Yvonne berpikir, apakah dia gelisah karena merindukan Shawn?Kenapa keberadaan Shawn memengaruhi suasana hati Yvonne?Tidak, tidak boleh dibiarkan! Yvonne masih tidak mau mengakuinya.Meskipun fakta telah terpampang, Yvonne masih berusaha menyangkal perasaannya. Bagaimana mungkin Yvonne menyukai pria yang selalu menyiksa dan telah membunuh janinnya?Yvonne menggelengkan kepala, dia berusaha menepis wajah Shawn dari pikirannya. Namun semakin disangkal, perasaan tersebut malah makin kuat."Non, Tuan sudah pulang, lagi ada di kamar. Tuan tidak mencarimu?" tanya Leah."Dia sudah pulang?" Yvonne tertegun.Leah mengangguk.Yvonne melihat ke arah kamar Shawn, dia ragu apakah harus pergi untuk menemui Shawn?Setelah pergolakan panjang, Yvonne memutuskan untuk menemui Shawn di kamarnya.Pintu kamar Shawn tidak ditutup. Yvonne membuka pintunya secara perlahan, lalu mengintip untuk mencari keberadaan Shawn.Shawn sedang berdiri, sepertinya dia sedang melihat sesuatu. Begitu pintu dibuka lebar, Yv
Yvonne menjelaskan dengan suara kecil.Saat menyelidiki keberadaan Yvonne, Shawn tidak tahu apa yang Yvonne dan Kayla lakukan di tepi kota. Shawn juga tidak tertarik dan peduli."Apakah kamu terluka?" Shawn terkejut mendengar Kayla yang ingin menyakiti Yvonne.Yvonne menggelengkan kepala.Mengingat leher Roger yang terluka, Shawn menatap Yvonne sambil tersenyum. Yvonne bukanlah wanita lemah yang gampang disakiti.Meskipun pintar dan banyak ide, Yvonne adalah seorang wanita, dia memiliki keterbatasan."Lain kali hati-hati. Kalau terjadi sesuatu, hubungi aku," Shawn berpesan."Em." Kedua mata Yvonne tampak berbinar-binar. "Shawn, aku ...."Yvonne teringat dengan pembicaraan yang terputus tempo hari. Yvonne ingin memberi tahu Shawn mengenai keberadaan Dio."Ada apa?" tanya Shawn.Yvonne menundukkan kepala sambil menyusun kata-kata. "Menyambung bahasan kemarin ....""Em?""Aku ...." Saat Yvonne bicara, tiba-tiba ponselnya bergetar."Apa yang ingin kamu katakan? Jangan takut," kata Shawn sa
Setelah menutup teleponnya, Yvonne keluar dan berpapasan dengan Shawn di tangga.Yvonne dan Shawn bertatapan selama beberapa detik."Kamu mau keluar?" tanya Shawn.Yvonne mengangguk. "Temanku ada masalah, aku harus menemuinya."Melihat Shawn yang juga berpakaian rapi, Yvonne bertanya, "Kamu juga mau keluar?""Em." Shawn berjalan sambil berkata, "Kamu mau ke mana?"Yvonne memberi tahu alamat yang akan dituju. Shawn langsung berhenti, lalu menoleh dan berkata, "Kita mau pergi ke tempat yang sama.""Hah?" Yvonne terkejut, tapi dia tidak heran, Shawn dan Neil memang akrab. "Neil menghubungi kamu?""Iya. Ayo, berangkat sama-sama."Yvonne mengangguk.Shawn menyetir, sedangkan Yvonne duduk di kursi penumpang. Selama perjalanan, mereka berdua tidak berbicara. Mereka ingin mengobrol, tapi tidak ada topik pembicaraan.Setelah beberapa lama, Yvonne berbicara untuk memecah keheningan, "Anas adalah temanku. Dia dan Neil pernah pacaran."Shawn tidak tahu-menahu mengenai kehidupan pribadi Neil. Sesaa
"Iya." Anas tersenyum kecut. "Neil mengakuiku sebagai pacarnya. Alhasil wanita dijodohkan pun marah dan langsung menelepon ibunya Neil. Saat itu kondisinya kacau ...."Meskipun tidak menyaksikan secara langsung, Yvonne bisa membayangkan kejadian saat itu."Lalu? Tapi kok kamu bisa berakhir di rumahnya Neil?" tanya Yvonne."Neil sudah tahu semuanya.""Pada dasarnya kalian memang saling mencintai. Sebenarnya, ada bagusnya juga Neil tahu. Hmm, aku belum cerita ke kamu. Sejak bertemu kamu, setiap hari Neil pergi ke bar dan mabuk-mabukkan. Kamu lihat saja, berat badannya turun drastis," cerita Yvonne.Anas menyadari perubahan Neil. Dulu Neil adalah orang yang ceria, tapi sekarang dia tampak lebih murung.Namun kejadian hari ini membuat ibunya Neil makin membenci Anas. Dulu ibunya Neil merasa Anas terlalu biasa dan tidak pantas bersanding dengan Neil, tapi sekarang ibunya juga merasa kalau Anas adalah wanita yang tidak bisa dipercaya.Anas telah berjanji untuk pergi, tapi pada akhirnya malah
Apakah ketampanan sungguh bisa membutakan?"Aku nggak nyangka bakal menyukai dia. Aku ingin memberi tahu dia soal keberadaan Dio, tapi rasanya aku nggak sanggup buka mulut. Kak, selama ini aku nggak pernah menyesali apa pun yang terjadi di dalam hidupku, tapi sejak bertemu Shawn ... aku menyesal ....""Kamu menyesal melahirkan Dio?" Anas mengangkat alisnya.Yvonne menggelengkan kepala. "Aku menyesali perbuatan malam itu."Yvonne tidak mungkin menyesali keberadaan Dio. Dio adalah permata hatinya.Yvonne menyesal telah memberikan kesuciannya pada pria lain. Dia merasa semua ini tidak adil bagi Shawn.Walaupun Shawn mengatakan tidak keberatan, Yvonne merasa bersalah.Anas berjalan ke samping Yvonne dan memeluknya. "Yvonne, ini hanya pendapatku saja. Kalau pria biasa yang mengatakan tidak keberatan dengan keadaanmu, aku mungkin percaya. Tapi Shawn bukan pria biasa, kamu tahu sendiri siapa dia. Di dunia ini ada banyak wanita yang menginginkannya.""Aku takut kalau dia hanya mempermainkanmu.
"Bagaimana keadaan Neil?" Yvonne menoleh sesaat mendengar suara pintu.Shawn melepaskan kancing kemejanya sambil menjawab, "Kayaknya bakal mengundurkan diri dari rumah sakit dan kembali melanjutkan bisnis keluarga."Yvonne sedih mendengarnya. Neil adalah seorang dokter yang hebat, dia juga mencintai pekerjaannya. Neil pasti sedih harus melepaskan salah satu impiannya ini."Untuk mendapatkan sesuatu, ada hal lain yang harus dikorbankan." Shawn bisa membaca pikiran Yvonne. "Kamu tidak perlu mencemaskan dia."Yvonne membantu Shawn untuk melepaskan kancing kemejanya. "Aku nggak mencemaskan dia, kok."Hari ini Shawn merasa ada yang aneh dengan sikap Yvonne."Kamu mau mandi dulu?" tanya Yvonne."Em." Shawn mengangguk."Aku siapkan airnya." Yvonne beranjak ke kamar mandi.Shawn menarik tangannya dan bertanya, "Apakah kamu ada masalah?""Nggak." Yvonne tersenyum.Yvonne hanya ingin menjalani kehidupannya dengan harmonis. Dia lelah bertengkar terus.Shawn tersentuh melihat kelembutan Yvonne, di
Shawn memeluk tubuh Yvonne yang bergetar hebat dan berusaha menenangkannya. "Ada aku yang menemanimu."Air mata jatuh membasahi pipi Yvonne. Dengan suara terisak dan gemetar, Yvonne berkata, "Aku membencinya, tapi ... kenapa hatiku sakit?""Aku tahu," jawab Shawn.Bagaimanapun Calvin adalah ayahnya, sedikit banyak Yvonne masih menyayanginya."Aku ... mau menemuinya." Yvonne bangkit dengan tergesa-gesa."Tenang, jangan panik." Shawn membantu Yvonne memakai baju."Bagaimana aku nggak panik?" Yvonne berteriak histeris.Karena terlalu emosi, Yvonne melampiaskan kemarahannya kepada Shawn. Meskipun sedih, Yvonne tidak seharusnya meneriaki Shawn. "Maaf, maafkan aku."Tiba-tiba Yvonne memeluk Shawn sambil menangis histeris. Kedua bahu Yvonne sampai bergetar.Shawn memeluk sambil menepuk pundaknya. Setelah merasa lebih tenang, Yvonne mengenakan pakaian dan pergi ke rumah sakit.Yvonne tidak sempat bertemu Calvin untuk terakhir kalinya. Ketika Yvonne tiba, jasad Calvin sudah dibawa ke ruang jena
"Kamu nggak berhak menentukan kepada siapa warisannya akan diberikan. Kayla, aku akan menyelidiki alasan kematian ayahku hingga jelas! Kalau sampai kematiannya berkaitan dengan kamu, aku bersumpah, aku nggak akan melepaskan kamu," kata Yvonne dengan dingin."Kalau kamu berani merebut warisan anakku, aku juga nggak akan melepaskan kamu!" bentak Kayla."Bu ...."Niko ingin melerai Kayla dan Yvonne. Calvin baru meninggal, jenazahnya bahkan masih dingin. Jika melihat Kayla dan Yvonne bertengkar, bagaimana Calvin bisa pergi dengan tenang?"Niko, jangan biarkan otakmu dicuci! Aku adalah ibumu, Yvonne nggak ada hubungan kekeluargaan dengan kita." Kayla tidak senang melihat Niko yang terus membela Yvonne.Kayla merasa Niko bersikap seperti ini adalah karena ulah Calvin. Calvin telah memberikan ajaran yang salah kepada putranya.Bagaimanapun, Niko dan Yvonne adalah saudara tiri, mereka tidak memiliki hubungan darah. Ditambah, Kayla dan Calvin belum menikah. Jadi, sebenarnya Niko dan Yvonne pun