Wanita tersebut adalah Caroline. Ketika melihat Shawn, dia juga tak kalah kaget.Caroline tidak menyangka dapat bertemu dengan Shawn di sini.Namun sebagai bentuk kesopanan, Caroline tidak berani bersikap sok akrab. Dia harus menjaga sikap di hadapan Graham.Shawn tidak berbicara, dia duduk dan bersikap seolah tidak ada.Pria paruh bayah ini adalah Patrick Yacob, teman lama Graham.Ketika melihat Shawn, Patrick bertanya sambil tersenyum, "Itu cucumu? Cucu yang selalu kamu banggakan?"Graham menjawab dengan bangga dan tersenyum lebar, "Dia jauh lebih hebat daripada aku."Graham menoleh ke arah Caroline sambil bertanya kepada Patrick, "Ini cucumu?"Patrick menghela napas panjang. "Iya. Ayahnya meninggal karena sakit keras, sedangkan ibunya menikah dengan pria lain. Sekarang hanya tinggal kami berdua."Graham pun ikut menghela napas, dia teringat dengan kepergian ayahnya Shawn."Shawn, aku dan Kakek Patrick mau ngobrol sebentar. Tolong temani Caroline ke teman," pinta Graham.Shawn tahu a
Kalaupun marah, setidaknya Shawn harus menjelaskan letak kesalahannya pada Xavier.Sekarang Xavier gelisah, dia tidak tahu apa yang membuat Shawn marah."Kok kamu di sini?" Terdengar suara Jackal.Ketika hendak kembali ke ruang tamu, Shawn menghampiri Jackal dan Caroline yang berdiri di depan kamarnya.Sesaat melihat Caroline yang memegang kotak berisi foto-foto ibunya, Shawn pun murka dan mempercepat langkahnya. "Kamu ngapain?"Caroline menjawab dengan tenang, "Aku cuma penasaran sama isi kotak ini.""Cepat! Taruh kembali barangnya, itu kotaknya Tuan Muda," kata Jackal."Ini barangku," Caroline menjawab dengan lantang.Walaupun baru pertama kali melihat barang-barang di kotak ini, Caroline menjawab dengan meyakinkan.Semua ini adalah sandiwara yang diajarkan Graham kepada Caroline. Graham memberi tahu Caroline bahwa Shawn sangat menghargai pemilik dari giok tersebut.Jika Shawn mengira Caroline adalah pemilik dari giok ini, Shawn pasti akan memperlakukannya dengan baik."Apa katamu?"
Ketika melihat reaksi Shawn, senyuman Caroline terlihat makin lebar.Shawn bangkit berdiri dan langsung pergi tanpa berpamitan.Di tengah jalan, Shawn menerima telepon dari Graham."Shawn, aku dengan Caroline sempat bekerja di perusahaanmu? Kamu memecatnya karena kinerjanya yang kurang bagus, ya? Shawn, Caroline baru lulus, apakah kamu bisa memberikannya posisi yang bagus untuk belajar?" tanya Graham."Kakek yang mencari wanita itu, 'kan?" tanya Shawn.Walaupun sandiwara mereka sangat bagus, Shawn merasa ada yang janggal. Kemunculan Caroline terlalu tiba-tiba. Saking tiba-tibanya, Shawn sampai meragukan takdir."Apa maksudmu?" Graham berusaha menutupi tindakannya."Kakek, apakah aku kelihatan seperti orang bodoh?" Shawn mendengus dingin. "Kemarin Kakek memintaku untuk menceraikan Yvonne. Sekarang, tiba-tiba Kakek membawa wanita asing untuk dijodohkan denganku. Kakek sengaja, 'kan?"Graham menghela napas, rencananya tidak berjalan semulus yang diinginkan. Shawn memang anak yang cerdas .
Yvonne berpikir, apakah dia gelisah karena merindukan Shawn?Kenapa keberadaan Shawn memengaruhi suasana hati Yvonne?Tidak, tidak boleh dibiarkan! Yvonne masih tidak mau mengakuinya.Meskipun fakta telah terpampang, Yvonne masih berusaha menyangkal perasaannya. Bagaimana mungkin Yvonne menyukai pria yang selalu menyiksa dan telah membunuh janinnya?Yvonne menggelengkan kepala, dia berusaha menepis wajah Shawn dari pikirannya. Namun semakin disangkal, perasaan tersebut malah makin kuat."Non, Tuan sudah pulang, lagi ada di kamar. Tuan tidak mencarimu?" tanya Leah."Dia sudah pulang?" Yvonne tertegun.Leah mengangguk.Yvonne melihat ke arah kamar Shawn, dia ragu apakah harus pergi untuk menemui Shawn?Setelah pergolakan panjang, Yvonne memutuskan untuk menemui Shawn di kamarnya.Pintu kamar Shawn tidak ditutup. Yvonne membuka pintunya secara perlahan, lalu mengintip untuk mencari keberadaan Shawn.Shawn sedang berdiri, sepertinya dia sedang melihat sesuatu. Begitu pintu dibuka lebar, Yv
Yvonne menjelaskan dengan suara kecil.Saat menyelidiki keberadaan Yvonne, Shawn tidak tahu apa yang Yvonne dan Kayla lakukan di tepi kota. Shawn juga tidak tertarik dan peduli."Apakah kamu terluka?" Shawn terkejut mendengar Kayla yang ingin menyakiti Yvonne.Yvonne menggelengkan kepala.Mengingat leher Roger yang terluka, Shawn menatap Yvonne sambil tersenyum. Yvonne bukanlah wanita lemah yang gampang disakiti.Meskipun pintar dan banyak ide, Yvonne adalah seorang wanita, dia memiliki keterbatasan."Lain kali hati-hati. Kalau terjadi sesuatu, hubungi aku," Shawn berpesan."Em." Kedua mata Yvonne tampak berbinar-binar. "Shawn, aku ...."Yvonne teringat dengan pembicaraan yang terputus tempo hari. Yvonne ingin memberi tahu Shawn mengenai keberadaan Dio."Ada apa?" tanya Shawn.Yvonne menundukkan kepala sambil menyusun kata-kata. "Menyambung bahasan kemarin ....""Em?""Aku ...." Saat Yvonne bicara, tiba-tiba ponselnya bergetar."Apa yang ingin kamu katakan? Jangan takut," kata Shawn sa
Setelah menutup teleponnya, Yvonne keluar dan berpapasan dengan Shawn di tangga.Yvonne dan Shawn bertatapan selama beberapa detik."Kamu mau keluar?" tanya Shawn.Yvonne mengangguk. "Temanku ada masalah, aku harus menemuinya."Melihat Shawn yang juga berpakaian rapi, Yvonne bertanya, "Kamu juga mau keluar?""Em." Shawn berjalan sambil berkata, "Kamu mau ke mana?"Yvonne memberi tahu alamat yang akan dituju. Shawn langsung berhenti, lalu menoleh dan berkata, "Kita mau pergi ke tempat yang sama.""Hah?" Yvonne terkejut, tapi dia tidak heran, Shawn dan Neil memang akrab. "Neil menghubungi kamu?""Iya. Ayo, berangkat sama-sama."Yvonne mengangguk.Shawn menyetir, sedangkan Yvonne duduk di kursi penumpang. Selama perjalanan, mereka berdua tidak berbicara. Mereka ingin mengobrol, tapi tidak ada topik pembicaraan.Setelah beberapa lama, Yvonne berbicara untuk memecah keheningan, "Anas adalah temanku. Dia dan Neil pernah pacaran."Shawn tidak tahu-menahu mengenai kehidupan pribadi Neil. Sesaa
"Iya." Anas tersenyum kecut. "Neil mengakuiku sebagai pacarnya. Alhasil wanita dijodohkan pun marah dan langsung menelepon ibunya Neil. Saat itu kondisinya kacau ...."Meskipun tidak menyaksikan secara langsung, Yvonne bisa membayangkan kejadian saat itu."Lalu? Tapi kok kamu bisa berakhir di rumahnya Neil?" tanya Yvonne."Neil sudah tahu semuanya.""Pada dasarnya kalian memang saling mencintai. Sebenarnya, ada bagusnya juga Neil tahu. Hmm, aku belum cerita ke kamu. Sejak bertemu kamu, setiap hari Neil pergi ke bar dan mabuk-mabukkan. Kamu lihat saja, berat badannya turun drastis," cerita Yvonne.Anas menyadari perubahan Neil. Dulu Neil adalah orang yang ceria, tapi sekarang dia tampak lebih murung.Namun kejadian hari ini membuat ibunya Neil makin membenci Anas. Dulu ibunya Neil merasa Anas terlalu biasa dan tidak pantas bersanding dengan Neil, tapi sekarang ibunya juga merasa kalau Anas adalah wanita yang tidak bisa dipercaya.Anas telah berjanji untuk pergi, tapi pada akhirnya malah
Apakah ketampanan sungguh bisa membutakan?"Aku nggak nyangka bakal menyukai dia. Aku ingin memberi tahu dia soal keberadaan Dio, tapi rasanya aku nggak sanggup buka mulut. Kak, selama ini aku nggak pernah menyesali apa pun yang terjadi di dalam hidupku, tapi sejak bertemu Shawn ... aku menyesal ....""Kamu menyesal melahirkan Dio?" Anas mengangkat alisnya.Yvonne menggelengkan kepala. "Aku menyesali perbuatan malam itu."Yvonne tidak mungkin menyesali keberadaan Dio. Dio adalah permata hatinya.Yvonne menyesal telah memberikan kesuciannya pada pria lain. Dia merasa semua ini tidak adil bagi Shawn.Walaupun Shawn mengatakan tidak keberatan, Yvonne merasa bersalah.Anas berjalan ke samping Yvonne dan memeluknya. "Yvonne, ini hanya pendapatku saja. Kalau pria biasa yang mengatakan tidak keberatan dengan keadaanmu, aku mungkin percaya. Tapi Shawn bukan pria biasa, kamu tahu sendiri siapa dia. Di dunia ini ada banyak wanita yang menginginkannya.""Aku takut kalau dia hanya mempermainkanmu.