leah tertawa kecil melihat reaksi Yvonne. "Aku kira kamu tidak bisa tidur karena merindukan Tuan."Yvonne terdiam, d
Yvonne mengernyit. "Pesan apa?"Quinn telah dijatuhi hukuman mati, tidak ada pergi yang ditutupi lagi. Quinn tidak memedulikan bagaimana pandangan orang-orang terhadapnya.Quinn menjawab sambil tersenyum, "Benar, aku yang membunuh kedua orang Shawn! Shawn tidak memiliki bukti yang kuat, dia menggunakan cara kotor agar aku dijatuhi hukuman mati. Tapi aku tidak menyesal atas semua perbuatanku. Aku hanya mau tanya, kalau aku mati, memang kedua orang tuanya bisa hidup lagi?""Tidak bisa, tapi kamu pantas mendapatkan hukuman yang setimpal." Yvonne menjawab dengan tenang, "Saat mencelakai orang lain, harusnya kamu tahu ada hukum karma yang bekerja."Quinn mendengus dingin sambil tersenyum sinis. "Aku melakukan semuanya untuk menghancurkan Shawn. Aku nggak hanya sekali, tapi berkali-kali coba untuk menghabisi Shawn. Pada akhirnya aku tetap hidup selama ini. Meskipun aku mati, Shawn tetaplah anak yatim piatu yang nggak punya orang tua. Dia lebih menyedihkan daripada aku. Haha ...."Ini adalah