Share

Bab 226

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Entah sejak kapan Graham naik ke atas kapal. Ketika melihat Olivia yang ingin menampar Yvonne, Graham langsung berteriak untuk menghentikannya.

Sesaat menoleh, Olivia terkejut melihat keberadaan Graham. Olivia masih mengingat Graham. Saat berada di rumah sakit, Thiago bersikap sangat sopan kepada Graham.

Olivia langsung menurunkan tangannya dan mundur ke belakang Thiago.

Graham berjalan ke arah Thiago sambil memegang tongkat. "Ikut aku!"

Sebagai seorang cucu, Thiago tidak mungkin membantah perintah Graham. Sebelum pergi, Thiago memberikan isyarat kepada para pengawalnya untuk mengawasi Yvonne.

Para pengawal mengangguk, lalu menahan Yvonne.

Sesampainya di dalam kontainer, Graham berkata kepada Thiago, "Mumpung belum terlambat, lepaskan Yvonne dan anaknya ...."

"Mumpung belum terlambat? Apa maksud Kakek?" Thiago memotong ucapan Graham.

Tanpa menunggu Graham menjawab, Thiago melanjutkan, "Memangnya Kakek bisa membujuk Shawn?"

Seketika ekspresi Graham langsung berubah menjadi masam. "Asalk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 227

    Saking marahnya, sekujur tubuh Yvonne sampai bergetar hebat.Kemudian Yvonne meletakkan Dio ke atas tempat tidur, lalu berjalan ke hadapan Thiago dan menampar wajahnya. Gerakan Yvonne terlalu cepat, semua orang tercengang saat melihat Yvonne menampar Thiago.Ketika salah seorang pengawal ingin menghentikan Yvonne, dia terlambat dan membeku di tempat."Plak!" Terdengar suara tamparan yang nyaring.Saking kerasnya tamparan yang dilayangkan, tangan Yvonne sampai mati rasa. Yvonne mengerahkan seluruh tenaganya untuk memukul Thiago."Yvonne!" Olivia marah melihat Yvonne menampar Thiago. Olivia mendorong Yvonne sambil membentaknya, "Beraninya kamu menampar Thiago!"Yvonne menjawab dengan kedua mata memerah, "Kenapa aku harus takut? Kalau terjadi sesuatu kepada anakku, aku akan menghabisinya!""Kalau kamu berani menyentuhnya, aku nggak akan melepaskanmu!" Olivia memelototi Yvonne.Setelah mengetahui bahwa Thiago mengakhiri hubungan mereka untuk melindunginya, Olivia makin mencintai Thiago. Ol

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 228

    Yvonne panik dan berusaha mengentakkan kakinya. Namun dia tidak berdaya, kedua tangan dan kakinya dipegang dengan erat.Yvonne sangat ketakutan dan berteriak, "Tolong, tolong!"Yvonne tak bisa tenang, kondisi ini tidak mengizinkannya untuk bersikap tenang. Jumlah pengawal ini terlalu banyak, mereka semua menatap Yvonne seperti binatang buas yang haus akan darah."Ayo, teriak lebih keras! Aku malah makin bersemangat." Kepala pengawal melepaskan pakaiannya sendiri.Ketika hendak kembali menindih Yvonne, terdengar dentuman pintu kontainar yang ditendang.Kepala pengawal berkata dengan kesal, "Orang buta mana yang ...."Sebelum sempat menyelesaikan ucapannya, tampak sebuah bayangan hitam yang memelesat di hadapannya. Dalam sekejap mata, kepala pengawal pun terpental hingga menabrak pelat besi kontainer dan jatuh sambil merintih kesakitan."Siapa kalian?"Kemunculan orang-orang asing ini terlalu tiba-tiba. Para pengawal Thiago belum menyadari bahaya yang dihadapi, mereka malah bertanya deng

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 229

    Ketika Yvonne dan Shawn meninggalkan kontainer, mereka berpapasan dengan Thiago yang berlari mendekat.Sesaat mendengar keributan yang terjadi, Thiago buru-buru datang untuk mengecek apa yang terjadi.Begitu melihat Shawn yang berhasil menyelamatkan Yvonne dan anaknya, raut wajah Thiago langsung berubah menjadi masam. "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"Tadinya Thiago yakin kalau Shawn tidak mungkin bisa menemukan tempat ini. Thiago tahu jelas bagaimana cara Xavier menyelidiki sesuatu, makanya dia yakin kalau Xavier tidak akan pernah menemukannya.Thiago bingung, bagaimana cara Xavier menemukan tempat ini? Apakah Thiago melakukan kesalahan yang menyebabkan keberadaannya terungkap?Tiba-tiba Olivia menyadari sesuatu, dia menatap Yvonne dan bertanya, "Kamu pelakunya? Saat berada di dalam taksi, kamu sempat mengeluarkan ponselmu. Kamu yang membocorkannya?"Thiago menggertakkan giginya. "Kamu telah merusak rencana indahku!"Yvonne menjawab dengan ketus, "Rencana indah? Semua perbua

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 230

    Suara sirene semakin dekat, para penjudi yang sedang asyik bermain di dalam kontainer pun panik dan berlari keluar. Saat melihat Thiago, mereka pun bertanya, "Kenapa ada suara sirene polisi?"Kasino ini adalah judi ilegal. Mereka semua panik karena takut tertangkap."Kalau nggak mau tertangkap, tutup mulut kalian!" bentak Thiago.Thiago mendorong kerumunan yang menghalanginya, lalu berjalan ke hadapan Shawn dan berkata, "Kalau sampai masalah ini tersebar, reputasimu juga jadi taruhannya! Jangan lupa, kamu adalah anggota Keluarga Jamison. Apakah kamu nggak takut merusak nama baik keluarga?"Judi adalah bisnis yang ilegal, tetapi Thiago malah mendirikan kasino secara diam-diam. Semua orang mengetahui identitas Thiago. Jika masalah ini sampai tersebar, Thiago akan diadili dan kemungkinan dipenjara. Sebagai salah satu anggota Keluarga Jamison, Shawn tentu juga akan terkena imbasnya."Apakah kamu nggak berpikir sebelum bertindak?" tanya Thiago.Shawn menatapnya sambil menyeringai sinis. "Ap

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 231

    Dokter sontak terkejut, dia ketakutan melihat tatapan Shawn. "Di bagian poli anak ada susu formula. Mari, aku antar ke sana."Yvonne mengangguk. Sayangnya Dio juga menolak untuk meminum susu formula yang disediakan rumah sakit. Dia menangis hingga tenggorokannya serak.Sebagai seorang ibu, Yvonne langsung menyadari bahwa Dio tidak menyukai rasa susu ini. Tak ada cara lain, Dio terpaksa harus menahan rasa laparnya hingga tiba di rumah Keluarga Staford.Di dalam perjalanan, Shawn kelihatan cemas dan gugup. "Apakah anak kita baik-baik saja?"Ini adalah pertama kalinya Shawn berinteraksi dengan anak bayi. Masalahnya Dio belum bisa berbicara, Shawn sendiri pun tidak tahu harus berbuat apa."Cepat sedikit!" Shawn mendesak sopirnya.Sopir pun tak berdaya, jalanan agak ramai dan macet. Bagaimanapun, keselamatan adalah nomor satu.Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya mereka tiba di rumah Keluarga Staford.Di rumah tidak ada orang. Niko pergi ke kantor, sedangkan Samantha entah pergi

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 232

    Shawn berdiri dengan tegak dan menjawab dengan lantang, "Benar!"Seketika ekspresi Graham sontak terlihat muram. Hal yang paling berharga bagi Graham adalah kehormatan dan reputasi Keluarga Jamison.Graham menyerahkan seluruh harta Keluarga Jamison kepada Shawn untuk meredakan kemarahannya. Bagaimanapun Graham tidak ingin aib keluarganya tersebar dan menjadi bahan gosip masyarakat. Graham takut kalau Shawn akan memperbesar masalah yang ada di dalam keluarga ini."Kamu sadar dengan tindakanmu?" Graham jarang bersikap keras di hadapan Shawn. Bisa dibilang ini adalah pertama kalinya.Shawn menyeringai sinis, senyumannya tampak dingin dan dipenuhi ketidakpuasan. "Kakek tahu Thiago menculik istri dan anakku, tapi Kakek tidak mencegahnya atau memberitahuku. Aku justru ingin tanya, apa maksud Kakek menelantarkan anak dan istriku? Apakah Kakek mendukung perbuatan Thiago? Atau jangan-jangan Kakek ikut membantu Thiago?"Graham terkejut mendengar pertanyaan Shawn. "Kamu ... kamu tahu dari mana?"

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 233

    Yvonne mengangkat kedua alisnya, dia tidak memercayai ucapan Shawn.Jika memang tidak ada apa-apa, kenapa Jackal terus-menerus menelepon dan mendesak Shawn? Namun karena Shawn tidak mau bercerita, Yvonne juga tak ingin memaksanya."Kamu nggak ke kantor?" tanya Yvonne."Tidak." Tiba-tiba Shawn langsung memeluk Yvonne. Awalnya Yvonne berusaha memberontak, tetapi Shawn malah mendekapnya makin erat. "Jangan bergerak, aku cuma ingin memelukmu sebentar."Yvonne tertegun, dia diam dan berhenti memberontak. Yvonne duduk, sedangkan Shawn memeluknya sambil berdiri. Saat didekap, wajah Yvonne menempel di bagian perut Shawn.Yvonne dapat merasakan kesedihan di diri Shawn. Yvonne pun mengulurkan tangannya dan memeluk pinggang Shawn sambil bertanya, "Ada apa?"Shawn tidak menjawab, dia terus mengusap kepala Yvonne. Dengan memeluk Yvonne, hati Shawn terasa lebih hangat dan tenang."Untungnya kamu adalah wanita pada malam itu," kata Shawn dengan suara kecil.Sekujur tubuh Yvonne sontak terasa membeku.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 234

    "Ini fotomu?" tanya Shawn.Yvonne mengangguk. "Iya. Kalau nggak salah waktu aku berusia 6 atau 7 tahun."Shawn refleks tersenyum saat melihat foto tersebut."Kenapa kamu tersenyum gitu?" tanya Yvonne.Yvonne berpikir, apakah Shawn sedang mentertawakan perawakannya saat kecil?Shawn mengembalikan foto tersebut kepada Yvonne. "Kamu yakin ini fotomu?"Ternyata foto di dalam bingkai telah diganti dengan foto Dio."Pasti Ibu yang ganti fotonya," jawab Yvonne sambil meletakkan kembali bingkai fotonya.Selain Samantha, siapa lagi yang kepikiran untuk mengganti foto Yvonne dengan foto Dio?"Yvonne," kata Shawn sambil memperhatikan foto tersebut. "Bagaimana kalau kita pindah kembali ke rumahku?""Em, aku setuju." Yvonne mengangguk tanpa ragu."Yvonne, kamu sudah kembali?" Tiba-tiba terdengar suara Samantha yang diikuti langkah kaki.Yvonne bergegas bangkit dari tempat tidur. Mungkin karena Shawn berada di kamar, Yvonne merasa bersalah dan seperti tertangkap basah sedang melakukan hal buruk.Nam

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status