Share

Bab 146

Author: Aku Suka Uang
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Wanita tersebut adalah Caroline. Ketika melihat Shawn, dia juga tak kalah kaget.

Caroline tidak menyangka dapat bertemu dengan Shawn di sini.

Namun sebagai bentuk kesopanan, Caroline tidak berani bersikap sok akrab. Dia harus menjaga sikap di hadapan Graham.

Shawn tidak berbicara, dia duduk dan bersikap seolah tidak ada.

Pria paruh bayah ini adalah Patrick Yacob, teman lama Graham.

Ketika melihat Shawn, Patrick bertanya sambil tersenyum, "Itu cucumu? Cucu yang selalu kamu banggakan?"

Graham menjawab dengan bangga dan tersenyum lebar, "Dia jauh lebih hebat daripada aku."

Graham menoleh ke arah Caroline sambil bertanya kepada Patrick, "Ini cucumu?"

Patrick menghela napas panjang. "Iya. Ayahnya meninggal karena sakit keras, sedangkan ibunya menikah dengan pria lain. Sekarang hanya tinggal kami berdua."

Graham pun ikut menghela napas, dia teringat dengan kepergian ayahnya Shawn.

"Shawn, aku dan Kakek Patrick mau ngobrol sebentar. Tolong temani Caroline ke teman," pinta Graham.

Shawn tahu a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Musyarofah Uye
kok critanya muter2 terus setelah mslh selesai mslh baru datang lg gitu terus,kpn yvone tau kl shawn ayh dr anknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 147

    Kalaupun marah, setidaknya Shawn harus menjelaskan letak kesalahannya pada Xavier.Sekarang Xavier gelisah, dia tidak tahu apa yang membuat Shawn marah."Kok kamu di sini?" Terdengar suara Jackal.Ketika hendak kembali ke ruang tamu, Shawn menghampiri Jackal dan Caroline yang berdiri di depan kamarnya.Sesaat melihat Caroline yang memegang kotak berisi foto-foto ibunya, Shawn pun murka dan mempercepat langkahnya. "Kamu ngapain?"Caroline menjawab dengan tenang, "Aku cuma penasaran sama isi kotak ini.""Cepat! Taruh kembali barangnya, itu kotaknya Tuan Muda," kata Jackal."Ini barangku," Caroline menjawab dengan lantang.Walaupun baru pertama kali melihat barang-barang di kotak ini, Caroline menjawab dengan meyakinkan.Semua ini adalah sandiwara yang diajarkan Graham kepada Caroline. Graham memberi tahu Caroline bahwa Shawn sangat menghargai pemilik dari giok tersebut.Jika Shawn mengira Caroline adalah pemilik dari giok ini, Shawn pasti akan memperlakukannya dengan baik."Apa katamu?"

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 148

    Ketika melihat reaksi Shawn, senyuman Caroline terlihat makin lebar.Shawn bangkit berdiri dan langsung pergi tanpa berpamitan.Di tengah jalan, Shawn menerima telepon dari Graham."Shawn, aku dengan Caroline sempat bekerja di perusahaanmu? Kamu memecatnya karena kinerjanya yang kurang bagus, ya? Shawn, Caroline baru lulus, apakah kamu bisa memberikannya posisi yang bagus untuk belajar?" tanya Graham."Kakek yang mencari wanita itu, 'kan?" tanya Shawn.Walaupun sandiwara mereka sangat bagus, Shawn merasa ada yang janggal. Kemunculan Caroline terlalu tiba-tiba. Saking tiba-tibanya, Shawn sampai meragukan takdir."Apa maksudmu?" Graham berusaha menutupi tindakannya."Kakek, apakah aku kelihatan seperti orang bodoh?" Shawn mendengus dingin. "Kemarin Kakek memintaku untuk menceraikan Yvonne. Sekarang, tiba-tiba Kakek membawa wanita asing untuk dijodohkan denganku. Kakek sengaja, 'kan?"Graham menghela napas, rencananya tidak berjalan semulus yang diinginkan. Shawn memang anak yang cerdas .

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 149

    Yvonne berpikir, apakah dia gelisah karena merindukan Shawn?Kenapa keberadaan Shawn memengaruhi suasana hati Yvonne?Tidak, tidak boleh dibiarkan! Yvonne masih tidak mau mengakuinya.Meskipun fakta telah terpampang, Yvonne masih berusaha menyangkal perasaannya. Bagaimana mungkin Yvonne menyukai pria yang selalu menyiksa dan telah membunuh janinnya?Yvonne menggelengkan kepala, dia berusaha menepis wajah Shawn dari pikirannya. Namun semakin disangkal, perasaan tersebut malah makin kuat."Non, Tuan sudah pulang, lagi ada di kamar. Tuan tidak mencarimu?" tanya Leah."Dia sudah pulang?" Yvonne tertegun.Leah mengangguk.Yvonne melihat ke arah kamar Shawn, dia ragu apakah harus pergi untuk menemui Shawn?Setelah pergolakan panjang, Yvonne memutuskan untuk menemui Shawn di kamarnya.Pintu kamar Shawn tidak ditutup. Yvonne membuka pintunya secara perlahan, lalu mengintip untuk mencari keberadaan Shawn.Shawn sedang berdiri, sepertinya dia sedang melihat sesuatu. Begitu pintu dibuka lebar, Yv

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 150

    Yvonne menjelaskan dengan suara kecil.Saat menyelidiki keberadaan Yvonne, Shawn tidak tahu apa yang Yvonne dan Kayla lakukan di tepi kota. Shawn juga tidak tertarik dan peduli."Apakah kamu terluka?" Shawn terkejut mendengar Kayla yang ingin menyakiti Yvonne.Yvonne menggelengkan kepala.Mengingat leher Roger yang terluka, Shawn menatap Yvonne sambil tersenyum. Yvonne bukanlah wanita lemah yang gampang disakiti.Meskipun pintar dan banyak ide, Yvonne adalah seorang wanita, dia memiliki keterbatasan."Lain kali hati-hati. Kalau terjadi sesuatu, hubungi aku," Shawn berpesan."Em." Kedua mata Yvonne tampak berbinar-binar. "Shawn, aku ...."Yvonne teringat dengan pembicaraan yang terputus tempo hari. Yvonne ingin memberi tahu Shawn mengenai keberadaan Dio."Ada apa?" tanya Shawn.Yvonne menundukkan kepala sambil menyusun kata-kata. "Menyambung bahasan kemarin ....""Em?""Aku ...." Saat Yvonne bicara, tiba-tiba ponselnya bergetar."Apa yang ingin kamu katakan? Jangan takut," kata Shawn sa

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 151

    Setelah menutup teleponnya, Yvonne keluar dan berpapasan dengan Shawn di tangga.Yvonne dan Shawn bertatapan selama beberapa detik."Kamu mau keluar?" tanya Shawn.Yvonne mengangguk. "Temanku ada masalah, aku harus menemuinya."Melihat Shawn yang juga berpakaian rapi, Yvonne bertanya, "Kamu juga mau keluar?""Em." Shawn berjalan sambil berkata, "Kamu mau ke mana?"Yvonne memberi tahu alamat yang akan dituju. Shawn langsung berhenti, lalu menoleh dan berkata, "Kita mau pergi ke tempat yang sama.""Hah?" Yvonne terkejut, tapi dia tidak heran, Shawn dan Neil memang akrab. "Neil menghubungi kamu?""Iya. Ayo, berangkat sama-sama."Yvonne mengangguk.Shawn menyetir, sedangkan Yvonne duduk di kursi penumpang. Selama perjalanan, mereka berdua tidak berbicara. Mereka ingin mengobrol, tapi tidak ada topik pembicaraan.Setelah beberapa lama, Yvonne berbicara untuk memecah keheningan, "Anas adalah temanku. Dia dan Neil pernah pacaran."Shawn tidak tahu-menahu mengenai kehidupan pribadi Neil. Sesaa

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 152

    "Iya." Anas tersenyum kecut. "Neil mengakuiku sebagai pacarnya. Alhasil wanita dijodohkan pun marah dan langsung menelepon ibunya Neil. Saat itu kondisinya kacau ...."Meskipun tidak menyaksikan secara langsung, Yvonne bisa membayangkan kejadian saat itu."Lalu? Tapi kok kamu bisa berakhir di rumahnya Neil?" tanya Yvonne."Neil sudah tahu semuanya.""Pada dasarnya kalian memang saling mencintai. Sebenarnya, ada bagusnya juga Neil tahu. Hmm, aku belum cerita ke kamu. Sejak bertemu kamu, setiap hari Neil pergi ke bar dan mabuk-mabukkan. Kamu lihat saja, berat badannya turun drastis," cerita Yvonne.Anas menyadari perubahan Neil. Dulu Neil adalah orang yang ceria, tapi sekarang dia tampak lebih murung.Namun kejadian hari ini membuat ibunya Neil makin membenci Anas. Dulu ibunya Neil merasa Anas terlalu biasa dan tidak pantas bersanding dengan Neil, tapi sekarang ibunya juga merasa kalau Anas adalah wanita yang tidak bisa dipercaya.Anas telah berjanji untuk pergi, tapi pada akhirnya malah

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 153

    Apakah ketampanan sungguh bisa membutakan?"Aku nggak nyangka bakal menyukai dia. Aku ingin memberi tahu dia soal keberadaan Dio, tapi rasanya aku nggak sanggup buka mulut. Kak, selama ini aku nggak pernah menyesali apa pun yang terjadi di dalam hidupku, tapi sejak bertemu Shawn ... aku menyesal ....""Kamu menyesal melahirkan Dio?" Anas mengangkat alisnya.Yvonne menggelengkan kepala. "Aku menyesali perbuatan malam itu."Yvonne tidak mungkin menyesali keberadaan Dio. Dio adalah permata hatinya.Yvonne menyesal telah memberikan kesuciannya pada pria lain. Dia merasa semua ini tidak adil bagi Shawn.Walaupun Shawn mengatakan tidak keberatan, Yvonne merasa bersalah.Anas berjalan ke samping Yvonne dan memeluknya. "Yvonne, ini hanya pendapatku saja. Kalau pria biasa yang mengatakan tidak keberatan dengan keadaanmu, aku mungkin percaya. Tapi Shawn bukan pria biasa, kamu tahu sendiri siapa dia. Di dunia ini ada banyak wanita yang menginginkannya.""Aku takut kalau dia hanya mempermainkanmu.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 154

    "Bagaimana keadaan Neil?" Yvonne menoleh sesaat mendengar suara pintu.Shawn melepaskan kancing kemejanya sambil menjawab, "Kayaknya bakal mengundurkan diri dari rumah sakit dan kembali melanjutkan bisnis keluarga."Yvonne sedih mendengarnya. Neil adalah seorang dokter yang hebat, dia juga mencintai pekerjaannya. Neil pasti sedih harus melepaskan salah satu impiannya ini."Untuk mendapatkan sesuatu, ada hal lain yang harus dikorbankan." Shawn bisa membaca pikiran Yvonne. "Kamu tidak perlu mencemaskan dia."Yvonne membantu Shawn untuk melepaskan kancing kemejanya. "Aku nggak mencemaskan dia, kok."Hari ini Shawn merasa ada yang aneh dengan sikap Yvonne."Kamu mau mandi dulu?" tanya Yvonne."Em." Shawn mengangguk."Aku siapkan airnya." Yvonne beranjak ke kamar mandi.Shawn menarik tangannya dan bertanya, "Apakah kamu ada masalah?""Nggak." Yvonne tersenyum.Yvonne hanya ingin menjalani kehidupannya dengan harmonis. Dia lelah bertengkar terus.Shawn tersentuh melihat kelembutan Yvonne, di

Latest chapter

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status