Share

Bab 365

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Anas menjawab, "Sudah nggak penting."

"Tentu saja penting! Kalau ternyata semua ini adalah perbuatan ibunya Neil, berarti Neil bukan sengaja mengkhianatimu. Ini adalah jebakan."

"Sudah tidak penting." Anas menarik napas panjang dan menatap Yvonne. "Kalaupun semua ini memang jebakan, wanita itu mengandung anaknya Neil. Apakah Neil akan menelantarkan wanita itu begitu saja?"

Yvonne terdiam, Anas benar! Wanita adalah calon menantu pilihan Keluarga Sanchez. Kedua keluarga pasti akan mendesak pernikahan mereka.

"Tapi kamu ...."

Anas terdiam selama beberapa saat. "Kami nggak berjodoh. Meskipun sudah berusaha, takdir tetap tidak mengizinkan kami untuk bersama."

Yvonne ikut menghela napas.

"Yvonne, temani aku minum. Setelah malam ini, aku berjanji tidak akan meneteskan air mata lagi," kata Anas sambil menyeka air mata.

"Oke." Yvonne membuka pintu ruangan dan meminta Harvey untuk menyediakan alkohol.

Harvey langsung memerintahkan pelayan untuk mengantarkan beberapa botol alkohol terbaik.

"Kamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 366

    "Apa lihat-lihat?" bentak Harvey. "Kamu mabuk sampai nggak mengenali orang?"Yvonne tampak kecewa. "Diam! Aku kira Shawn yang datang ....""Kenapa aku nggak boleh bicara? Aku nggak bisu!" Harvey memutar bola matanya dengan sinis. "Bisa-bisanya mengira aku adalah Shawn. Kami berbeda jauh.""Em, kamu nggak setampan Shawn ...," jawab Yvonne."Setampan apa pun, faktanya dia nggak di samping kamu. Sekarang aku yang menemani kamu! Kamu bisa berhenti mengungkit-ungkit Shawn?" Harvey meninggikan suara."Dia adalah suamiku, kenapa kau nggak boleh membahas suamiku sendiri? Aku kangen dia, aku kangen banget ...." Yvonne tak segan mengungkan seluruh perasaan yang telah ditahan sekian lama.Jika berada di dalam kondisi sadar, Yvonne tidak mungkin mengakui perasaannya terhadap Shawn.Harvey tak bisa berkata-kata, dia cemburu mendengar pengakuan Yvonne."Kalau mau pamer kemesraan, pulang saja!" Harvey mendengus kesal.Shawn, Shawn, Harvey muak mendengarnya.Yvonne bangkit berdiri dan berjalan dengan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 367

    "Jangan, jangan muntah!" Harvey panik melihat Yvonne yang berada di depan wajahnya.Pada akhirnya Yvonne tetap muntah hingga mengotori seluruh wajah Harvey.Harvey membeku di tempat.Yvonne bahkan jijik melihat muntahannya sendiri. Dia melepaskan Harvey dan berlari ke kamar mandi.Saat ini tidak ada kata yang sanggup menjelaskan perasaan Harvey. Ini adalah pertama kalinya ada wanita yang muntah di wajahnya.Rasanya Harvey ingin meledak, tetapi dia tidak bisa marah. Bagaimanapun Yvonne sedang mabuk, Harvey akan dianggap emosional jika memarahi orang yang mabuk.Untungnya Harvey memiliki kamar privat di bar ini. Sebelum mandi, Harvey meminta pelayan untuk membawakan satu set pakaian bersih.Setelah Harvey selesai mandi dan kembali ke ruangan privat, Yvonne tampak berbaring dan tertidur di sofa.Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam. Harvey menggendong Yvonne ke kamar dan menyelimutinya.Harvey berdiri dan mengamati Yvonne selama beberapa menit. Saat tidur pun Yvonne kelihatan sangat can

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 368

    Shawn membuka pesan yang muncul di layar ponselnya. Seketika, dia melihat pemandangan Yvonne yang sedang tidur di dalam foto yang diterima.Shawn menggenggam erat ponselnya sambil mengerutkan alis. Selanjutnya, dia membaca pesan yang tertulis di bawah foto.[ Yvonne bersama aku. ]Setelah mengirimkan pesan tersebut, Harvey duduk di sofa sambil menyilangkan kedua kaki yang digoyangkan dan tersenyum lebar. Suasana hatinya terasa sangat bagus.Shawn yang sedang berada di luar negeri pasti naik pitam saat melihat pesan yang dikirimkan Harvey. Kalaupun Shawn segera pulang, dia harus menempuh perjalanan panjang hingga kembali ke sini. Shawn pasti sangat amat gelisah."Zzz ...." Ponsel Yvonne bergetar. Harvey sama sekali tidak kaget, dia melirik ponsel Yvonne sambil tersenyum, "Kayaknya ada yang panik."Harvey berbicara sembari melirik Yvonne.Yvonne membalikkan badan saat merasakan ada sesuatu yang bergetar di atas tempat tidur. Dia merasa risih dan gelisah.Harvey mengambil ponsel Yvonne sa

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 369

    Yvonne menatap sosok yang berada di hadapannya.Raut wajah Shawn terlihat muram dan marah. Ekspresinya yang murka sontak membuat Yvonne ketakutan, rasanya dia ingin bergegas mencari tempat untuk bersembunyi."Shawn?" Yvonne menelan air ludah. Kemudian Yvonne mengulurkan tangan untuk memegang Shawn, dia ingin mengetes apakah semua ini nyata atau hanya ilusi semata.Namun saat tangan Yvonne menggantung di udara, Shawn malah membalikkan badan dan berkata, "Keluar!"Yvonne membelu di tempat, dia menurunkan tangannya, lalu menatap Harvey, Xavier, dan Dylan secara bergantian.Tiba-tiba kepala Yvonne terasa sakit, dia memijat kening untuk meredakan rasa pusingnya.Setelah merasa lebih baik, Yvonne kembali mengangkat kepalanya dan memandang sekeliling ruangan. Ada Xavier dan Dylan, berarti Shawn sudah kembali?Jadi ... sosok yang dilihatnya barusan adalah Shawn? Yvonne tidak berhalusinasi!Sesaat menyadari masalah yang berada di depan mata, Yvonne pun panik dan melompat turun dari tempat tidur

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 370

    Rasa takut dan gugup telah mengalahkan kantuk serta efek samping alkohol.Yvonne menatap Shawn dengan hati-hati, lalu lanjut bertanya, "Kamu kapan pulang?"Satu pertanyaan ditanyakan dua kali, Shawn merasa Yvonne belum sepenuhnya sadar."Pulang dulu," jawab Shawn dengan datar.Apakah Shawn masih marah? Yvonne mengusap wajahnya sendiri dan menjawab, "Itu ....""Kita bicarakan setelah kamu sepenuhnya sadar." Shawn memotong ucapan Yvonne.Akhirnya Yvonne terpaksa menutup mulut. Meskipun sudah sadar, Yvonne merasa tidak enak badan, lambungnya terasa perih.Yvonne bersandar di kursi, sedangkan mobil melaju dengan mulus di atas jalan raya.Yvonne memejamkan matanya secara perlahan, dia ngantuk dan kelelahan.Shawn mengamati penampilan Yvonne yang berantakan. Pakaiannya kusut, rambutnya acak-acakan, tidak pakai sepatu.Raut wajah Shawn terlihat masam, tetapi dia berusaha menahan amarahnya.Tak berapa lama mereka pun tiba di rumah. Yvonne masih tertidur pulas, dia sama sekali tidak bergeming.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 371

    Tadinya Yvonne ingin berpura-pura bodoh untuk menghindari pembahasan mengenai masalah tadi malam. Namun melihat sikap Shawn, sepertinya dia tidak akan melupakan masalah ini begitu saja.Yvonne berdeham, lalu menjelaskan dengan memilih kata-kata yang tepat, "Neil dan Anas putus gara-gara Neil selingkuh. Anas lagi sedih, dia meminta aku untuk menemaninya minum.""Lalu kenapa ada Harvey?" Ini adalah inti pertanyaan Shawn.Yvonne lanjut menjelaskan, "Kami nggak tahu mau minum di mana. Kebetulan Harvey berada di tempat, dia mengajak kami ke klub privat ...."Yvonne mengecilkan suaranya dan berbicara dengan ketakutan, "Aku dan Anas minum di ruang privat yang disewa Harvey.""Lalu?" Shawn mengerutkan alis."Harvey menunggu di luar, aku dan Anas hanya minum berdua. Sungguh, aku nggak bohong! Kalau nggak percaya, kamu bisa memeriksa rekaman CCTV." Meskipun semalam Yvonne mabuk, dia masih mengingat semua kejadian sebelum mabuk.Di saat Yvonne sedang bercerita, tiba-tiba ponsel Shawn berdering.H

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 372

    Sesaat melihat orang yang berdiri di hadapannya, suasana hati Yvonne terasa makin buruk."Yvonne, aku nggak tahu bagaimana direktur rumah sakit bisa mengenal ayahnya Roger. Direktur rumah sakit bahkan berhasil membujuk ayahnya Roger untuk melupakan masalah tempo hari. Tapi Yvonne ... aku nggak akan melepaskanmu!" Ekspresi Jolene terlihat sangat bengis.Yvonne melangkah mundur dan menjaga jarak."Kamu sendiri yang membunuh kandunganmu, nggak ada hubungannya sama aku!" jawab Yvonne."Benar, memang aku yang melakukannya. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Karena kamu! Kamu yang membuatku kayak gini!" Jolene menyalahkan Yvonne atas semua yang terjadi kepadanya.Jika Yvonne tidak mengacaukan semuanya, Jolene mungkin sudah dinikahi oleh Shawn.Semua gara-gara Yvonne, makanya Shawn membenci Jolene."Semua gara-gara kamu!" Kedua mata Jolene tampak memerah.Yvonne tidak ingin berurusan dengan Jolene. Jolene telah kehilangan akal sehatnya, orang ini berbahaya."Ketamakan, kekejaman, semua akar ke

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 373

    "Shawn nggak marah, aku yang marah! Kamu sengaja ingin mengadu domba kami? Aku nggak nyangka, ternyata kamu orang seperti ini," jawab Yvonne.Niat Harvey hanya untuk membuat Shawn marah.Yvonne sangat marah. Meskipun tahu tindakannya akan merugikan Yvonne, Harvey tetap melakukannya.Harvey tersenyum canggung. "Aduh, kok kamu berbicara kayak gitu? Kalau Shawn marah dan nggak memercayai kamu, berarti dia nggak mencintai kamu!""Enyah dari hadapanku!" kata Yvonne sambil menatap Harvey dengan tajam.Bukan masalah tidak cinta atau tidak percaya. Jika Shawn berada di posisi Yvonne, Yvonne pun pasti marah mengetahui Shawn bermalam bersama wanita lain. Yvonne dapat memahami kemarahan Shawn.Apalagi Shawn dan Yvonne belum lama bersama. Mereka masih perlu membina kepercayaan terhadap satu sama lain."Kirimkan semua rekaman CCTV tadi malam kepada Shawn," Yvonne memerintahkan.Harvey tidak bergeming. Yvonne mengerutkan alis dan bertanya, "Kenapa? Nggak mau? Jangan lupa, aku yang mengoperasi ibumu

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status