Hmm? Kok tidak ada orang?Yvonne mengedipkan sepasang matanya. Apakah Shawn berada di ruang kerja?Yvonne menutup pintu kamar, lalu bergegas pergi ke ruang kerja. Saat buru-buru membuka pintu, alhasil dia hanya melihat Xavier yang sedang membereskan dokumen.Yvonne mengerutkan alis. "Xavier, kok kamu ada di sini? Di mana Shawn?""Tadi aku belum selesai bicara. Bukan Tuan yang pulang, tapi Tuan Xavier," jawab Leah.Dalam sekejap, ekspresi Yvonne langsung berubah menjadi masam.Xavier membawa setumpuk dokumen dan meninggalkan ruang kerja Shawn. Sesampainya di depan pintu, Xavier berbaik hati mengingatkan Yvonne. "Kalau tidak sibuk, hubungi Pak Shawn."Setelah bicara, Xavier pun pergi meninggalkan rumah.Sejak Yvonne menolak untuk menemani Shawn ke luar negeri, suasana hati Shawn sangat buruk dan ekspresinya selalu kelihatan masam. Setiap beberapa menit sekali, Shawn juga selalu melirik ponselnya, seperti sedang menunggu sesuatu.Demi menjaga gengsi, Shawn tidak mau menghubungi Yvonne. Di
Yvonne pernah melihat sosok yang ada di dalam foto. Wanita ini adalah pasien khusus yang ditangani oleh Simon. Yvonne mengingat jelas wajahnya saat disuruh merapikan catatan riwayat medis pasien.Yvonne mengamati foto tersebut karena wanita itu mirip dengan ibunya Shawn. Namun kenapa Shawn memiliki foto yang sama dengan Simon?Apakah kepergian Shawn ke luar negeri berhubungan dengan foto ini? Di saat Yvonne melamun, tiba-tiba terdengar suara pintu yang dibuka. Ketika mengangkat kepala, Yvonne melihat Leah yang berdiri di depan pintu."Bukannya kamu sudah tidur? Aku datang karena melihat lampu ruangan yang menyala," kata Leah.Yvonne buru-buru menyimpan kembali foto-foto tersebut dan meletakkannya ke tempat semula. "Aku nggak bisa tidur, aku lagi mencari-cari buku bacaan.""Oh." Ekspresi Leah tampak tidak memercayai penjelasan Yvonne.Yvonne tersenyum. "Bibi, aku serius."Leah tertawa kecil melihat reaksi Yvonne. "Aku kira kamu tidak bisa tidur karena merindukan Tuan."Yvonne terdiam, d
Yvonne mengernyit. "Pesan apa?"Quinn telah dijatuhi hukuman mati, tidak ada pergi yang ditutupi lagi. Quinn tidak memedulikan bagaimana pandangan orang-orang terhadapnya.Quinn menjawab sambil tersenyum, "Benar, aku yang membunuh kedua orang Shawn! Shawn tidak memiliki bukti yang kuat, dia menggunakan cara kotor agar aku dijatuhi hukuman mati. Tapi aku tidak menyesal atas semua perbuatanku. Aku hanya mau tanya, kalau aku mati, memang kedua orang tuanya bisa hidup lagi?""Tidak bisa, tapi kamu pantas mendapatkan hukuman yang setimpal." Yvonne menjawab dengan tenang, "Saat mencelakai orang lain, harusnya kamu tahu ada hukum karma yang bekerja."Quinn mendengus dingin sambil tersenyum sinis. "Aku melakukan semuanya untuk menghancurkan Shawn. Aku nggak hanya sekali, tapi berkali-kali coba untuk menghabisi Shawn. Pada akhirnya aku tetap hidup selama ini. Meskipun aku mati, Shawn tetaplah anak yatim piatu yang nggak punya orang tua. Dia lebih menyedihkan daripada aku. Haha ...."Ini adalah
"Sudah, jangan banyak tanya, bekerjalah dengan baik. Oh iya, ada satu operasi yang harus kamu tangani, persiapkan diri dengan baik. Nanti aku bawa untuk mengunjungi pasiennya," jawab Simon.Yvonne penasaran, dia ingin tahu bagaimana Simon membereskan masalah ini. "Dok, aku mau tahu bagaimana masalah ini bisa diselesaikan dalam waktu singkat?""Aku tidak mau jawab, jadi kamu tidak perlu banyak tanya. Aku percaya padamu, Dokter Bernard juga memercayaimu. Sekarang masalahnya sudah selesai, kamu hanya perlu fokus bekerja."Melihat sikap Simon, Yvonne tidak enak untuk terus mendesaknya. "Baiklah, aku pamit dulu.""Em, sana." Simon mengangguk.Harvey datang menemui Yvonne dan bertanya dengan tergesa-gesa, "Apa yang terjadi? Ke mana Jolene?""Masalahnya sudah beres," jawab Yvonne."Sudah beres?" Harvey membelalak.Yvonne mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, aku bingung bagaimana mereka membereskannya.""Hah, aku merasa seperti pahlawan kesiangan." Harvey menggerutu, "Padahal aku sudah menyewa
"Kok kamu ke sini?" Yvonne agak merasa bersalah. "Kata Niko kamu mau kembali ke Kota Sunrise? Aku kelupaan menghubungi kamu, akhir-akhirnya ini terlalu banyak masalah."Anas menatap Yvonne dengan tatapan kosong, matanya merah dan suaranya terdengar serak. "Yvonne ...."Hati Yvonne terenyuh saat mendengar suara Anas. "Anas, kenapa?""Neil selingkuh, dia mengkhianati aku ...," jawab Anas sambil terisak-isak.Yvonne langsung memeluk Anas. "Ayo, kita cari tempat untuk bicara."Harvey tak mau melewatkan kesempatan yang ada di depan mata. "Aku tahu tempat yang sepi dan tenang."Yvonne melirik Harvey, prioritas sekarang adalah Anas. "Bawa kami ke sana.""Oke." Harvey bergegas pergi mengambil mobilnya.Yvonne masuk ke mobil sambil memeluk Anas.Tak berapa lama, mereka pun tiba di sebuah klub privat. Harvey memiliki ruangan pribadi di dalam klub tersebut.Sesampainya di depan ruangan, Yvonne melarang Harvey masuk. "Kamu nggak perlu ikut, jangan menguping pembicaraan kamu."Apakah ini balasan at
Anas menjawab, "Sudah nggak penting.""Tentu saja penting! Kalau ternyata semua ini adalah perbuatan ibunya Neil, berarti Neil bukan sengaja mengkhianatimu. Ini adalah jebakan.""Sudah tidak penting." Anas menarik napas panjang dan menatap Yvonne. "Kalaupun semua ini memang jebakan, wanita itu mengandung anaknya Neil. Apakah Neil akan menelantarkan wanita itu begitu saja?"Yvonne terdiam, Anas benar! Wanita adalah calon menantu pilihan Keluarga Sanchez. Kedua keluarga pasti akan mendesak pernikahan mereka."Tapi kamu ...."Anas terdiam selama beberapa saat. "Kami nggak berjodoh. Meskipun sudah berusaha, takdir tetap tidak mengizinkan kami untuk bersama."Yvonne ikut menghela napas."Yvonne, temani aku minum. Setelah malam ini, aku berjanji tidak akan meneteskan air mata lagi," kata Anas sambil menyeka air mata."Oke." Yvonne membuka pintu ruangan dan meminta Harvey untuk menyediakan alkohol.Harvey langsung memerintahkan pelayan untuk mengantarkan beberapa botol alkohol terbaik."Kamu
"Apa lihat-lihat?" bentak Harvey. "Kamu mabuk sampai nggak mengenali orang?"Yvonne tampak kecewa. "Diam! Aku kira Shawn yang datang ....""Kenapa aku nggak boleh bicara? Aku nggak bisu!" Harvey memutar bola matanya dengan sinis. "Bisa-bisanya mengira aku adalah Shawn. Kami berbeda jauh.""Em, kamu nggak setampan Shawn ...," jawab Yvonne."Setampan apa pun, faktanya dia nggak di samping kamu. Sekarang aku yang menemani kamu! Kamu bisa berhenti mengungkit-ungkit Shawn?" Harvey meninggikan suara."Dia adalah suamiku, kenapa kau nggak boleh membahas suamiku sendiri? Aku kangen dia, aku kangen banget ...." Yvonne tak segan mengungkan seluruh perasaan yang telah ditahan sekian lama.Jika berada di dalam kondisi sadar, Yvonne tidak mungkin mengakui perasaannya terhadap Shawn.Harvey tak bisa berkata-kata, dia cemburu mendengar pengakuan Yvonne."Kalau mau pamer kemesraan, pulang saja!" Harvey mendengus kesal.Shawn, Shawn, Harvey muak mendengarnya.Yvonne bangkit berdiri dan berjalan dengan
"Jangan, jangan muntah!" Harvey panik melihat Yvonne yang berada di depan wajahnya.Pada akhirnya Yvonne tetap muntah hingga mengotori seluruh wajah Harvey.Harvey membeku di tempat.Yvonne bahkan jijik melihat muntahannya sendiri. Dia melepaskan Harvey dan berlari ke kamar mandi.Saat ini tidak ada kata yang sanggup menjelaskan perasaan Harvey. Ini adalah pertama kalinya ada wanita yang muntah di wajahnya.Rasanya Harvey ingin meledak, tetapi dia tidak bisa marah. Bagaimanapun Yvonne sedang mabuk, Harvey akan dianggap emosional jika memarahi orang yang mabuk.Untungnya Harvey memiliki kamar privat di bar ini. Sebelum mandi, Harvey meminta pelayan untuk membawakan satu set pakaian bersih.Setelah Harvey selesai mandi dan kembali ke ruangan privat, Yvonne tampak berbaring dan tertidur di sofa.Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam. Harvey menggendong Yvonne ke kamar dan menyelimutinya.Harvey berdiri dan mengamati Yvonne selama beberapa menit. Saat tidur pun Yvonne kelihatan sangat can