Yvonne tak bisa berkata-kata melihat Shawn yang memaksanya masuk ke dalam mobil."Sikapmu sangat kekanak-kanakan." Yvonne tersenyum tak berdaya.Di balik sikap Shawn yang dingin, ternyata dia juga memiliki sisi yang menggemaskan. Suasana di dalam mobil sangat tenang, mereka berdua tidak berbicara.Meskipun Shawn dan Yvonne tidak bergeming, suasana terasa rileks dan penuh cinta. Mereka kelihatan seperti sepasang kekasih yang baru berpacaran, siapa pun yang melihatnya ikut berbahagia.Setibanya di kantor, Shawn memarkir mobil dan berkata, "Ayo, ikut ke ruanganku."Yvonne bingung, untuk apa Shawn mengajaknya ke kantor? Apakah Shawn ingin minta ditemani bekerja?Tingkah Shawn sangat konyol, entah apa yang dipikirkan pria ini? Namun Yvonne tidak risih, dia justru senang melihat manjanya Shawn.Mereka melewati lobi kantor, lalu masuk ke dalam lift dan naik ke ruangan Shawn. Ketika melewati meja sekretaris, Shawn memerintahkan, "Bawakan dua cangkir kopi.""Biar aku saja." Yvonne bertanya samb
Caroline ketakutan, hari ini dia memang lancang dan nekat datang menemui Shawn. Namun Caroline tidak menyangka akan bertemu dengan Yvonne di sini."Aku ...," kata Caroline berusaha membela diri.Caroline ingin menjelaskan, tapi Shawn enggan untuk mendengarkannya. "Usir dia!""Baik," jawab sekretaris tersebut."Silakan pergi!" Sekretaris berjalan ke hadapan Caroline dan mengusirnya.Caroline masih berusaha menjelaskan kepada Shawn, "Aku nggak memukul dia."Shawn mengacuhkan Caroline, lalu memeluk Yvonne dan beranjak pergi. Ketika membalikkan badan, tiba-tiba Shawn berkata, "Kalau hal semacam ini terulang lagi, aku akan langsung memecatmu."Caroline telah berusaha keras, kenapa Shawn masih tidak menyukainya? Apakah Yvonne menghasut Shawn? Bukankah Yvonne telah diusir, kenapa dia masih menggoda Shawn?Wanita jalang! Yvonne pasti menggunakan kecantikannya untuk memperdaya Shawn.Caroline mengepalkan tangan, dia sangat membenci Yvonne.Setelah kembali ke ruangan, Shawn mengambil beberapa he
"Aku menyukaimu," kata Yvonne dengan tersipu malu.Kemudian Yvonne mendorong Shawn dan berusaha melepaskan pelukannya. "Lepaskan aku, aku nggak bisa bernapas.""Tidak mau." Shawn tersenyum.Yvonne mengomel, "Kamu mau membuatku pingsan karena kehabisan napas?""Aku tidak akan membiarkanmu pingsan." Shawn menundukkan kepala dan mengecup kening Yvonne.Shawn mengecupnya dengan lembut dan pelan, seperti sensasi angin sepoi-sepoi yang menggelitik hati.Yvonne menyandarkan kepalanya di dada Shawn. Shawn adalah satu-satunya pria yang mampu membuat Yvonne jatuh cinta.Tidak disangka, kedua orang yang saling membenci ternyata malah ditakdirkan bersama. Mungkin ini yang dinamakan takdir, cinta bisa berlabuh kepada siapa pun tanpa disangka-sangka."Zzz ...." Ponsel Shawn bergetar.Yvonne langsung melepakan pelukannya dan berkata, "Ponselmu bergetar."Shawn mendengarnya, tapi dia malas menjawabnya. Yvonne mengambil ponsel tersebut, dia melihat nama Xavier yang tertera di dalam layar."Xavier telep
Shawn tidak menghiraukan Graham yang marah, dia langsung membuang robekan kertas ke tong sampah. "Kami berdua bisa mengurus buku pernikahannya sendiri, Kakek tidak perlu repot-repot."Shawn beranjak ke sofa yang ada di depan Graham, lalu duduk sambil menyilangkan kakinya. "Kakek datang hanya untuk memberikan surat perceraian? Aku sudah melihatnya, Kakek juga sudah mengetahui sikapku."Raut wajah Graham terlihat sangat muram. "Kamu sadar sedang berbicara dengan siapa?"Tanpa menunggu Shawn menjawab, Graham lanjut berkata, "Kamu sudah lihat beritanya, 'kan? Apa untungnya membuat keributan sampai sebesar ini?""Jadi ... maksud Kakek aku harus diam saja melihat anak dan istriku diculik Thiago?" Shawn menjawab Graham dengan pertanyaan yang menusuk.Graham tersentak, dia tak dapat menjawab Shawn. Graham salah perhitungan, dia yang membuat Shawn bertindak setega ini.Kesabaran Shawn telah habis, rasa hormatnya terhadap Graham pun pudar.Selama ini Shawn tidak sepenuhnya memercayai Graham. Sha
Jackal tidak berani bergeming, dia langsung menutup mulutnya.Graham mendengus dingin. "Kalau aku meninggal, kamu tahu sendiri apa yang akan terjadi kepada Ruben. Hal pertama yang bakal dilakukan Shawn adalah menghabisi mereka."Jackal menunduk."Selagi masih hidup, aku terpaksa harus mengambil kekuasaannya." Graham mengernyit.Jika Shawn tidak memiliki kekuasaan sebesar sekarang, dia tidak akan bisa menghancurkan Ruben dengan mudah."Selama beberapa tahun ini Tuan Shawn yang mengurus perusahaan. Meskipun Anda adalah salah satu komisaris utama, Anda sudah lama tidak mencampuri masalah perusahaan. Hmm, apakah Anda yakin bisa merebut kembali kekuasaan?" Jackal tidak terlalu mendukung rencana Graham.Menurut Jackal, sebaiknya Graham bermain cantik, jangan melawan Shawn secara terang-terangan."Aku hanya menyerahkan perusahaan, aku belum menyerahkan seluruh saham kepadanya," jawab Graham.Untuk berjaga-jaga, Graham menahan seluruh saham yang rencananya akan diwariskan kepada Shawn. Graham
"Ternyata Pak Shawn telah mempersiapkan semuanya?" Xavier terkejut sesaat menyadarinya.Setelah mengetahui rencana Shawn, Xavier pun merasa lebih tenang. Dengan begitu, tidak ada yang perlu mereka takutkan."Aku tidak nyangka Pak Graham setega ini," kata Xavier dengan suara pelan.Graham bahkan tega mengancam Shawn untuk mengambil kembali semua kekuasaan yang diberikan.Ekspresi Shawn terlihat datar. Dia tidak merasa bangga ataupun bahagia, yang dirasakannya hanyalah kekecewaan yang mendalam.Melihat ekspresi Shawn, Yvonne dapat menebak apa yang sedang dipikirkannya. Yvonne pun inisiatif menggenggam tangan Shawn dan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."Meskipun semua orang mengkhianati dan meninggalkan Shawn, Yvonne akan selalu berada di sampingnya.Shawn menatap Yvonne, lalu memeluknya dengan erat. Mereka berdua saling berpelukan, seolah dunia hanya milik berdua.Xavier bergegas menundukkan kepala dan pergi meninggalkan ruangan Shawn. Setelah menutup pintu, Xavier juga ber
Yvonne tercengang mendengar ucapan Samantha. Dia tidak menyangka bahwa Samantha akan merestui hubungan mereka secepat ini."Bu, terima kasih." Yvonne langsung memeluk Samantha.Samantha tersenyum sambil menepuk pundak Yvonne. "Ngapain sungkan-sungkan sama Ibu? Aku adalah ibumu, tentu saja aku mengharapkan yang terbaik.""Aku tidak buta, aku melihat kalian ...," Samantha berbisik di telinga Yvonne.Yvonne tersipu malu, lalu berteriak dengan manja, "Ibu!""Sudah, sudah, aku mau masak dulu. Yang penting kamu bahagia," kata Samantha."Ibu tenang saja," jawab Yvonne."Em, Ibu masak dulu." Samantha tersenyum dan melepaskan pelukan Yvonne.Yvonne kembali ke sofa. Shawn tidak berani menggendong Dio, dia duduk di samping sambil mengamati anaknya.Kedua mata Dio yang indah tampak menatap Shawn dengan berbinar-binar. Dio tidak menangis, dia menatap Shawn sambil tersenyum tipis. Mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata.Yvonne menuangkan segelas air sambil bertanya, "Kalian ngapain bertatapan k
"Iya, kamu adalah konglomerat," jawab Shawn sambil tersenyum.Samantha ikut bahagia melihat kemesraan Shawn dan Yvonne. Samantha bersyukur, akhirnya Yvonne menemukan kebahagiaannya. Dengan begitu, Dio juga memiliki keluarga yang utuh."Cepat makan." Samantha memanggil Shawn dan Yvonne sebelum hidangannya."Begitu ada informasi mengenai Niko, segera hubungi aku," kata Shawn kepada Xavier."Baik, Pak."Setelah menutup teleponnya, Shawn dan Yvonne beranjak ke meja makan. Dia sedang tidur ketika yang lainnya makan malam."Aku tidak tahu selera makananmu, semoga kamu suka masakannya. Jangan sungkan-sungkan, ayo makan." Samantha memberikan semangkuk sup kepada Shawn.Tampaknya Samantha mulai membuka hati untuk menerima keberadaan Shawn.Shawn terharu melihat kemurahan hati Samantha. Suasana kekeluargaan seperti ini telah lama dirindukan Shawn."Setelah aku dan Yvonne mengurus administrasi pernikahan, tolong pilihkan tanggal yang baik untuk kami melangsungkan pesta." Shawn meminta tolong kepa