Share

Bab 278

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Bukan gitu," Yvonne menjawab secara spontan, tetapi dia bergegas mengganti jawabannya. "Aku masih kangen."

Shawn menyukai Yvonne yang manja. Dia langsung menjawab tanpa ragu, "Baiklah."

Yvonne tidak tahu harus memercayai siapa. Di satu sisi, fakta yang ada menunjukkan kalau Shawn memiliki hubungan khusus dengan Caroline. Namun sikap Shawn yang penuh cinta dan kasih sayang membuat Yvonne ragu akan dugaannya.

Apalagi Shawn sangat menyayangi Dio, apakah dia tega merusak keluarga yang dibangun untuk kebahagiaan Dio?

"Kamu lagi pikirin apa?" Shawn memeluk Yvonne.

Yvonne refleks menghindari pelukan Shawn. Bukannya Yvonne sengaja, tetapi dia tidak ingin bersentuhan dengan Shawn sebelum mendapatkan jawabannya.

Tangan Shawn mematung di udara.

Yvonne bergegas menjelaskan, "Ada Dio."

Shawn melirik Dio yang sedang tertidur pulas. Shawn yakin, ada yang tidak beres dengan Yvonne.

Namun Shawn tidak menunjukkan kecurigaannya secara langsung. Sebelum menarik kembali tangannya, Shawn mencubit hidung Yv
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 279

    "Hmm, Shawn ...." Yvonne memberontak.Walaupun Yvonne memberontak, Shawn tidak berniat melepaskannya.Yvonne tak berdaya, tenaganya tak sebanding dengan kekuatan Shawn.Setelah Yvonne berhenti memberontak, Shawn baru melepaskannya. Yvonne menatap Shawn dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?"Yvonne bukanlah orang yang mudah menangis, tetapi kali ini dia bertanya kepada Shawn dengan suara terisak-isak.Hati Yvonne terasa pedih dan sesak."Sedih? Sakit hati?" tanya Shawn."Kamu ...." Yvonne mengangkat kepalanya."Kenapa tidak tanya dulu?" Shawn menatap Yvonne. "Kamu mengira aku punya wanita lain?"Yvonne tercengang, air mata pun mengalir di ujung matanya. "Ba-bagaimana kamu tahu?"Shawn tidak menjawab pertanyaannya. "Kamu bertemu Caroline?"Yvonne menggelengkan kepala. "Nggak.""Hmm?" Shawn seolah tidak memercayai jawaban Yvonne."Dokter yang menangani Caroline adalah temanku. Aku meminta catatan medis Caroline kepadanya," Yvonne menjelaskan."Jadi

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 280

    "Apakah Shawn tidak mungkin bisa menerimaku?" tanya Caroline.Xavier mencibir di dalam hati. Meskipun Caroline tidak kehilangan kesuciannya, Shawn tidak mungkin menyukainya.Sampai sekarang Caroline masih belum sadar, tetapi Xavier harus menjaga ucapannya agar tidak menyakiti hati Caroline."Iya. Kamu kehilangan kesempatan karena Quinn telah menghancurkan hidupmu," jawab Xavier.Caroline sangat amat membenci Quinn. Semua ini gara-gara Quinn."Aku sangat membenci dia!" Caroline menggertakkan gigi.Rekaman telah selesai diputar, Xavier menutup ponselnya dan berkata, "Dari pengamatanku, Caroline kelihatan sangat membenci Quinn."Yvonne langsung menyela, "Apakah kalian bisa menceritakan semuanya secara jelas? Apa yang terjadi?"Xavier melirik Shawn. Setelah mendapatkan izin Shawn, Xavier menjelaskan semuanya, "Begini ...."Xavier menceritakan semua rentetan kejadian. "Caroline masih di rumah sakit."Yvonne menepuk dadanya setelah mendengar cerita Xavier. Untunglah tidak ada sesuatu yang te

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 281

    Yvonne adalah orang yang menghargai proses."Baiklah, terserah kamu. Tapi ...." Shawn tersenyum dan berpesan, "Kalau ada sesuatu, jangan dipendam sendiri. Tanyakan kepadaku."Yvonne mengangguk. Kali ini dia memang salah."Seharusnya aku memercayaimu." Yvonne menyesal telah asal berasumsi.Jika Shawn tidak menyadarinya, Yvonne pasti masih mencurigai Shawn sampai sekarang. Sikap Yvonne yang seperti itu akan memengaruhi keharmonisan mereka.Yvonne dan Shawn masih membina hubungan mereka. Ada banyak hal yang perlu dibenahi.Shawn memberikan sebongkah roti kepada Yvonne. "Cicipi, roti ini sangat enak."Yvonne membuka mulutnya dengan tersipu malu. Aroma dan renyahnya roti terasa lezat. "Em, enak."Shawn tersenyum melihat kedua pipi Yvonne yang menggembung. "Pelan-pelan, jangan sampai tersedak."Yvonne menelan makannya, lalu menyuapi Shawn. "Aku nggak mungkin makan sendiri."Shawn tersenyum dan menyantap roti yang diberikan Yvonne.Setelah selesai makan, Yvonne berkata, "Aku mau ke rumah saki

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 282

    Niko keheranan. "Ada apa?""Seminarnya hari ini jam 9.30. Sekarang sudah jam 8.50, aku bisa terlambat. Aku pergi dulu, terima kasih undangannya." Yvonne bergegas mengemas barang-barangnya dan pergi.Niko menjawab, "Sama-sama, kamu adalah kakakku.""Nanti aku traktir makan yang enak." Yvonne berlari ke arah pintu. "Sampai jumpa."Yvonne buru-buru masuk ke dalam mobil dan berkata kepada sopir, "Cepat, berangkat ke Rumah Sakit Umum Wilayah Militer Kedua."Sopir menyalakan mesin mobil sambil bertanya dengan penasaran, "Ke rumah sakit lagi?"Yvonne menjawab, "Ada urusan. Cepat, nanti aku terlambat."Yvonne tiba di Rumah Sakit Umum Wilayah Militer Kedua pada pukul 9.25. Dia membuka pintu mobil dan buru-buru berlari ke aula utama.Namun sesampainya di sana, Yvonne tak melihat seorang pun di dalam aula. Yvonne kebingungan, dia mengeluarkan undangannya dan kembali memeriksa alamat yang tertera.Benar, seminarnya diadakan di rumah sakit ini. Kenapa tidak ada orang?Ketika mengeluarkan ponsel unt

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 283

    Seluruh rangkaian rencana disusun dengan rapi.Wanita ini juga sengaja memalsukan petunjuk yang mengarah kepada Keluarga Jamison.Shawn dan Keluarga Jamison sedang berseteru, ini adalah kesempatan yang baik untuk menjadikan Keluarga Jamison sebagai kambing hitam.Semua orang mengira kalau wanita ini sudah mati. Siapa yang menyangka, ternyata dia masih hidup.....Hari sudah malam, tetapi Yvonne belum pulang. Sopir telah mencari ke mana-mana, hanya saja Yvonne tak kunjung ditemukan.Sopir bergegas melaporkan masalah ini kepada Shawn."Apa?" Shawn terkejut.Sopir mengulangi ucapannya, "Nona Yvonne hilang."Sopir ini berkeringat dingin, dia sangat takut kalau Shawn murka."Sudah berapa lama?" tanya Shawn."Sejak 6 atau 7 jam yang lalu. Setelah Nona Yvonne turun dari mobil, aku pergi memarkir mobil. Aku menunggu berjam-jam, tapi Nona tidak kembali. Aku sudah mencari ke mana-mana, tapi tidak ada yang melihat keberadaannya."Shawn pun murka. "Bukankah aku menyuruhmu untuk melindunginya?"Seb

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 284

    Yvonne masih belum sadarkan diri. Dia diikat ke tiang beton dan terlihat bahan peledak yang dipasang di punggungnya.Tatapan Shawn hanya tertuju kepada Yvonne. Seketika, ekspresi Shawn pun berubah menjadi muram.Niko memegang remot peledak sambil bertanya kepada Shawn, "Katakan, kenapa kamu membunuh ibuku?""Aku tidak melakukannya," jawab Shawn."Aku nggak percaya. Kalau kamu nggak membunuhnya, kenapa kamu ada di lokasi?" Niko menyeringai dingin. "Kamu membohongiku karena menganggap aku masih kecil?""Kamu masih kecil?" Shawn menyeringai. "Kamu memang masih terlalu muda."Niko kesal mendengar ucapan Shawn. "Umur nggak penting. Yang terpenting sekarang, kamu harus mendengarkan aku."Shawn tidak marah. "Aku akan mendengarkanmu, tapi sebelumnya aku mau tanya. Hanya karena aku berada di lokasi kematian ibumu, apakah pasti aku yang melakukannya?""Tentu saja!" jawab Niko.Shawn menggelengkan kepala melihat logika Niko yang tak berdasar. "Aku ke sana karena ada yang mengirimkanku pesan. Kala

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 285

    Shawn dan Yvonne bertatapan selama beberapa saat."Kenapa nggak jawab? Kamu nggak mencintai Yvonne? Mustahil pria sepertimu bisa setia pada satu wanita. Kamu dan kakakku .... Tidak, kamu dan Yvonne bersama hanya demi anak kalian, 'kan?" tanya Niko.Sebelumnya Yvonne tidak pernah berpikir sejauh ini, tetapi begitu mendengar pertanyaan Niko, Yvonne merasa pertanyaannya terdengar masuk akal.Apakah Shawn tulus mencintai Yvonne? Atau semua hanya demi anak mereka?Pertanyaan Niko langsung membuat Yvonne gelisah. Shawn tidak bodoh, dia menyadari perubahan ekspresi Yvonne.Shawn mengangkat kakinya dan melangkah mendekati Yvonne."Jangan mendekat! Di sini ada bom, bahaya!" Yvonne berteriak.Shawn tidak peduli, dia terus berjalan dan berhenti di hadapan Yvonne.Yvonne mengangkat kepalanya, kedua matanya yang indah tampak bergetar dan berkaca-kaca. Meskipun ragu, Yvonne tetap berusaha tersenyum dan berkata, "Aku percaya, kamu mencintaiku.""Yvonne, kamu bodoh, ya? Dia bahkan nggak berani jawab,

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 286

    Yvonne membuka matanya, tidak ada yang meledak.Di tengah kebingungan, akhirnya Niko angkat bicara, "Kak, aku menggunakanmu untuk mengancam Shawn. Aku ingin membuatnya mengakui pembunuhan yang dilakukan, lalu memberikan buktinya kepada polisi. Aku menculikmu, tapi aku sama sekali nggak ada maksud untuk menyakitimu. Bom itu palsu."Yvonne menatapnya dengan tidak percaya. "Niko ....""Aku mendengarkan semua penjelasan kalian. Benar, kalau Shawn ingin membunuh ibuku, dia nggak perlu susah payah mengeluarkannya dari penjara. Ini nggak masuk akal ...."Niko berjalan mendekati Yvonne dan melepaskan tali pengikatnya. "Kak, apakah kamu marah?""Nggak." Yvonne menggelengkan kepala, hatinya justru terasa hangat.Niko pasti sakit hati pasca kematian ibunya. Yvonne bisa memahami perasaannya.Melihat Niko yang menggunakan bom palsu, Yvonne tahu bahwa Niko tidak bermaksud untuk menyakitinya. Niko telah menganggap Yvonne sebagai keluarga sendiri.Yvonne memeluk Niko sambil berkata, "Niko, Ayah sudah

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status