Anya, bisa kita bicara sebentar?" tanya Elianor. Anya menghentikan kegiatannya yang sedang mencuci piring kotor lalu membasuh tangan dan mengelapnya dengan kain bersih.
"Mom ingin berbicara apa?" tanya Anya.
Elianor menyuruh gadis itu untuk duduk bersamanya di ruang keluarga. "Mom sangat penasaran bagaimana kalian bertemu kembali, Daniel bilang kalau kau adalah teman masa kecilnya ketika ia berada di keluarga William".
Anya tersenyum ketika mengingatnya. "Kami tidak sengaja bertemu karena Daniel hampir menabrak ku di jalan raya dekat lampu lalu lintas. Aku menangis sejadi-jadinya karena hari itu aku dipecat dan diusir dari kontrakan ku, hari yang begitu sial. Daniel menyuruhku masuk kedalam mobil namun aku malah curhat kepadanya" Anya tertawa lucu mengingat peristiwa memalukan nya.
Elianor hanya diam mendengarkan dan menanti perkataan Anya selanjutnya.
"Dia mendengarkan semua keluh kesah ku bahkan menawariku tissue" Sambung Anya ma
Terima masih udah baca novelku. Tolong dukung kalau kalian suka dengan ceritanya. Semoga sehat selalu.
Hati Daniel terasa sakit ketika menyadari bahwa ia terlambat menyatakan cinta kepada Anya, mengapa baru sekarang ia menyadari perasaannya ketika hati Anya sudah dimiliki oleh orang lain. Anya mulai terisak, ia sadar bahwa ia gadis cengeng yang sangat mudah terbawa suasana. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menyembunyikan raut senang, tidak percaya dan sakit yang ia perlihatkan sekarang. “Mengapa kau menangis Anya?” tanya Daniel tidak mengerti. “… fool…” “Apa? Apa yang ingin kau katakan?” Daniel mendekatkan tubuhnya, mencoba mendengar perkataan dari gadis yang ia cintai. “You fool, bastard, self centered. You are the worst" Gerutu Anya sembari terisak. Beberapa penumpang yang mendengar tangisan Anya mulai menatap ke tempat duduk Anya, karena mereka berada di kelas VVIP, Daniel tidak menghiraukan tatapan tersebut. “I know. Aku hanya ingin mengatakan perasaanku saja, aku merasa aku akan meny
“Anya. Open the door” Daniel mengetuk pintu kamar Anya. Sepanjang mengetuk pintu laki-laki itu mengutuk dirinya sendiri. Ia lupa memutuskan semua hubungan dengan wanita kencannya. Alhasil, kekasih barunya Anya menjadi bad mood. Anya yang sedang duduk diatas tempat tidur menoleh kearah pintu. “Where is your beloved one?” tanya Anya sarkastik. “She is not. You are” bantah Daniel lalu kembali mengetuk pintu kamar terkasih nya. “So.. Where is she?” tanya Anya kesal. “She went home. I swear I don’t know why she were come here” ujar Daniel. Anya mencibir meniru perkataan Daniel namun perlahan senyumannya mengembang. “Jadi kalau aku tidak disini, kau akan sangat senang hati menyuruhnya untuk tinggal bukan?” Goda Anya menahan senyumnya. “Tidak Anya. Okay aku minta maaf karena melupakan wanita-wanita kencanku. Tapi aku berjanji akan memutuskan semua hubunganku dengan mereka. Tolong buka pintunya” jelas Daniel sembari terus mengetuk
Daniel melangkah dengan langkah ringan masuk ke dalam lobby perusahaannya, di perjalanan menuju ruang kerja ia berpapasan dengan beberapa karyawan wanita yang segera membungkukkan badan mereka kepadanya. “Good morning ladies. Nice weather today” Sapa Daniel tersenyum lembut. Para karyawan wanita menutup mulut mereka menahan jeritan kagum, menatap tidak percaya akan perkataan ramah dan juga senyuman Daniel. Walaupun CEO mereka bukan pemimpin yang dingin namun ini pertama kalinya bos mereka menyapa terlebih dahulu dan bahkan tersenyum kepada mereka. Daniel tersenyum kepada karyawan lainnya yang berpapasan dengannya. Moodnya sangat baik hari ini. Ia terus tersenyum sembari berjalan menuju ruang kerjanya. “Good morning Arlene” Sapa Daniel tersenyum lalu duduk dikursi kerjanya. Arlene mengernyit heran lalu tersenyum kepada pemimpinnya. “Good morning sir. Sepertinya sesuatu yang baik terjadi” tebak Arlene. Daniel menoleh sambil
Daniel tersenyum melihat Anya yang berubah sangat cantik, gadis itu memakai dress merah panjang yang backless menunjukkan kulit punggungnya yang halus. “You’re beautiful” puji Daniel kagum. Anya menyelipkan rambutnya kebelakang telinga sembari menundukkan wajahnya yang memerah. Sikap yang terlihat sangat manis dimata Daniel. “Tapi dress ini terlalu…” protes Anya tidak nyaman. Punggungnya terasa dingin karena tidak terbiasa memakai dress dengan gaya backless. “Mengapa? Kau terlihat seksi” sela Daniel membelai punggung Anya dengan telunjuknya. Anya tersentak oleh sentuhan langsung yang tiba-tiba. “Daniel!!” “Aku bercanda. Kau siap tuan putri?” Daniel tersenyum mengangkat sikunya. Anya mencibir tanpa suara namun berlahan tersenyum malu dan memasukkan tangannya ke lengan dalam Daniel. Keduanya tersenyum sejenak sebelum melangkah keluar apartemen menuju halaman parkir. &&& “Wow, sangat banyak tamu yang
4 tahun yang lalu.Los Angeles, California. Setelah kepindahannya ke keluarga Millard, Daniel mempunyai satu dendam yang ingin ia balaskan kepada keluarga William. Keluarga yang telah merampas ibu darinya. Daniel belajar keras bagaimana menjalankan perusahaan, bagaimana mengendalikan pasar saham dan bagaimana memanipulasi saham.Ia bekerja sangat keras sehingga pada usia yang baru menginjak 22 tahun ia sudah memegang jabatan CEO di perusahaan ayah angkatnya. Millard Corporation. Daniel duduk di kursi CEO yang menghadap ke jendala kaca besar yang memperlihatkan bangunan-bangunan tinggi didepannya. Ia tersenyum menyeringai. Satu usahanya sudah berhasil dengan baik, setelah ia menjabat CEO, Daniel akan mencoba memanipulasi saham milik William Corporation. Ia tidak bisa membalas dendamnya dengan membunuh juga salah satu anggota keluarga William oleh karena itu, dia mengganti target balas dendamnya. Daniel tidak sabar ingin menemui ayah
Anya mengetuk pelan pintu kamar Daniel. “Daniel. Kau sudah bangun?” Tidak ada jawaban apapun yang ia dengar dari balik kamar. Anya memberanikan dirinya untuk kembali mengetuk pintu. “Daniel. Bolehkah aku masuk?” Lagi-lagi tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar, Anya menghela napas panjang. Ia berbalik badannya sambil membawa kembali nampan berisi sarapan pagi. Suara pintu terbuka membuat Anya kembali menoleh dan tersenyum senang. Akhirnya Daniel memperbolehkannya masuk. “Sarapannya sudah siap. Kau ingin makan atau minum kopi dulu?” Anya meletakkan nampan di atas meja di samping tempat tidur Daniel. “Letakkan saja di sana nanti aku akan memakannya” Ucap Daniel duduk diatas tempat tidur. Anya menatap sedih, ia merasa kehilangan. Daniel yang diam adalah Daniel yang Anya tidak sukai, ia lebih memilih Daniel yang selalu mengusilinya daripada Daniel yang tenang seperti ini.Gadis itu duduk disamping Daniel dan memeluk laki-laki itu.“Ka
Daniel dan Ashlee memilih untuk berbicara di sebuah restoran dekat dengan apartemen Daniel. "Aku tidak mau Daniel. Mengapa kau memutuskan hubungan kita" Ucap Ashlee syok. Daniel menghela napas panjang. "Aku sudah punya kekasih Ashlee, jadi aku tidak akan bermain-main lagi denganmu atau dengan yang lainnya". "Tapi.. Aku menyukaimu Daniel. Sudah hampir empat tahun kita bersama. Mengapa sekarang kau mengatakan kau memutuskan hubungan kita?" tanya Ashlee masih tidak puas dengan jawaban Daniel. Daniel memegang lembut tangan Ashlee."Hubungan kita hanya mutual benefit dan aku tahu kau juga menjalin hubungan seperti itu dengan beberapa laki-laki lain, aku tidak keberatan tapi sekarang aku sudah punya wanita yang aku cintai" Ashlee memang mempunyai hubungan dengan beberapa laki-laki selain Daniel, tapi semua lelaki itu tidak ada yang bisa membuat Ashlee betah berlama-lama seperti yang ia rasakan kepada Daniel.Ia pun tidak keberatan dengan sifat
Ashlee meneguk cepat vodka dingin dari gelas kaca tanpa kaki, ia sedang berada di sebuah bar mewah tidak jauh dari tempat pemotretan. Wanita itu kembali teringat akan perkataan Daniel yang ingin memutuskan hubungan dengannya dan juga akan ciuman Anya di pipi sangat lelaki. Ashlee kembali meneguk minuman beralkohol tinggi lalu membanting kuat gelas itu ke atas meja. "Brengsek. Aku merasa kalah dengan perempuan jalang itu?. Heh jangan bercanda denganku"' Dada wanita itu naik turun menahan emosi. Nathan yang baru tiba di bar mengernyit ketika melihat Ashlee yang duduk tidak tenang di bangku bar. "Anya. Pelacur itu. Aku akan memberinya pelajaran karena telah membuatku marah" teriak Ashlee meracau. Pengaruh alkohol membuatnya tidak bisa mengendalikan emosinya. "Ashlee kau sudah mabuk. Ayo kita pulang" Nathan mengambil gelas dari tangan Ashlee dan membantu wanita itu untuk duduk tegak. Ashlee menepis kasar tangan Nathan. "Aku b