"Apa yang terjadi?" tanya Thiago tanpa basa-basi.Dylan cocok menjadi aktor, dia sangat hebat bersandiwara. Begitu berhadapan dengan Thiago, sikap Dylan berubah 180 derajat. Dia kelihatan stres dan frutrasi."Di tahap pengembangan terakhir, kami memerlukan chip tambahan untuk merampungkan produk. Kalau buat sendiri pasti akan memakan waktu dan biaya yang banyak, makanya aku mencari perusahaan yang menjual bahan baku di luar negeri. Kami telah menandatangani kontrak, mereka hanya memasok bahan baku kepada kita. Tapi hari ini aku baru tahu, ternyata dia membeli chip dari perusahaan lain dan menjualnya kepada kita. Aku sudah lapor polisi ....""Perusahaan asing?" Suara Thiago terdengar bergetar. "Kamu membayarkan uang sebanyak triliunan tanpa mengecek latar belakang perusahaannya?""Aku sudah mengeceknya, tapi informasi perusahaan mereka tidak banyak. Aku tertipu ....""Apakah uang pembayaran bisa dikembalikan?" Thiago berusaha memberikan harapan kepada diri sendiri. Dylan telah dijebak o
Ketika membaca berita yang rilis, Thiago berusaha meyakinkan dirinya kalau ini perusahaan yang bangkrut bukanlah Grup Dorga yang dipimpin Dylan. Bukan, pasti bukan perusahaan tempat Grup Skyward berinvestasi. Kemarin dia masih menemui Dylan untuk menandatangani kontrak.Thiago berdiri di depan meja kerja sambil mengusap dadanya sendiri dan bergumam, "Tenang, tenang, pasti bukan perusahaan Dylan."Setelah tenang, Thiago baru kepikiran untuk menghubungi Dylan. Thiago menelepon Dylan sebanyak beberapa kali, tetapi tidak ada yang menjawab panggilannya.Thiago tidak tahan lagi, dia harus pergi untuk menemui Dylan. Sesampainya di lobi kantor, Thiago berpapasan dengan Quinn yang buru-buru berlari ke arahnya."Thiago, aku dengar Grup Dorga bangkrut. Apakah itu benar?" Quinn datang setelah mendengar gosip tersebut.Thiago menjawab, "Aku mau ke sana untuk mengecek apa yang terjadi.""Aku ikut," kata Quinn.Ini bukan masalah sepele. Jika Grup Dorga bangkrut, semua uang yang mereka investasikan ak
Caroline tertawa penuh kemenangan."Pulanglah dan hati-hati. Kemungkinan besar Quinn akan melabrakmu," Dylan berpesan."Aku nggak takut sama dia," jawab Caroline dengan percaya.Quinn kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke atas aspal.Dengan adanya perlindungan dari Ruben, Caroline menghampiri Quinn yang terjatuh. "Kata Ruben kamu sudah tua. Hem, kamu nggak hanya tua, tapi juga kejam dan nggak punya hati nurani! Kamu merengut kesucianku untuk menyelamatkan anakmu, tapi apa yang aku dapatkan? Quinn, ini adalah karmamu!"Caroline mengangkat kakinya dan menendang Quinn. "Aku akan merebut semua milikmu! Ini baru permulaan, aku akan menyuruh Ruben untuk menceraikanmu tanpa memberikanmu sepeser pun. Aku ingin melihatmu menjadi tikus di jalanan yang mengemis makanan."Dylan tahu bahwa Quinn adalah wanita yang kejam, Caroline juga memendam kebencian pada wanita ini. Dylan tidak mencoba untuk melerai mereka, dia hanya menghela napas saat mengingatkan Caroline yang akan dikorbankan.Quinn tidak
Ruben sendang lengah, dia tidak menyangka Quinn akan menusuknya.Bagian belakang tubuh Ruben terasa sakit, hingga saat ini dia belum menyadari bahaya yang berada di depan mata."Qui ...." Ketika menoleh, Ruben membelalak melihat pisau yang dipegang oleh Quinn. "Wanita jalang!"Ruben bergegas menggenggam tangan Quinn, tetapi Quinn sudah mati rasa. Quinn menatap Ruben dengan dingin dan penuh kebencian. Dia tidak dapat menerima pengkhianatan ini.Quinn mengempaskan tangan Ruben, lalu menikam dada Ruben dengan menggunakan pisau yang berlumuran darah. "Ruben, aku bertanya kepada diriku sendiri. Aku tidak pernah mengkhianatimu, kenapa kamu tega melakukan semua ini kepadaku?"Darah segar mengalir membasahi kemeja Ruben. Dia tak memiliki tenaga untuk melawan. "Wanita keji ....""Aku keji?" Quinn tertawa terbahak-bahak. "Kamu yang membuatku jadi begini."Ruben mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencekik Quinn. Quinn tidak takut, Ruben telah kehilangan tenaganya, dia tidak sanggup berbuat apa-a
Caroline memberontak sekuat tenaga, lalu mendorong Quinn dan berusaha melarikan diri.Quinn tidak tinggal diam, dia mengejar Caroline hingga dapat. Rumah ini dipenuhi suara teriakan dan kacau balau.Quinn berhasil menarik pakaian Caroline, lalu mengangkat pisau yang dipegang dan menusuknya tepat di pinggang. Caroline tak sanggup mengelak, dia ditusuk hingga berkali-kali.Akhirnya Caroline kehabisan tenaga, dia berhenti memberontak dan pasrah."Kamu mau melawanku? Nggak berkaca! Sebenarnya aku ingin menyiksamu, tapi sekarang nggak ada waktu lagi. Sebelum aku mati, aku akan menghabisi semua orang yang mengkhianati dan menindasku." Quinn bangkit berdiri, lalu menyeka rambutnya sambil tersenyum.Quinn adalah wanita berdarah dingin. Setelah menghabisi Caroline, Quinn melemparkan pisaunya ke lantai dan menendang tubuh Caroline untuk melampiaskan kemarahannya.Quinn sama sekali tidak merasa bersalah setelah melakukan semua ini. Kemudian dia beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka serta mer
Thiago tidak mengerti apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba sekelompok polisi masuk menerobos ruangannya?Polisi mengarahkan pistol ke arah Quinn dan bergegas mengepungnya."Ada apa ...."Quinn menarik Thiago ke belakangnya, seolah takut putranya terluka."Sekarang aku adalah penanggung jawab perusahaan, serahkan semuanya kepadaku. Ingat pesanku, jangan memprovokasi Shawn!" Quinn berbisik kepada Thiago."Bu ....""Mereka datang untuk menangkapku, tapi aku nggak menyesal." Quinn menatap Thiago dengan lembut. Quinn sadar, semuanya telah berakhir, tidak ada kesempatan untuk memperbaikinya lagi.Quinn menyerahkan dirinya secara sukarela."Kamu diduga melakukan pembunuhan! Kamu berhak berbicara setelah tiba di kantor polisi!" Salah seorang polisi maju dan memborgol tangan Quinn.Thiago membelalak, tampaknya dia mengerti apa yang terjadi. Sebelum Quinn dibawa pergi, dia menoleh ke belakang dan tersenyum kepada Thiago. Dia tidak pernah menyesali pilihannya.Bukannya Quinn tega membunuh orang, te
Shawn menatap ponselnya sambil tersenyum.Ketika melihat Shawn yang tampak bahagia, Xavier bertanya dengan penasaran, "Pak, kok senyum-senyum sendiri? Ada apa?"Ekspresi Shawn langsung berubah menjadi serius. "Ingin tahu?"Xavier langsung menciut. "Tidak."Dylan tertawa melihat Xavier yang ketakutan. Dia berbisik kepada Xavier, "Kamu nggak berani melawan?"Xavier memutar bola matanya. "Memangnya kamu berani melawan?""Kalaupun nggak berani melawan, setidaknya aku nggak penakut kayak kamu," jawab Dylan.Xavier membalas Dylan dengan tatapan sinis."Sekarang bukan waktunya bersantai. Awasi mereka dengan baik," Shawn memerintahkan Xavier dan Dylan."Baik, Pak!" jawab Dylan sebagai orang yang bertanggung jawab.....Quinn ditangkap, sedangkan Grup Dorga bangkrut. Masalah ini sontak membuat para dewan direksi murka.Mereka segera mengadakan rapat untuk membahas masalah ini. Seharusnya Graham memimpin rapat, tetapi dia jatuh sakit saat mengetahui kondisi Ruben yang sedang kritis. Saat ini Gra
Graham adalah pemimpin Keluarga Jamison. Dia yang seharusnya menemui Shawn dan memintanya untuk kembali memimpin perusahaan.Sekarang Graham adalah satu-satunya harapan perusahaan. Para dewan direksi sangat bersyukur melihat Graham yang datang tepat waktu."Pak ...."Graham jatuh pingsan saat mendengar kondisi Ruben. Ketika sadar, Graham buru-buru menyusul ke kantor untuk menghadiri rapat yang diadakan secara mendadak ini.Di sisi lain, Graham juga khawatir kalau Thiago tidak akan sanggup mengurus masalah ini. Akhirnya Graham harus memaksakan diri demi menyelamatkan perusahaan.Jika Jackal tidak memapahnya, Graham bahkan tidak bisa berdiri dengan stabil.Para dewan direksi tidak memedulikan kondisi Graham, mereka langsung mendesaknya untuk membereskan masalah ini. "Pak, Anda adalah kepala Keluarga Jamison. Aku harap Anda bisa memberikan pertanggungjawaban yang memuaskan."Graham tidak mempersiapkan apa-apa. Sebelum Quinn ditangkap, dia menelepon Graham untuk menceritakan semuanya. Quin