Share

Bab 234

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Ini fotomu?" tanya Shawn.

Yvonne mengangguk. "Iya. Kalau nggak salah waktu aku berusia 6 atau 7 tahun."

Shawn refleks tersenyum saat melihat foto tersebut.

"Kenapa kamu tersenyum gitu?" tanya Yvonne.

Yvonne berpikir, apakah Shawn sedang mentertawakan perawakannya saat kecil?

Shawn mengembalikan foto tersebut kepada Yvonne. "Kamu yakin ini fotomu?"

Ternyata foto di dalam bingkai telah diganti dengan foto Dio.

"Pasti Ibu yang ganti fotonya," jawab Yvonne sambil meletakkan kembali bingkai fotonya.

Selain Samantha, siapa lagi yang kepikiran untuk mengganti foto Yvonne dengan foto Dio?

"Yvonne," kata Shawn sambil memperhatikan foto tersebut. "Bagaimana kalau kita pindah kembali ke rumahku?"

"Em, aku setuju." Yvonne mengangguk tanpa ragu.

"Yvonne, kamu sudah kembali?" Tiba-tiba terdengar suara Samantha yang diikuti langkah kaki.

Yvonne bergegas bangkit dari tempat tidur. Mungkin karena Shawn berada di kamar, Yvonne merasa bersalah dan seperti tertangkap basah sedang melakukan hal buruk.

Nam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 235

    Yvonne tak bisa berkata-kata melihat Shawn yang memaksanya masuk ke dalam mobil."Sikapmu sangat kekanak-kanakan." Yvonne tersenyum tak berdaya.Di balik sikap Shawn yang dingin, ternyata dia juga memiliki sisi yang menggemaskan. Suasana di dalam mobil sangat tenang, mereka berdua tidak berbicara.Meskipun Shawn dan Yvonne tidak bergeming, suasana terasa rileks dan penuh cinta. Mereka kelihatan seperti sepasang kekasih yang baru berpacaran, siapa pun yang melihatnya ikut berbahagia.Setibanya di kantor, Shawn memarkir mobil dan berkata, "Ayo, ikut ke ruanganku."Yvonne bingung, untuk apa Shawn mengajaknya ke kantor? Apakah Shawn ingin minta ditemani bekerja?Tingkah Shawn sangat konyol, entah apa yang dipikirkan pria ini? Namun Yvonne tidak risih, dia justru senang melihat manjanya Shawn.Mereka melewati lobi kantor, lalu masuk ke dalam lift dan naik ke ruangan Shawn. Ketika melewati meja sekretaris, Shawn memerintahkan, "Bawakan dua cangkir kopi.""Biar aku saja." Yvonne bertanya samb

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 236

    Caroline ketakutan, hari ini dia memang lancang dan nekat datang menemui Shawn. Namun Caroline tidak menyangka akan bertemu dengan Yvonne di sini."Aku ...," kata Caroline berusaha membela diri.Caroline ingin menjelaskan, tapi Shawn enggan untuk mendengarkannya. "Usir dia!""Baik," jawab sekretaris tersebut."Silakan pergi!" Sekretaris berjalan ke hadapan Caroline dan mengusirnya.Caroline masih berusaha menjelaskan kepada Shawn, "Aku nggak memukul dia."Shawn mengacuhkan Caroline, lalu memeluk Yvonne dan beranjak pergi. Ketika membalikkan badan, tiba-tiba Shawn berkata, "Kalau hal semacam ini terulang lagi, aku akan langsung memecatmu."Caroline telah berusaha keras, kenapa Shawn masih tidak menyukainya? Apakah Yvonne menghasut Shawn? Bukankah Yvonne telah diusir, kenapa dia masih menggoda Shawn?Wanita jalang! Yvonne pasti menggunakan kecantikannya untuk memperdaya Shawn.Caroline mengepalkan tangan, dia sangat membenci Yvonne.Setelah kembali ke ruangan, Shawn mengambil beberapa he

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 237

    "Aku menyukaimu," kata Yvonne dengan tersipu malu.Kemudian Yvonne mendorong Shawn dan berusaha melepaskan pelukannya. "Lepaskan aku, aku nggak bisa bernapas.""Tidak mau." Shawn tersenyum.Yvonne mengomel, "Kamu mau membuatku pingsan karena kehabisan napas?""Aku tidak akan membiarkanmu pingsan." Shawn menundukkan kepala dan mengecup kening Yvonne.Shawn mengecupnya dengan lembut dan pelan, seperti sensasi angin sepoi-sepoi yang menggelitik hati.Yvonne menyandarkan kepalanya di dada Shawn. Shawn adalah satu-satunya pria yang mampu membuat Yvonne jatuh cinta.Tidak disangka, kedua orang yang saling membenci ternyata malah ditakdirkan bersama. Mungkin ini yang dinamakan takdir, cinta bisa berlabuh kepada siapa pun tanpa disangka-sangka."Zzz ...." Ponsel Shawn bergetar.Yvonne langsung melepakan pelukannya dan berkata, "Ponselmu bergetar."Shawn mendengarnya, tapi dia malas menjawabnya. Yvonne mengambil ponsel tersebut, dia melihat nama Xavier yang tertera di dalam layar."Xavier telep

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 238

    Shawn tidak menghiraukan Graham yang marah, dia langsung membuang robekan kertas ke tong sampah. "Kami berdua bisa mengurus buku pernikahannya sendiri, Kakek tidak perlu repot-repot."Shawn beranjak ke sofa yang ada di depan Graham, lalu duduk sambil menyilangkan kakinya. "Kakek datang hanya untuk memberikan surat perceraian? Aku sudah melihatnya, Kakek juga sudah mengetahui sikapku."Raut wajah Graham terlihat sangat muram. "Kamu sadar sedang berbicara dengan siapa?"Tanpa menunggu Shawn menjawab, Graham lanjut berkata, "Kamu sudah lihat beritanya, 'kan? Apa untungnya membuat keributan sampai sebesar ini?""Jadi ... maksud Kakek aku harus diam saja melihat anak dan istriku diculik Thiago?" Shawn menjawab Graham dengan pertanyaan yang menusuk.Graham tersentak, dia tak dapat menjawab Shawn. Graham salah perhitungan, dia yang membuat Shawn bertindak setega ini.Kesabaran Shawn telah habis, rasa hormatnya terhadap Graham pun pudar.Selama ini Shawn tidak sepenuhnya memercayai Graham. Sha

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 239

    Jackal tidak berani bergeming, dia langsung menutup mulutnya.Graham mendengus dingin. "Kalau aku meninggal, kamu tahu sendiri apa yang akan terjadi kepada Ruben. Hal pertama yang bakal dilakukan Shawn adalah menghabisi mereka."Jackal menunduk."Selagi masih hidup, aku terpaksa harus mengambil kekuasaannya." Graham mengernyit.Jika Shawn tidak memiliki kekuasaan sebesar sekarang, dia tidak akan bisa menghancurkan Ruben dengan mudah."Selama beberapa tahun ini Tuan Shawn yang mengurus perusahaan. Meskipun Anda adalah salah satu komisaris utama, Anda sudah lama tidak mencampuri masalah perusahaan. Hmm, apakah Anda yakin bisa merebut kembali kekuasaan?" Jackal tidak terlalu mendukung rencana Graham.Menurut Jackal, sebaiknya Graham bermain cantik, jangan melawan Shawn secara terang-terangan."Aku hanya menyerahkan perusahaan, aku belum menyerahkan seluruh saham kepadanya," jawab Graham.Untuk berjaga-jaga, Graham menahan seluruh saham yang rencananya akan diwariskan kepada Shawn. Graham

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 240

    "Ternyata Pak Shawn telah mempersiapkan semuanya?" Xavier terkejut sesaat menyadarinya.Setelah mengetahui rencana Shawn, Xavier pun merasa lebih tenang. Dengan begitu, tidak ada yang perlu mereka takutkan."Aku tidak nyangka Pak Graham setega ini," kata Xavier dengan suara pelan.Graham bahkan tega mengancam Shawn untuk mengambil kembali semua kekuasaan yang diberikan.Ekspresi Shawn terlihat datar. Dia tidak merasa bangga ataupun bahagia, yang dirasakannya hanyalah kekecewaan yang mendalam.Melihat ekspresi Shawn, Yvonne dapat menebak apa yang sedang dipikirkannya. Yvonne pun inisiatif menggenggam tangan Shawn dan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."Meskipun semua orang mengkhianati dan meninggalkan Shawn, Yvonne akan selalu berada di sampingnya.Shawn menatap Yvonne, lalu memeluknya dengan erat. Mereka berdua saling berpelukan, seolah dunia hanya milik berdua.Xavier bergegas menundukkan kepala dan pergi meninggalkan ruangan Shawn. Setelah menutup pintu, Xavier juga ber

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 241

    Yvonne tercengang mendengar ucapan Samantha. Dia tidak menyangka bahwa Samantha akan merestui hubungan mereka secepat ini."Bu, terima kasih." Yvonne langsung memeluk Samantha.Samantha tersenyum sambil menepuk pundak Yvonne. "Ngapain sungkan-sungkan sama Ibu? Aku adalah ibumu, tentu saja aku mengharapkan yang terbaik.""Aku tidak buta, aku melihat kalian ...," Samantha berbisik di telinga Yvonne.Yvonne tersipu malu, lalu berteriak dengan manja, "Ibu!""Sudah, sudah, aku mau masak dulu. Yang penting kamu bahagia," kata Samantha."Ibu tenang saja," jawab Yvonne."Em, Ibu masak dulu." Samantha tersenyum dan melepaskan pelukan Yvonne.Yvonne kembali ke sofa. Shawn tidak berani menggendong Dio, dia duduk di samping sambil mengamati anaknya.Kedua mata Dio yang indah tampak menatap Shawn dengan berbinar-binar. Dio tidak menangis, dia menatap Shawn sambil tersenyum tipis. Mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata.Yvonne menuangkan segelas air sambil bertanya, "Kalian ngapain bertatapan k

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 242

    "Iya, kamu adalah konglomerat," jawab Shawn sambil tersenyum.Samantha ikut bahagia melihat kemesraan Shawn dan Yvonne. Samantha bersyukur, akhirnya Yvonne menemukan kebahagiaannya. Dengan begitu, Dio juga memiliki keluarga yang utuh."Cepat makan." Samantha memanggil Shawn dan Yvonne sebelum hidangannya."Begitu ada informasi mengenai Niko, segera hubungi aku," kata Shawn kepada Xavier."Baik, Pak."Setelah menutup teleponnya, Shawn dan Yvonne beranjak ke meja makan. Dia sedang tidur ketika yang lainnya makan malam."Aku tidak tahu selera makananmu, semoga kamu suka masakannya. Jangan sungkan-sungkan, ayo makan." Samantha memberikan semangkuk sup kepada Shawn.Tampaknya Samantha mulai membuka hati untuk menerima keberadaan Shawn.Shawn terharu melihat kemurahan hati Samantha. Suasana kekeluargaan seperti ini telah lama dirindukan Shawn."Setelah aku dan Yvonne mengurus administrasi pernikahan, tolong pilihkan tanggal yang baik untuk kami melangsungkan pesta." Shawn meminta tolong kepa

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status