Share

Bab 320

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Apa maksud Ayah?" Thiago malu melihat tindakan Ruben.

Ruben sudah tua, untuk apa mencari masalah dengan berselingkuh? Jika Quinn tahu, dia pasti marah besar.

"Ayah, usir wanita ini!" Meskipun kesabarannya mulai terkuras habis, Thiago berusaha menahan dirinya untuk tidak bermain tangan.

Caroline ketakutan melihat Thiago, dia langsung memeluk Ruben dan menatapnya dengan memelas.

Ruben kesal melihat Thiago yang menakuti Caroline. Dia langsung memelototi Thiago dan memperingatkannya, "Hanya karena kamu berhasil mendapatkan perusahaan, bukan berarti kamu berhak memerintahku. Aku adalah ayahmu, kamu nggak punya mengaturku."

Setelah selesai bicara, Ruben memerintahkan sopir untuk jalan. Mobil pun pergi meninggalkan Thiago yang mematung di tempat.

Saking marahnya, tubuh Thiago sampai bergetar hebat.

Olivia menghampiri Thiago dan menghiburnya. "Jangan marah dulu, mungkin nggak seperti yang kamu lihat ...."

"Lantas apakah aku harus menangkap basah mereka di atas ranjang?" Napas Thiago terdengar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 321

    "Tiga triliun," jawab Dylan.Bibir Thiago langsung berkedut, rasanya dia ingin melontarkan makian."Bagi Grup Skyward, uang segitu hanyalah uang kecil," Dylan menambahkan.Thiago terdiam .... Saat ini perusahaan tidak memiliki uang sebanyak itu. Setelah menginvestasikan uang sejumlah 1,2 triliun, dana cair perusahaan tersisa tidak banyak. Namun Thiago harus menjaga nama baik perusahaan, dia tidak mungkin mengatakan tidak punya uang. Jika dewan direksi sampai mengetahuinya, posisi Thiago sebagai presdir bisa terancam."Berikan aku waktu," kata Thiago.Setelah berpikir, akhirnya Thiago menemukan sebuah cara. Saat ini masih ada beberapa proyek berjalan, Thiago berencana mengalihkan dan menjual proyek tersebut kepada perusahaan.Thiago tidak ingin melepaskan proyek Grup Dorga, ini adalah proyek pertamanya. Proyek ini harus berhasil! Selain itu, kedua belah pihak telah menandatangani kontrak, Thiago tetap harus memberikan pendanaan.Thiago menghubungi beberapa kenalan untuk menjual proyek

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 322

    "Maaf, maaf ...," kata Dylan sambil mengangkat kepalanya. Sesaat melihat Yvonne, Dylan bergegas menyapanya. "Kakak Ipar."Yvonne mengerutkan alis, dia tidak mengenal pria ini. Kenapa pria ini memanggilnya kakak ipar? Ditambah, usia Dylan terlihat lebih tua daripada Yvonne."Kamu ....""Aku Dylan. Selama ini aku bekerja di luar negeri, baru pulang beberapa hari yang lalu," kata Dylan.Selama ini Dylan bertugas mengurus perusahaan yang berada di luar negeri. Karena tidak banyak orang yang mengenali wajahnya, makanya Shawn mengutusnya untuk menghadapi Thiago.Sejak perusahaan di Negara Fapron didirikan, Dylan yang bertugas mengurus semuanya. Bisa dibilang jabatan Dylan lebih tinggi daripada Xavier. Tentu saja, secara kemampuan dan kinerja, Dylan juga lebih bisa diandalkan."Aku baru bertemu Pak Shawn, sekarang mau pulang," kata Dylan saat melihat wajah Yvonne yang kebingungan.Yvonne mengangguk sambil tersenyum. "Oh, salam kenal. Baiklah, hati-hati di jalan."Dylan berpamitan dan pergi me

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 323

    Ruben berusaha tetap tenang. "Aku hanya main-main ....""Main-main?" Wajah Quinn terlihat pucat. "Apakah aku boleh mengajak pria lain untuk bermain-main juga?""Jangan keterlaluan!" Ruben menatapnya dengan dingin, "Tadi kamu baru memukulku. Apakah menurutmu wajahku bisa dipukul seenaknya?"Hati Quinn terasa sangat sakit, dia menangis tersedu-sedu untuk melampiaskan kemarahannya. Dia keterlaluan? Siapa yang sebenarnya keterlaluan?Quinn marah, stres, dan kesal! Rasanya dia ingin mengambil pisau untuk menusuk Ruben.Kesabaran Ruben ada batasnya, dia membenci wanita yang marah-marah dan menangis histeris. Ketika melihat Quinn menangis, Ruben sama sekali tidak bersimpati. Dia justru muak dan jijik."Apa yang kamu tangisi? Kamu nggak malu dilihat Thiago?" Ruben tidak berniat untuk membujuk Quinn. Lagi pula tidak ada gunanya membujuk, biarkan Quinn mencerna dan menenangkan diri sendiri. "Tenang saja, aku cuma bersenang-senang. Kamu dan Thiago tetap prioritasku."Quinn tertawa miris. "Hehe ..

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 324

    Thiago mengusap pundak Quinn. "Bu, Ayah bakal berubah. Dia hanya khilaf."Kalaupun Ruben memutuskan hubungannya dengan wanita itu, Quinn juga tidak bisa memaafkan Ruben dengan mudah. Quinn adalah wanita yang angkuh, dia tidak pernah menyangka Ruben akan mengkhianatinya.Namun nasi telah menjadi bubur, semua telah terjadi. Quinn menarik napas panjang dan berusaha menenangkan diri. "Katakan, siapa wanita itu?"Quinn ingin tahu, wanita seperti apa yang berhasil menggoda Ruben?Ruben tak berdaya. Di saat bersamaan, ponselnya berdering.Quinn dan Thiago langsung menatap Ruben dengan curiga. Ruben tidak menyukai tatapan ini, seolah dirinya telah melakukan kesalahan besar yang tak termaafkan.Ruben cuma bersenang-senang dengan wanita lain, ini bukan kesalahan besar."Aku hanya mau bersenang-senang, di mana letak kesalahannya? Lagi pula pria mana yang nggak pernah berselingkuh?" Ruben membalikkan badan dan pergi meninggalkan ruangan Quinn.Quinn dan Thiago murka melihat sikap Ruben yang acuh.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 325

    Thiago sangat lelah. Di perusahaan ada masalah, di rumah juga sedang ribut. Thiago kesal, tapi tak berdaya.Thiago mengantar Quinn ke "istana" Ruben dan Caroline. Sebelum masuk, Quinn berusaha menahan emosinya agar tidak meluap.Quinn tidak ingin marah, tetapi dia tak bisa membendung emosinya. Ternyata selingkuhan Ruben adalah Caroline. Ruben bahkan memberikan vila yang begitu mewah untuk Caroline.Ruben sedang menemani Caroline ke rumah sakit. Ruben sangat senang setelah mengetahui kehamilan Caroline.Ruben hanya memiliki seorang putra, yaitu Thiago. Sebenarnya Ruben sangat menginginkan seorang anak perempuan, tetapi Quinn tidak mau mempunyai anak lagi demi menjaga bentuk tubuhnya.Oleh sebab itu Ruben sangat bahagia begitu mengetahui kehamilan Caroline. Ruben sudah tidaklah muda, dia tidak menyangka masih bisa memiliki anak di usia seperti ini.Ruben merasa kembali ke masa-masa muda, keberadaan Caroline benar-benar memberikan warna yang berbeda di dalam hidupnya. Selama menikah denga

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 326

    "Menjaga kandungan? Dia hamil?" Seluruh tubuh Quinn sontak terasa lemas.Perselingkuhan Ruben telah membuat Quinn terpukul, sekarang Caroline malah hamil? Quinn merasa disambar petir siang bolong.Tanpa banyak bicara, Thiago langsung menonjok wajah Ruben. Ruben terjatuh sambil merintih kesakitan.Quinn tercengang selama beberapa saat, dia bergegas menahan Thiago dan memarahinya, "Kamu ngapain?"Meskipun marah, Quinn tidak mendukung Thiago untuk bermain tangan. Bagaimanapun Ruben adalah ayah kandungnya, Thiago tidak boleh memukul orang tua sendiri.Demi masa depan Thiago, Quinn ingin merusak hubungan ayah dan anak ini. Quinn buru-buru menarik tangan Thiago sebelum semuanya terlambat."Biar kakekmu yang urus," kata Quinn. Dia sudah tidak bisa menyelamatkan Ruben.Wajah Ruben terlihat bergetar, dia tidak menyangka Thiago berani memukulnya."Aku akan menghabisi wanita itu," kata Thiago sambil menggertakkan giginya. Quinn tidak menghalangi Thiago, dia juga ingin memberikan pelajaran kepada

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 327

    "Apa yang terjadi?" tanya Thiago tanpa basa-basi.Dylan cocok menjadi aktor, dia sangat hebat bersandiwara. Begitu berhadapan dengan Thiago, sikap Dylan berubah 180 derajat. Dia kelihatan stres dan frutrasi."Di tahap pengembangan terakhir, kami memerlukan chip tambahan untuk merampungkan produk. Kalau buat sendiri pasti akan memakan waktu dan biaya yang banyak, makanya aku mencari perusahaan yang menjual bahan baku di luar negeri. Kami telah menandatangani kontrak, mereka hanya memasok bahan baku kepada kita. Tapi hari ini aku baru tahu, ternyata dia membeli chip dari perusahaan lain dan menjualnya kepada kita. Aku sudah lapor polisi ....""Perusahaan asing?" Suara Thiago terdengar bergetar. "Kamu membayarkan uang sebanyak triliunan tanpa mengecek latar belakang perusahaannya?""Aku sudah mengeceknya, tapi informasi perusahaan mereka tidak banyak. Aku tertipu ....""Apakah uang pembayaran bisa dikembalikan?" Thiago berusaha memberikan harapan kepada diri sendiri. Dylan telah dijebak o

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 328

    Ketika membaca berita yang rilis, Thiago berusaha meyakinkan dirinya kalau ini perusahaan yang bangkrut bukanlah Grup Dorga yang dipimpin Dylan. Bukan, pasti bukan perusahaan tempat Grup Skyward berinvestasi. Kemarin dia masih menemui Dylan untuk menandatangani kontrak.Thiago berdiri di depan meja kerja sambil mengusap dadanya sendiri dan bergumam, "Tenang, tenang, pasti bukan perusahaan Dylan."Setelah tenang, Thiago baru kepikiran untuk menghubungi Dylan. Thiago menelepon Dylan sebanyak beberapa kali, tetapi tidak ada yang menjawab panggilannya.Thiago tidak tahan lagi, dia harus pergi untuk menemui Dylan. Sesampainya di lobi kantor, Thiago berpapasan dengan Quinn yang buru-buru berlari ke arahnya."Thiago, aku dengar Grup Dorga bangkrut. Apakah itu benar?" Quinn datang setelah mendengar gosip tersebut.Thiago menjawab, "Aku mau ke sana untuk mengecek apa yang terjadi.""Aku ikut," kata Quinn.Ini bukan masalah sepele. Jika Grup Dorga bangkrut, semua uang yang mereka investasikan ak

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status