Yvonne berusaha mendorong tubuh Shawn. "Kamu ngapain? Minggir! Obatnya tumpah."Shawn menutup obat tersebut dan meletakkannya ke atas meja, lalu kembali menindih tubuh Yvonne.Yvonne menggeliat, dia tidak memberontak, tetapi hanya mencari posisi yang nyaman.Prang! Tiba-tiba terdengar dentuman keras dari ruang tamu."Suara apa itu?" Yvonne terkejut.Shawn mengerutkan alis, dia kesal mendengar suara yang mengacaukan kebahagiaannya.Yvonne menatap Shawn dan bertanya, "Ada orang di ruang tamu?""Em." Shawn mengangguk tak berdaya."Neil?" Meskipun Shawn tak mengatakan siapa yang berada di ruang tamu, hanya satu orang yang terbesit di kepala Yvonne."Dia mabuk." Shawn tidak mungkin meninggal Neil yang tengah mabuk parah.Prang! Bugh! Kembali terdengar suara kursi dan meja yang disusul rintihan kesakitan.Yvonne langsung mendorong Shawn dan merapikan pakaiannya. "Sana, coba cek Neil."Shawn beranjak dari tempat tidur, lalu turun untuk mengecek keadaan Neil. Begitu lampu ruang tamu dinyalakan
Hari ini adalah hari yang menegangkan karena Grup Skyward akan mengirimkan uang senilai 1,2 triliun sebagai pembayaran investasi tahap pertama kepada Grup Dorga.Walaupun keuangan Grup Skyward agak ketat, mereka masih memiliki dana sebanyak triliunan.Setelah menerima uangnya, Thiago dan Dylan berjabat tangan."Semoga kerja sama ini berjalan lancar. Aku berharap produk yang dihasilkan bisa menguasai pasar."Dylan tersenyum. "Pasti, pasti. Produk yang kita kembangkan pasti akan mendunia."Thiago tertawa bahagia. Produk yang dikembangkan Grup Dorga telah mencapai tahap akhir, masa-masa pembakaran uang sudah lewat. Sekarang adalah waktunya produksi dan memasarkan produk.Thiago merasa beruntung, dia mendapatkan proyek ini di momen yang tepat.Dylan menghela napas panjang. "Aku tidak tahu bagaimana menghadapi teman-temanku. Aku mengabaikan ajakan kerja sama mereka dan memilihmu."Thiago tersenyum sambil menepuk pundak Dylan. "Aku berharap kita bisa menjalin hubungan kerja sama yang lebih b
"Apa maksud Ayah?" Thiago malu melihat tindakan Ruben.Ruben sudah tua, untuk apa mencari masalah dengan berselingkuh? Jika Quinn tahu, dia pasti marah besar."Ayah, usir wanita ini!" Meskipun kesabarannya mulai terkuras habis, Thiago berusaha menahan dirinya untuk tidak bermain tangan.Caroline ketakutan melihat Thiago, dia langsung memeluk Ruben dan menatapnya dengan memelas.Ruben kesal melihat Thiago yang menakuti Caroline. Dia langsung memelototi Thiago dan memperingatkannya, "Hanya karena kamu berhasil mendapatkan perusahaan, bukan berarti kamu berhak memerintahku. Aku adalah ayahmu, kamu nggak punya mengaturku."Setelah selesai bicara, Ruben memerintahkan sopir untuk jalan. Mobil pun pergi meninggalkan Thiago yang mematung di tempat.Saking marahnya, tubuh Thiago sampai bergetar hebat.Olivia menghampiri Thiago dan menghiburnya. "Jangan marah dulu, mungkin nggak seperti yang kamu lihat ....""Lantas apakah aku harus menangkap basah mereka di atas ranjang?" Napas Thiago terdengar
"Tiga triliun," jawab Dylan.Bibir Thiago langsung berkedut, rasanya dia ingin melontarkan makian."Bagi Grup Skyward, uang segitu hanyalah uang kecil," Dylan menambahkan.Thiago terdiam .... Saat ini perusahaan tidak memiliki uang sebanyak itu. Setelah menginvestasikan uang sejumlah 1,2 triliun, dana cair perusahaan tersisa tidak banyak. Namun Thiago harus menjaga nama baik perusahaan, dia tidak mungkin mengatakan tidak punya uang. Jika dewan direksi sampai mengetahuinya, posisi Thiago sebagai presdir bisa terancam."Berikan aku waktu," kata Thiago.Setelah berpikir, akhirnya Thiago menemukan sebuah cara. Saat ini masih ada beberapa proyek berjalan, Thiago berencana mengalihkan dan menjual proyek tersebut kepada perusahaan.Thiago tidak ingin melepaskan proyek Grup Dorga, ini adalah proyek pertamanya. Proyek ini harus berhasil! Selain itu, kedua belah pihak telah menandatangani kontrak, Thiago tetap harus memberikan pendanaan.Thiago menghubungi beberapa kenalan untuk menjual proyek
"Maaf, maaf ...," kata Dylan sambil mengangkat kepalanya. Sesaat melihat Yvonne, Dylan bergegas menyapanya. "Kakak Ipar."Yvonne mengerutkan alis, dia tidak mengenal pria ini. Kenapa pria ini memanggilnya kakak ipar? Ditambah, usia Dylan terlihat lebih tua daripada Yvonne."Kamu ....""Aku Dylan. Selama ini aku bekerja di luar negeri, baru pulang beberapa hari yang lalu," kata Dylan.Selama ini Dylan bertugas mengurus perusahaan yang berada di luar negeri. Karena tidak banyak orang yang mengenali wajahnya, makanya Shawn mengutusnya untuk menghadapi Thiago.Sejak perusahaan di Negara Fapron didirikan, Dylan yang bertugas mengurus semuanya. Bisa dibilang jabatan Dylan lebih tinggi daripada Xavier. Tentu saja, secara kemampuan dan kinerja, Dylan juga lebih bisa diandalkan."Aku baru bertemu Pak Shawn, sekarang mau pulang," kata Dylan saat melihat wajah Yvonne yang kebingungan.Yvonne mengangguk sambil tersenyum. "Oh, salam kenal. Baiklah, hati-hati di jalan."Dylan berpamitan dan pergi me
Ruben berusaha tetap tenang. "Aku hanya main-main ....""Main-main?" Wajah Quinn terlihat pucat. "Apakah aku boleh mengajak pria lain untuk bermain-main juga?""Jangan keterlaluan!" Ruben menatapnya dengan dingin, "Tadi kamu baru memukulku. Apakah menurutmu wajahku bisa dipukul seenaknya?"Hati Quinn terasa sangat sakit, dia menangis tersedu-sedu untuk melampiaskan kemarahannya. Dia keterlaluan? Siapa yang sebenarnya keterlaluan?Quinn marah, stres, dan kesal! Rasanya dia ingin mengambil pisau untuk menusuk Ruben.Kesabaran Ruben ada batasnya, dia membenci wanita yang marah-marah dan menangis histeris. Ketika melihat Quinn menangis, Ruben sama sekali tidak bersimpati. Dia justru muak dan jijik."Apa yang kamu tangisi? Kamu nggak malu dilihat Thiago?" Ruben tidak berniat untuk membujuk Quinn. Lagi pula tidak ada gunanya membujuk, biarkan Quinn mencerna dan menenangkan diri sendiri. "Tenang saja, aku cuma bersenang-senang. Kamu dan Thiago tetap prioritasku."Quinn tertawa miris. "Hehe ..
Thiago mengusap pundak Quinn. "Bu, Ayah bakal berubah. Dia hanya khilaf."Kalaupun Ruben memutuskan hubungannya dengan wanita itu, Quinn juga tidak bisa memaafkan Ruben dengan mudah. Quinn adalah wanita yang angkuh, dia tidak pernah menyangka Ruben akan mengkhianatinya.Namun nasi telah menjadi bubur, semua telah terjadi. Quinn menarik napas panjang dan berusaha menenangkan diri. "Katakan, siapa wanita itu?"Quinn ingin tahu, wanita seperti apa yang berhasil menggoda Ruben?Ruben tak berdaya. Di saat bersamaan, ponselnya berdering.Quinn dan Thiago langsung menatap Ruben dengan curiga. Ruben tidak menyukai tatapan ini, seolah dirinya telah melakukan kesalahan besar yang tak termaafkan.Ruben cuma bersenang-senang dengan wanita lain, ini bukan kesalahan besar."Aku hanya mau bersenang-senang, di mana letak kesalahannya? Lagi pula pria mana yang nggak pernah berselingkuh?" Ruben membalikkan badan dan pergi meninggalkan ruangan Quinn.Quinn dan Thiago murka melihat sikap Ruben yang acuh.
Thiago sangat lelah. Di perusahaan ada masalah, di rumah juga sedang ribut. Thiago kesal, tapi tak berdaya.Thiago mengantar Quinn ke "istana" Ruben dan Caroline. Sebelum masuk, Quinn berusaha menahan emosinya agar tidak meluap.Quinn tidak ingin marah, tetapi dia tak bisa membendung emosinya. Ternyata selingkuhan Ruben adalah Caroline. Ruben bahkan memberikan vila yang begitu mewah untuk Caroline.Ruben sedang menemani Caroline ke rumah sakit. Ruben sangat senang setelah mengetahui kehamilan Caroline.Ruben hanya memiliki seorang putra, yaitu Thiago. Sebenarnya Ruben sangat menginginkan seorang anak perempuan, tetapi Quinn tidak mau mempunyai anak lagi demi menjaga bentuk tubuhnya.Oleh sebab itu Ruben sangat bahagia begitu mengetahui kehamilan Caroline. Ruben sudah tidaklah muda, dia tidak menyangka masih bisa memiliki anak di usia seperti ini.Ruben merasa kembali ke masa-masa muda, keberadaan Caroline benar-benar memberikan warna yang berbeda di dalam hidupnya. Selama menikah denga