Anya dan Daniel berjalan masuk ke bandara Los Angeles, mereka membawa koper masing-masing. Daniel melihat jam tangannya.
“Sebentar lagi kita akan check in” ujar Daniel.
Anya mengangguk.
“Good afternoon passenger. This is the pre-boarding announcement for flight 89B to San Fransisco. We are now inviting those passengers with…”
Mendengar pengumuman tersebut, Daniel menggenggam tangan Anya dan berjalan untuk masuk ke bagian pemeriksaan. Anya melihat genggaman tangan tersebut lalu tersenyum malu bercampur senang, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyumnya yang mengembang.
&&&
Mereka keluar dari bandara San Francisco, sebuah mobil Audy sudah menunggu di depan bandara. Daniel dan Anya segera masuk dan mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalan Kansas Street.
Daniel melirik Anya yang menatap jalan raya dengan pandangan kagum. “Kau lelah Anya?”
Anya menoleh lalu menggelengkan kepalanya
Daniel tersenyum melihat Anya yang sedang menyiapkan sarapan bersama dengan ibunya, sesekali mereka berbincang ataupun saling tersenyum satu sama lain terlihat seperti ibu dan anak.“Morning Daniel. Kopinya akan segera siap” Anya menoleh dan tersenyum.Jantung Daniel kembali berdetak kencang. Semenjak menyadari perasaannya, jantungnya sering kali tidak berjalan searah dengan pikirannya. Bagaimana mungkin jantungnya berdegup kencang setiap melihat Anya, bagaimana mungkin tiba-tiba Anya terlihat sangat cantik dimatanya. Daniel merasa seperti remaja yang sedang jatuh cinta.“Morning honey, sweety” sapa Robert yang baru saja bergabung di ruang makan. Ia mendekap istrinya dengan lengan kirinya sedangkan tangan kanannya memeluk bahu Anya sembari tersenyum. Gadis itu juga tersenyum bahagia. Baru kali ini ia diperlakukan secara kekeluargaan oleh keluarga yang baru ia kenal sehari.“Dad” Daniel menatap tidak suka dengan pe
Daniel dan Anya pergi ke Fort Point setelah menyelesaikan makan siang mereka, Fort Point adalah tempat selancar yang terkenal di San Francisco. Melihat laut Anya langsung berlari menghampiri pinggir pantai yang terdapat ombak-ombak sedang sedangkan ombak tinggi berada beberapa meter dari tempat Anya berdiri. Tidak banyak orang orang yang menghabiskan liburan mereka di Fort Point karena masih musim semi, air laut akan lebih dingin dari biasanya. “Daniel, ayo” teriak Anya melambaikan tangannya. Daniel tersenyum, menggulung celananya lalu menghampiri Anya. “Kau terlihat seperti anak kecil Anya” Daniel duduk di atas pasir putih. Anya tersenyum menyeringai, tidak terpengaruh oleh perkataan Daniel. “Sometimes is good to be a little child”. Gadis itu sibuk dengan melangkah maju ketika air laut surut dan mudur ketika air laut pasang. “Waah. Ini sangat menyenangkan. Kau harus mencobanya” Ajak Anya menarik tangan Daniel. “No thanks. I am good just
Anya, bisa kita bicara sebentar?" tanya Elianor. Anya menghentikan kegiatannya yang sedang mencuci piring kotor lalu membasuh tangan dan mengelapnya dengan kain bersih. "Mom ingin berbicara apa?" tanya Anya. Elianor menyuruh gadis itu untuk duduk bersamanya di ruang keluarga. "Mom sangat penasaran bagaimana kalian bertemu kembali, Daniel bilang kalau kau adalah teman masa kecilnya ketika ia berada di keluarga William". Anya tersenyum ketika mengingatnya. "Kami tidak sengaja bertemu karena Daniel hampir menabrak ku di jalan raya dekat lampu lalu lintas. Aku menangis sejadi-jadinya karena hari itu aku dipecat dan diusir dari kontrakan ku, hari yang begitu sial. Daniel menyuruhku masuk kedalam mobil namun aku malah curhat kepadanya" Anya tertawa lucu mengingat peristiwa memalukan nya. Elianor hanya diam mendengarkan dan menanti perkataan Anya selanjutnya. "Dia mendengarkan semua keluh kesah ku bahkan menawariku tissue" Sambung Anya ma
Hati Daniel terasa sakit ketika menyadari bahwa ia terlambat menyatakan cinta kepada Anya, mengapa baru sekarang ia menyadari perasaannya ketika hati Anya sudah dimiliki oleh orang lain. Anya mulai terisak, ia sadar bahwa ia gadis cengeng yang sangat mudah terbawa suasana. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menyembunyikan raut senang, tidak percaya dan sakit yang ia perlihatkan sekarang. “Mengapa kau menangis Anya?” tanya Daniel tidak mengerti. “… fool…” “Apa? Apa yang ingin kau katakan?” Daniel mendekatkan tubuhnya, mencoba mendengar perkataan dari gadis yang ia cintai. “You fool, bastard, self centered. You are the worst" Gerutu Anya sembari terisak. Beberapa penumpang yang mendengar tangisan Anya mulai menatap ke tempat duduk Anya, karena mereka berada di kelas VVIP, Daniel tidak menghiraukan tatapan tersebut. “I know. Aku hanya ingin mengatakan perasaanku saja, aku merasa aku akan meny
“Anya. Open the door” Daniel mengetuk pintu kamar Anya. Sepanjang mengetuk pintu laki-laki itu mengutuk dirinya sendiri. Ia lupa memutuskan semua hubungan dengan wanita kencannya. Alhasil, kekasih barunya Anya menjadi bad mood. Anya yang sedang duduk diatas tempat tidur menoleh kearah pintu. “Where is your beloved one?” tanya Anya sarkastik. “She is not. You are” bantah Daniel lalu kembali mengetuk pintu kamar terkasih nya. “So.. Where is she?” tanya Anya kesal. “She went home. I swear I don’t know why she were come here” ujar Daniel. Anya mencibir meniru perkataan Daniel namun perlahan senyumannya mengembang. “Jadi kalau aku tidak disini, kau akan sangat senang hati menyuruhnya untuk tinggal bukan?” Goda Anya menahan senyumnya. “Tidak Anya. Okay aku minta maaf karena melupakan wanita-wanita kencanku. Tapi aku berjanji akan memutuskan semua hubunganku dengan mereka. Tolong buka pintunya” jelas Daniel sembari terus mengetuk
Daniel melangkah dengan langkah ringan masuk ke dalam lobby perusahaannya, di perjalanan menuju ruang kerja ia berpapasan dengan beberapa karyawan wanita yang segera membungkukkan badan mereka kepadanya. “Good morning ladies. Nice weather today” Sapa Daniel tersenyum lembut. Para karyawan wanita menutup mulut mereka menahan jeritan kagum, menatap tidak percaya akan perkataan ramah dan juga senyuman Daniel. Walaupun CEO mereka bukan pemimpin yang dingin namun ini pertama kalinya bos mereka menyapa terlebih dahulu dan bahkan tersenyum kepada mereka. Daniel tersenyum kepada karyawan lainnya yang berpapasan dengannya. Moodnya sangat baik hari ini. Ia terus tersenyum sembari berjalan menuju ruang kerjanya. “Good morning Arlene” Sapa Daniel tersenyum lalu duduk dikursi kerjanya. Arlene mengernyit heran lalu tersenyum kepada pemimpinnya. “Good morning sir. Sepertinya sesuatu yang baik terjadi” tebak Arlene. Daniel menoleh sambil
Daniel tersenyum melihat Anya yang berubah sangat cantik, gadis itu memakai dress merah panjang yang backless menunjukkan kulit punggungnya yang halus. “You’re beautiful” puji Daniel kagum. Anya menyelipkan rambutnya kebelakang telinga sembari menundukkan wajahnya yang memerah. Sikap yang terlihat sangat manis dimata Daniel. “Tapi dress ini terlalu…” protes Anya tidak nyaman. Punggungnya terasa dingin karena tidak terbiasa memakai dress dengan gaya backless. “Mengapa? Kau terlihat seksi” sela Daniel membelai punggung Anya dengan telunjuknya. Anya tersentak oleh sentuhan langsung yang tiba-tiba. “Daniel!!” “Aku bercanda. Kau siap tuan putri?” Daniel tersenyum mengangkat sikunya. Anya mencibir tanpa suara namun berlahan tersenyum malu dan memasukkan tangannya ke lengan dalam Daniel. Keduanya tersenyum sejenak sebelum melangkah keluar apartemen menuju halaman parkir. &&& “Wow, sangat banyak tamu yang
4 tahun yang lalu.Los Angeles, California. Setelah kepindahannya ke keluarga Millard, Daniel mempunyai satu dendam yang ingin ia balaskan kepada keluarga William. Keluarga yang telah merampas ibu darinya. Daniel belajar keras bagaimana menjalankan perusahaan, bagaimana mengendalikan pasar saham dan bagaimana memanipulasi saham.Ia bekerja sangat keras sehingga pada usia yang baru menginjak 22 tahun ia sudah memegang jabatan CEO di perusahaan ayah angkatnya. Millard Corporation. Daniel duduk di kursi CEO yang menghadap ke jendala kaca besar yang memperlihatkan bangunan-bangunan tinggi didepannya. Ia tersenyum menyeringai. Satu usahanya sudah berhasil dengan baik, setelah ia menjabat CEO, Daniel akan mencoba memanipulasi saham milik William Corporation. Ia tidak bisa membalas dendamnya dengan membunuh juga salah satu anggota keluarga William oleh karena itu, dia mengganti target balas dendamnya. Daniel tidak sabar ingin menemui ayah