Shawn tidak menghiraukan Graham yang marah, dia langsung membuang robekan kertas ke tong sampah. "Kami berdua bisa mengurus buku pernikahannya sendiri, Kakek tidak perlu repot-repot."Shawn beranjak ke sofa yang ada di depan Graham, lalu duduk sambil menyilangkan kakinya. "Kakek datang hanya untuk memberikan surat perceraian? Aku sudah melihatnya, Kakek juga sudah mengetahui sikapku."Raut wajah Graham terlihat sangat muram. "Kamu sadar sedang berbicara dengan siapa?"Tanpa menunggu Shawn menjawab, Graham lanjut berkata, "Kamu sudah lihat beritanya, 'kan? Apa untungnya membuat keributan sampai sebesar ini?""Jadi ... maksud Kakek aku harus diam saja melihat anak dan istriku diculik Thiago?" Shawn menjawab Graham dengan pertanyaan yang menusuk.Graham tersentak, dia tak dapat menjawab Shawn. Graham salah perhitungan, dia yang membuat Shawn bertindak setega ini.Kesabaran Shawn telah habis, rasa hormatnya terhadap Graham pun pudar.Selama ini Shawn tidak sepenuhnya memercayai Graham. Sha
Jackal tidak berani bergeming, dia langsung menutup mulutnya.Graham mendengus dingin. "Kalau aku meninggal, kamu tahu sendiri apa yang akan terjadi kepada Ruben. Hal pertama yang bakal dilakukan Shawn adalah menghabisi mereka."Jackal menunduk."Selagi masih hidup, aku terpaksa harus mengambil kekuasaannya." Graham mengernyit.Jika Shawn tidak memiliki kekuasaan sebesar sekarang, dia tidak akan bisa menghancurkan Ruben dengan mudah."Selama beberapa tahun ini Tuan Shawn yang mengurus perusahaan. Meskipun Anda adalah salah satu komisaris utama, Anda sudah lama tidak mencampuri masalah perusahaan. Hmm, apakah Anda yakin bisa merebut kembali kekuasaan?" Jackal tidak terlalu mendukung rencana Graham.Menurut Jackal, sebaiknya Graham bermain cantik, jangan melawan Shawn secara terang-terangan."Aku hanya menyerahkan perusahaan, aku belum menyerahkan seluruh saham kepadanya," jawab Graham.Untuk berjaga-jaga, Graham menahan seluruh saham yang rencananya akan diwariskan kepada Shawn. Graham
"Ternyata Pak Shawn telah mempersiapkan semuanya?" Xavier terkejut sesaat menyadarinya.Setelah mengetahui rencana Shawn, Xavier pun merasa lebih tenang. Dengan begitu, tidak ada yang perlu mereka takutkan."Aku tidak nyangka Pak Graham setega ini," kata Xavier dengan suara pelan.Graham bahkan tega mengancam Shawn untuk mengambil kembali semua kekuasaan yang diberikan.Ekspresi Shawn terlihat datar. Dia tidak merasa bangga ataupun bahagia, yang dirasakannya hanyalah kekecewaan yang mendalam.Melihat ekspresi Shawn, Yvonne dapat menebak apa yang sedang dipikirkannya. Yvonne pun inisiatif menggenggam tangan Shawn dan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."Meskipun semua orang mengkhianati dan meninggalkan Shawn, Yvonne akan selalu berada di sampingnya.Shawn menatap Yvonne, lalu memeluknya dengan erat. Mereka berdua saling berpelukan, seolah dunia hanya milik berdua.Xavier bergegas menundukkan kepala dan pergi meninggalkan ruangan Shawn. Setelah menutup pintu, Xavier juga ber
Yvonne tercengang mendengar ucapan Samantha. Dia tidak menyangka bahwa Samantha akan merestui hubungan mereka secepat ini."Bu, terima kasih." Yvonne langsung memeluk Samantha.Samantha tersenyum sambil menepuk pundak Yvonne. "Ngapain sungkan-sungkan sama Ibu? Aku adalah ibumu, tentu saja aku mengharapkan yang terbaik.""Aku tidak buta, aku melihat kalian ...," Samantha berbisik di telinga Yvonne.Yvonne tersipu malu, lalu berteriak dengan manja, "Ibu!""Sudah, sudah, aku mau masak dulu. Yang penting kamu bahagia," kata Samantha."Ibu tenang saja," jawab Yvonne."Em, Ibu masak dulu." Samantha tersenyum dan melepaskan pelukan Yvonne.Yvonne kembali ke sofa. Shawn tidak berani menggendong Dio, dia duduk di samping sambil mengamati anaknya.Kedua mata Dio yang indah tampak menatap Shawn dengan berbinar-binar. Dio tidak menangis, dia menatap Shawn sambil tersenyum tipis. Mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata.Yvonne menuangkan segelas air sambil bertanya, "Kalian ngapain bertatapan k
"Iya, kamu adalah konglomerat," jawab Shawn sambil tersenyum.Samantha ikut bahagia melihat kemesraan Shawn dan Yvonne. Samantha bersyukur, akhirnya Yvonne menemukan kebahagiaannya. Dengan begitu, Dio juga memiliki keluarga yang utuh."Cepat makan." Samantha memanggil Shawn dan Yvonne sebelum hidangannya."Begitu ada informasi mengenai Niko, segera hubungi aku," kata Shawn kepada Xavier."Baik, Pak."Setelah menutup teleponnya, Shawn dan Yvonne beranjak ke meja makan. Dia sedang tidur ketika yang lainnya makan malam."Aku tidak tahu selera makananmu, semoga kamu suka masakannya. Jangan sungkan-sungkan, ayo makan." Samantha memberikan semangkuk sup kepada Shawn.Tampaknya Samantha mulai membuka hati untuk menerima keberadaan Shawn.Shawn terharu melihat kemurahan hati Samantha. Suasana kekeluargaan seperti ini telah lama dirindukan Shawn."Setelah aku dan Yvonne mengurus administrasi pernikahan, tolong pilihkan tanggal yang baik untuk kami melangsungkan pesta." Shawn meminta tolong kepa
Yvonne mengerutkan alis. "Kayaknya aku melihat Niko."Ketika menoleh ke arah yang ditunjuk Yvonne, Shawn malah tidak melihat apa pun."Mungkin kamu salah lihat?" tanya Shawn.Yvonne menggelengkan kepala. "Nggak, aku nggak salah lihat."Yvonne tidak salah, dia jelas melihat Niko. Apalagi suara Niko saat ditelepon terdengar gugup dan mencurigakan, gelagatnya terasa agak aneh. Pasti ada yang tidak beres!"Biar Xavier menyelidikinya dulu. Kalau Niko melakukan sesuatu yang merugikan perusahaan, Xavier pasti akan segera menghubungi aku." Shawn merangkul pundak Yvonne sambil berkata, "Jangan dilihat lagi. Ayo, kita pulang."Meskipun mengangguk, Yvonne justru makin merasa cemas. Ternyata firasat buruk Yvonne benar, tak lama Xavier pun menghubungi Shawn. Setelah diselidiki, Niko adalah orang yang membocorkan berita penangkapan Thiago kepada media.Yvonne sulit memercayainya. "Niko yang melakukannya? Kenapa? Untuk apa dia berbuat seperti itu?"Namun mengingat sikap Niko yang aneh akhir-akhir ini
Dio yang berada di dalam pelukan Yvonne tampak gelisah. Dio menggerakkan kedua tangan dan kakinya sambil merintih kecil. Sesekali Dio terlihat cemberut, tetapi tidak menangis.Dio terlihat resah karena tidak enak badan.Yvonne mengecup pipi Dio, lalu bertanya kepada Samantha, "Kapan Ibu menyadari Dio sakit?"Samantha menjawab, "Nggak lama sebelum menelepon kamu."Yvonne mengangguk, sekarang mereka hanya bisa menunggu hasil pengecekan darah.Sembari menunggu hasil cek darah, Yvonne membawa Dio ke lorong yang sepi. Yvonne berharap suasana yang tenang dapat membuat Dio merasa lebih baik.Namun kenyataan berbeda dengan harapan, Dio malah menangis semakin keras. Dio masih kecil, dia belum bisa berbicara dan mengungkapkan bagian tubuh yang sakit. Dia hanya bisa menangis untuk mengutarakan perasaannya.Yvonne tahu Dio pasti menderita, tapi sekarang tak banyak hal yang bisa dilakukan."Bu, aku mau minta dokter untuk memeriksa Dio sebentar. Ibu tolong tunggu hasil pemeriksaan darahnya, ya!" Yvo
"Aku dengar Dio sakit? Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Niko.Yvonne berpura-pura tidak terjadi apa-apa, nada bicaranya terdengar datar. "Siapa yang bilang Dio lagi sakit?""Kata Bibi Samantha," jawab Niko.Yvonne berpura-pura terkejut. "Ibuku?"Seketika sebuah ide pun terbesit di kepala Yvonne. Dia menemukan cara untuk membongkar kebohongan Niko."Apakah Dio benar-benar sakit?" Niko mendesak Yvonne untuk menjawab pertanyaannya.Tatapan Yvonne terlihat dingin dan tajam, dia mengira kalau Niko berbeda dengan Kayla. Selama ini Yvonne berusaha mendukung dan menganggap Niko sebagai bagian dari Keluarga Staford, tapi nyatanya ...."Iya," jawab Yvonne.Niko bertanya dengan cemas, "Parah, nggak?""Sekarang kami lagi di rumah sakit. Kalau kamu khawatir, datanglah untuk menjenguknya," jawab Yvonne."Oke, di rumah sakit apa? Aku ke sana sekarang."Yvonne memberikan alamat rumah sakit kepada Niko, lalu menutup teleponnya dan langsung menghubungi Shawn."Halo?""Apakah kamu bisa mengirimkan b