"Apa lihat-lihat?" bentak Harvey. "Kamu mabuk sampai nggak mengenali orang?"Yvonne tampak kecewa. "Diam! Aku kira Shawn yang datang ....""Kenapa aku nggak boleh bicara? Aku nggak bisu!" Harvey memutar bola matanya dengan sinis. "Bisa-bisanya mengira aku adalah Shawn. Kami berbeda jauh.""Em, kamu nggak setampan Shawn ...," jawab Yvonne."Setampan apa pun, faktanya dia nggak di samping kamu. Sekarang aku yang menemani kamu! Kamu bisa berhenti mengungkit-ungkit Shawn?" Harvey meninggikan suara."Dia adalah suamiku, kenapa kau nggak boleh membahas suamiku sendiri? Aku kangen dia, aku kangen banget ...." Yvonne tak segan mengungkan seluruh perasaan yang telah ditahan sekian lama.Jika berada di dalam kondisi sadar, Yvonne tidak mungkin mengakui perasaannya terhadap Shawn.Harvey tak bisa berkata-kata, dia cemburu mendengar pengakuan Yvonne."Kalau mau pamer kemesraan, pulang saja!" Harvey mendengus kesal.Shawn, Shawn, Harvey muak mendengarnya.Yvonne bangkit berdiri dan berjalan dengan
"Jangan, jangan muntah!" Harvey panik melihat Yvonne yang berada di depan wajahnya.Pada akhirnya Yvonne tetap muntah hingga mengotori seluruh wajah Harvey.Harvey membeku di tempat.Yvonne bahkan jijik melihat muntahannya sendiri. Dia melepaskan Harvey dan berlari ke kamar mandi.Saat ini tidak ada kata yang sanggup menjelaskan perasaan Harvey. Ini adalah pertama kalinya ada wanita yang muntah di wajahnya.Rasanya Harvey ingin meledak, tetapi dia tidak bisa marah. Bagaimanapun Yvonne sedang mabuk, Harvey akan dianggap emosional jika memarahi orang yang mabuk.Untungnya Harvey memiliki kamar privat di bar ini. Sebelum mandi, Harvey meminta pelayan untuk membawakan satu set pakaian bersih.Setelah Harvey selesai mandi dan kembali ke ruangan privat, Yvonne tampak berbaring dan tertidur di sofa.Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam. Harvey menggendong Yvonne ke kamar dan menyelimutinya.Harvey berdiri dan mengamati Yvonne selama beberapa menit. Saat tidur pun Yvonne kelihatan sangat can
Shawn membuka pesan yang muncul di layar ponselnya. Seketika, dia melihat pemandangan Yvonne yang sedang tidur di dalam foto yang diterima.Shawn menggenggam erat ponselnya sambil mengerutkan alis. Selanjutnya, dia membaca pesan yang tertulis di bawah foto.[ Yvonne bersama aku. ]Setelah mengirimkan pesan tersebut, Harvey duduk di sofa sambil menyilangkan kedua kaki yang digoyangkan dan tersenyum lebar. Suasana hatinya terasa sangat bagus.Shawn yang sedang berada di luar negeri pasti naik pitam saat melihat pesan yang dikirimkan Harvey. Kalaupun Shawn segera pulang, dia harus menempuh perjalanan panjang hingga kembali ke sini. Shawn pasti sangat amat gelisah."Zzz ...." Ponsel Yvonne bergetar. Harvey sama sekali tidak kaget, dia melirik ponsel Yvonne sambil tersenyum, "Kayaknya ada yang panik."Harvey berbicara sembari melirik Yvonne.Yvonne membalikkan badan saat merasakan ada sesuatu yang bergetar di atas tempat tidur. Dia merasa risih dan gelisah.Harvey mengambil ponsel Yvonne sa
Yvonne menatap sosok yang berada di hadapannya.Raut wajah Shawn terlihat muram dan marah. Ekspresinya yang murka sontak membuat Yvonne ketakutan, rasanya dia ingin bergegas mencari tempat untuk bersembunyi."Shawn?" Yvonne menelan air ludah. Kemudian Yvonne mengulurkan tangan untuk memegang Shawn, dia ingin mengetes apakah semua ini nyata atau hanya ilusi semata.Namun saat tangan Yvonne menggantung di udara, Shawn malah membalikkan badan dan berkata, "Keluar!"Yvonne membelu di tempat, dia menurunkan tangannya, lalu menatap Harvey, Xavier, dan Dylan secara bergantian.Tiba-tiba kepala Yvonne terasa sakit, dia memijat kening untuk meredakan rasa pusingnya.Setelah merasa lebih baik, Yvonne kembali mengangkat kepalanya dan memandang sekeliling ruangan. Ada Xavier dan Dylan, berarti Shawn sudah kembali?Jadi ... sosok yang dilihatnya barusan adalah Shawn? Yvonne tidak berhalusinasi!Sesaat menyadari masalah yang berada di depan mata, Yvonne pun panik dan melompat turun dari tempat tidur
Rasa takut dan gugup telah mengalahkan kantuk serta efek samping alkohol.Yvonne menatap Shawn dengan hati-hati, lalu lanjut bertanya, "Kamu kapan pulang?"Satu pertanyaan ditanyakan dua kali, Shawn merasa Yvonne belum sepenuhnya sadar."Pulang dulu," jawab Shawn dengan datar.Apakah Shawn masih marah? Yvonne mengusap wajahnya sendiri dan menjawab, "Itu ....""Kita bicarakan setelah kamu sepenuhnya sadar." Shawn memotong ucapan Yvonne.Akhirnya Yvonne terpaksa menutup mulut. Meskipun sudah sadar, Yvonne merasa tidak enak badan, lambungnya terasa perih.Yvonne bersandar di kursi, sedangkan mobil melaju dengan mulus di atas jalan raya.Yvonne memejamkan matanya secara perlahan, dia ngantuk dan kelelahan.Shawn mengamati penampilan Yvonne yang berantakan. Pakaiannya kusut, rambutnya acak-acakan, tidak pakai sepatu.Raut wajah Shawn terlihat masam, tetapi dia berusaha menahan amarahnya.Tak berapa lama mereka pun tiba di rumah. Yvonne masih tertidur pulas, dia sama sekali tidak bergeming.
Tadinya Yvonne ingin berpura-pura bodoh untuk menghindari pembahasan mengenai masalah tadi malam. Namun melihat sikap Shawn, sepertinya dia tidak akan melupakan masalah ini begitu saja.Yvonne berdeham, lalu menjelaskan dengan memilih kata-kata yang tepat, "Neil dan Anas putus gara-gara Neil selingkuh. Anas lagi sedih, dia meminta aku untuk menemaninya minum.""Lalu kenapa ada Harvey?" Ini adalah inti pertanyaan Shawn.Yvonne lanjut menjelaskan, "Kami nggak tahu mau minum di mana. Kebetulan Harvey berada di tempat, dia mengajak kami ke klub privat ...."Yvonne mengecilkan suaranya dan berbicara dengan ketakutan, "Aku dan Anas minum di ruang privat yang disewa Harvey.""Lalu?" Shawn mengerutkan alis."Harvey menunggu di luar, aku dan Anas hanya minum berdua. Sungguh, aku nggak bohong! Kalau nggak percaya, kamu bisa memeriksa rekaman CCTV." Meskipun semalam Yvonne mabuk, dia masih mengingat semua kejadian sebelum mabuk.Di saat Yvonne sedang bercerita, tiba-tiba ponsel Shawn berdering.H
Sesaat melihat orang yang berdiri di hadapannya, suasana hati Yvonne terasa makin buruk."Yvonne, aku nggak tahu bagaimana direktur rumah sakit bisa mengenal ayahnya Roger. Direktur rumah sakit bahkan berhasil membujuk ayahnya Roger untuk melupakan masalah tempo hari. Tapi Yvonne ... aku nggak akan melepaskanmu!" Ekspresi Jolene terlihat sangat bengis.Yvonne melangkah mundur dan menjaga jarak."Kamu sendiri yang membunuh kandunganmu, nggak ada hubungannya sama aku!" jawab Yvonne."Benar, memang aku yang melakukannya. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Karena kamu! Kamu yang membuatku kayak gini!" Jolene menyalahkan Yvonne atas semua yang terjadi kepadanya.Jika Yvonne tidak mengacaukan semuanya, Jolene mungkin sudah dinikahi oleh Shawn.Semua gara-gara Yvonne, makanya Shawn membenci Jolene."Semua gara-gara kamu!" Kedua mata Jolene tampak memerah.Yvonne tidak ingin berurusan dengan Jolene. Jolene telah kehilangan akal sehatnya, orang ini berbahaya."Ketamakan, kekejaman, semua akar ke
"Shawn nggak marah, aku yang marah! Kamu sengaja ingin mengadu domba kami? Aku nggak nyangka, ternyata kamu orang seperti ini," jawab Yvonne.Niat Harvey hanya untuk membuat Shawn marah.Yvonne sangat marah. Meskipun tahu tindakannya akan merugikan Yvonne, Harvey tetap melakukannya.Harvey tersenyum canggung. "Aduh, kok kamu berbicara kayak gitu? Kalau Shawn marah dan nggak memercayai kamu, berarti dia nggak mencintai kamu!""Enyah dari hadapanku!" kata Yvonne sambil menatap Harvey dengan tajam.Bukan masalah tidak cinta atau tidak percaya. Jika Shawn berada di posisi Yvonne, Yvonne pun pasti marah mengetahui Shawn bermalam bersama wanita lain. Yvonne dapat memahami kemarahan Shawn.Apalagi Shawn dan Yvonne belum lama bersama. Mereka masih perlu membina kepercayaan terhadap satu sama lain."Kirimkan semua rekaman CCTV tadi malam kepada Shawn," Yvonne memerintahkan.Harvey tidak bergeming. Yvonne mengerutkan alis dan bertanya, "Kenapa? Nggak mau? Jangan lupa, aku yang mengoperasi ibumu