Calvin telah menyiapkan segalanya. Surat wasiat telah dibuat, Kayla tidak akan bisa mengubahnya.Kayla tahu bahwa Calvin tidak mencintainya. Namun Kayla tidak menyangka bahwa Calvin akan mengorbankannya demi membela Yvonne."Aku melayanimu selama 20 tahun, apakah ini balasanmu kepadaku? Kenapa kamu tidak memercayai aku? Aku nggak ....""Jawab, mau menyerahkan diri atau tidak?" Calvin malas meladeni Kayla.Kedua kaki dan tangan Kayla bergetar karena marah. Calvin bukanlah orang yang romantis, tapi dia selalu memperlakukan Kayla dengan lembut. Kenapa tiba-tiba sekarang malah berubah jadi dingin?Kenapa Calvin tega melihat Kayla dipenjara?"Aku sudah melahirkan anak laki-laki untukmu!" bentak Kayla."Aku nggak mengelak." Calvin tetap tenang menghadapi Kayla yang histeris."Lalu kenapa kamu tega bersikap seperti ini kepadaku?" Kayla tidak terima melihat Calvin yang lebih membela Yvonne."Ternyata kamu memang lebih mencintai mantan istri dan putrimu. Aku dan Niko nggak ada nilainya untukmu.
Melihat sikap Yvonne yang aneh, Anas pun bertanya, "Kok kamu ....""Anas." Neil mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuka mulut.Anas tersentak saat menyadari pria yang berdiri di samping YvonneWalaupun senang bertemu dengan Neil, Anas bersikap dingin dan bertanya, "Kok kamu ada di sini?"Neil menatap Anas dengan tajam. Dia agak sedih, kenapa Anas tidak menanyakan kabarnya?"Nggak sengaja ketemu. Aku baru saja mau menelepon kamu," Yvonne menjelaskan.Anas melihat ponsel yang dipegang Yvonne. Anas memercayai penjelasan Yvonne, dia tidak mungkin sengaja mengajak Neil."Kita pindah kafe saja," kata Anas."Oke." Ketika Yvonne hendak pergi, Neil menarik tangan Anas dan memperingati Yvonne. "Jangan ikut campur! Aku mau bicara dengan Anas.""Lepaskan aku! Nggak ada yang perlu dibicarakan, aku sudah menikah ...."Neil langsung menarik tangan Anas, lalu memeluk dan mengecup bibirnya.Yvonne merasa ada baiknya jika Neil dan Anas berbicara dari hati ke hati. Karena tidak mau merusak suasana, Y
Wanita tersebut adalah Caroline. Ketika melihat Shawn, dia juga tak kalah kaget.Caroline tidak menyangka dapat bertemu dengan Shawn di sini.Namun sebagai bentuk kesopanan, Caroline tidak berani bersikap sok akrab. Dia harus menjaga sikap di hadapan Graham.Shawn tidak berbicara, dia duduk dan bersikap seolah tidak ada.Pria paruh bayah ini adalah Patrick Yacob, teman lama Graham.Ketika melihat Shawn, Patrick bertanya sambil tersenyum, "Itu cucumu? Cucu yang selalu kamu banggakan?"Graham menjawab dengan bangga dan tersenyum lebar, "Dia jauh lebih hebat daripada aku."Graham menoleh ke arah Caroline sambil bertanya kepada Patrick, "Ini cucumu?"Patrick menghela napas panjang. "Iya. Ayahnya meninggal karena sakit keras, sedangkan ibunya menikah dengan pria lain. Sekarang hanya tinggal kami berdua."Graham pun ikut menghela napas, dia teringat dengan kepergian ayahnya Shawn."Shawn, aku dan Kakek Patrick mau ngobrol sebentar. Tolong temani Caroline ke teman," pinta Graham.Shawn tahu a
Kalaupun marah, setidaknya Shawn harus menjelaskan letak kesalahannya pada Xavier.Sekarang Xavier gelisah, dia tidak tahu apa yang membuat Shawn marah."Kok kamu di sini?" Terdengar suara Jackal.Ketika hendak kembali ke ruang tamu, Shawn menghampiri Jackal dan Caroline yang berdiri di depan kamarnya.Sesaat melihat Caroline yang memegang kotak berisi foto-foto ibunya, Shawn pun murka dan mempercepat langkahnya. "Kamu ngapain?"Caroline menjawab dengan tenang, "Aku cuma penasaran sama isi kotak ini.""Cepat! Taruh kembali barangnya, itu kotaknya Tuan Muda," kata Jackal."Ini barangku," Caroline menjawab dengan lantang.Walaupun baru pertama kali melihat barang-barang di kotak ini, Caroline menjawab dengan meyakinkan.Semua ini adalah sandiwara yang diajarkan Graham kepada Caroline. Graham memberi tahu Caroline bahwa Shawn sangat menghargai pemilik dari giok tersebut.Jika Shawn mengira Caroline adalah pemilik dari giok ini, Shawn pasti akan memperlakukannya dengan baik."Apa katamu?"
Ketika melihat reaksi Shawn, senyuman Caroline terlihat makin lebar.Shawn bangkit berdiri dan langsung pergi tanpa berpamitan.Di tengah jalan, Shawn menerima telepon dari Graham."Shawn, aku dengan Caroline sempat bekerja di perusahaanmu? Kamu memecatnya karena kinerjanya yang kurang bagus, ya? Shawn, Caroline baru lulus, apakah kamu bisa memberikannya posisi yang bagus untuk belajar?" tanya Graham."Kakek yang mencari wanita itu, 'kan?" tanya Shawn.Walaupun sandiwara mereka sangat bagus, Shawn merasa ada yang janggal. Kemunculan Caroline terlalu tiba-tiba. Saking tiba-tibanya, Shawn sampai meragukan takdir."Apa maksudmu?" Graham berusaha menutupi tindakannya."Kakek, apakah aku kelihatan seperti orang bodoh?" Shawn mendengus dingin. "Kemarin Kakek memintaku untuk menceraikan Yvonne. Sekarang, tiba-tiba Kakek membawa wanita asing untuk dijodohkan denganku. Kakek sengaja, 'kan?"Graham menghela napas, rencananya tidak berjalan semulus yang diinginkan. Shawn memang anak yang cerdas .
Yvonne berpikir, apakah dia gelisah karena merindukan Shawn?Kenapa keberadaan Shawn memengaruhi suasana hati Yvonne?Tidak, tidak boleh dibiarkan! Yvonne masih tidak mau mengakuinya.Meskipun fakta telah terpampang, Yvonne masih berusaha menyangkal perasaannya. Bagaimana mungkin Yvonne menyukai pria yang selalu menyiksa dan telah membunuh janinnya?Yvonne menggelengkan kepala, dia berusaha menepis wajah Shawn dari pikirannya. Namun semakin disangkal, perasaan tersebut malah makin kuat."Non, Tuan sudah pulang, lagi ada di kamar. Tuan tidak mencarimu?" tanya Leah."Dia sudah pulang?" Yvonne tertegun.Leah mengangguk.Yvonne melihat ke arah kamar Shawn, dia ragu apakah harus pergi untuk menemui Shawn?Setelah pergolakan panjang, Yvonne memutuskan untuk menemui Shawn di kamarnya.Pintu kamar Shawn tidak ditutup. Yvonne membuka pintunya secara perlahan, lalu mengintip untuk mencari keberadaan Shawn.Shawn sedang berdiri, sepertinya dia sedang melihat sesuatu. Begitu pintu dibuka lebar, Yv
Yvonne menjelaskan dengan suara kecil.Saat menyelidiki keberadaan Yvonne, Shawn tidak tahu apa yang Yvonne dan Kayla lakukan di tepi kota. Shawn juga tidak tertarik dan peduli."Apakah kamu terluka?" Shawn terkejut mendengar Kayla yang ingin menyakiti Yvonne.Yvonne menggelengkan kepala.Mengingat leher Roger yang terluka, Shawn menatap Yvonne sambil tersenyum. Yvonne bukanlah wanita lemah yang gampang disakiti.Meskipun pintar dan banyak ide, Yvonne adalah seorang wanita, dia memiliki keterbatasan."Lain kali hati-hati. Kalau terjadi sesuatu, hubungi aku," Shawn berpesan."Em." Kedua mata Yvonne tampak berbinar-binar. "Shawn, aku ...."Yvonne teringat dengan pembicaraan yang terputus tempo hari. Yvonne ingin memberi tahu Shawn mengenai keberadaan Dio."Ada apa?" tanya Shawn.Yvonne menundukkan kepala sambil menyusun kata-kata. "Menyambung bahasan kemarin ....""Em?""Aku ...." Saat Yvonne bicara, tiba-tiba ponselnya bergetar."Apa yang ingin kamu katakan? Jangan takut," kata Shawn sa
Setelah menutup teleponnya, Yvonne keluar dan berpapasan dengan Shawn di tangga.Yvonne dan Shawn bertatapan selama beberapa detik."Kamu mau keluar?" tanya Shawn.Yvonne mengangguk. "Temanku ada masalah, aku harus menemuinya."Melihat Shawn yang juga berpakaian rapi, Yvonne bertanya, "Kamu juga mau keluar?""Em." Shawn berjalan sambil berkata, "Kamu mau ke mana?"Yvonne memberi tahu alamat yang akan dituju. Shawn langsung berhenti, lalu menoleh dan berkata, "Kita mau pergi ke tempat yang sama.""Hah?" Yvonne terkejut, tapi dia tidak heran, Shawn dan Neil memang akrab. "Neil menghubungi kamu?""Iya. Ayo, berangkat sama-sama."Yvonne mengangguk.Shawn menyetir, sedangkan Yvonne duduk di kursi penumpang. Selama perjalanan, mereka berdua tidak berbicara. Mereka ingin mengobrol, tapi tidak ada topik pembicaraan.Setelah beberapa lama, Yvonne berbicara untuk memecah keheningan, "Anas adalah temanku. Dia dan Neil pernah pacaran."Shawn tidak tahu-menahu mengenai kehidupan pribadi Neil. Sesaa