Daniel membaca kalimat per kalimat dan menatap konsep arsitektur yang diajukan oleh salah satu manajer yang berpartisipasi dalam proyek Beverly Hills.
Para anggota rapat yang berada di ruang rapat menatap gugup dan takut kearah Daniel, mereka bernapas pelan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun karena kesan rapat terakhir mereka dengan pemimpin Millard Coporation.
Mereka bahkan sudah mempersiapkan mental dan pikiran mereka untuk di pecat jika ide konsep kali ini masih mendapat respon negatif dari CEO Millard Corporation.
“Siapa yang mengajukan konsep ini?” tanya Daniel membuka suara.
Para manajer tersentak pelan, lalu seorang laki-laki yang masih tampak muda mengangkat tangannya dengan ragu.
“Jelaskan alasanmu mengajukan konsep gaya arsitektur medeteranian?” tanya Daniel.
Lelaki itu berdehem pelan, mencoba membersihkan kerongkongannya lalu menghela napas pelan.
“Saya terinspirasi dari pertunangan putri Mr Smith,
Erick terkejut dengan keberadaan Daniel di apartemennya, sedetik kemudian lelaki itu mengembangkan senyumannya, mencoba bersikap normal seperti biasanya.“Hi my bestfriend” sapa Erick.Daniel menghampiri Erick dan segera melayangkan tinjunya ke wajah temannya dengan kesal. “You son of bitch, you make fool of me”Erick menjilati ujung bibirnya yang berdarah lalu tersenyum lebar seakan layangan tinju yang diterimanya tidak sakit sama sekali. “Kau merusak wajah tampanku Daniel”“You!” Daniel semakin kesal.“Daniel!, Oh my god. What have you done?” tanya Anya histeris. Ia menghampiri Erick sembari menatap cemas.“Are you okay?” tanya Anya cemas.Erick meringis kesakitan dengan raut wajah yang di buat-buat namun ekor matanya melirik ke arah Daniel. Ia tersenyum menang beberapa saat.Daniel menarik lengan Anya untuk menjauh dari Erick, sem
Anya dan Daniel berjalan masuk ke bandara Los Angeles, mereka membawa koper masing-masing. Daniel melihat jam tangannya. “Sebentar lagi kita akan check in” ujar Daniel. Anya mengangguk. “Good afternoon passenger. This is the pre-boarding announcement for flight 89B to San Fransisco. We are now inviting those passengers with…” Mendengar pengumuman tersebut, Daniel menggenggam tangan Anya dan berjalan untuk masuk ke bagian pemeriksaan. Anya melihat genggaman tangan tersebut lalu tersenyum malu bercampur senang, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyumnya yang mengembang. &&& Mereka keluar dari bandara San Francisco, sebuah mobil Audy sudah menunggu di depan bandara. Daniel dan Anya segera masuk dan mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalan Kansas Street. Daniel melirik Anya yang menatap jalan raya dengan pandangan kagum. “Kau lelah Anya?” Anya menoleh lalu menggelengkan kepalanya
Daniel tersenyum melihat Anya yang sedang menyiapkan sarapan bersama dengan ibunya, sesekali mereka berbincang ataupun saling tersenyum satu sama lain terlihat seperti ibu dan anak.“Morning Daniel. Kopinya akan segera siap” Anya menoleh dan tersenyum.Jantung Daniel kembali berdetak kencang. Semenjak menyadari perasaannya, jantungnya sering kali tidak berjalan searah dengan pikirannya. Bagaimana mungkin jantungnya berdegup kencang setiap melihat Anya, bagaimana mungkin tiba-tiba Anya terlihat sangat cantik dimatanya. Daniel merasa seperti remaja yang sedang jatuh cinta.“Morning honey, sweety” sapa Robert yang baru saja bergabung di ruang makan. Ia mendekap istrinya dengan lengan kirinya sedangkan tangan kanannya memeluk bahu Anya sembari tersenyum. Gadis itu juga tersenyum bahagia. Baru kali ini ia diperlakukan secara kekeluargaan oleh keluarga yang baru ia kenal sehari.“Dad” Daniel menatap tidak suka dengan pe
Daniel dan Anya pergi ke Fort Point setelah menyelesaikan makan siang mereka, Fort Point adalah tempat selancar yang terkenal di San Francisco. Melihat laut Anya langsung berlari menghampiri pinggir pantai yang terdapat ombak-ombak sedang sedangkan ombak tinggi berada beberapa meter dari tempat Anya berdiri. Tidak banyak orang orang yang menghabiskan liburan mereka di Fort Point karena masih musim semi, air laut akan lebih dingin dari biasanya. “Daniel, ayo” teriak Anya melambaikan tangannya. Daniel tersenyum, menggulung celananya lalu menghampiri Anya. “Kau terlihat seperti anak kecil Anya” Daniel duduk di atas pasir putih. Anya tersenyum menyeringai, tidak terpengaruh oleh perkataan Daniel. “Sometimes is good to be a little child”. Gadis itu sibuk dengan melangkah maju ketika air laut surut dan mudur ketika air laut pasang. “Waah. Ini sangat menyenangkan. Kau harus mencobanya” Ajak Anya menarik tangan Daniel. “No thanks. I am good just
Anya, bisa kita bicara sebentar?" tanya Elianor. Anya menghentikan kegiatannya yang sedang mencuci piring kotor lalu membasuh tangan dan mengelapnya dengan kain bersih. "Mom ingin berbicara apa?" tanya Anya. Elianor menyuruh gadis itu untuk duduk bersamanya di ruang keluarga. "Mom sangat penasaran bagaimana kalian bertemu kembali, Daniel bilang kalau kau adalah teman masa kecilnya ketika ia berada di keluarga William". Anya tersenyum ketika mengingatnya. "Kami tidak sengaja bertemu karena Daniel hampir menabrak ku di jalan raya dekat lampu lalu lintas. Aku menangis sejadi-jadinya karena hari itu aku dipecat dan diusir dari kontrakan ku, hari yang begitu sial. Daniel menyuruhku masuk kedalam mobil namun aku malah curhat kepadanya" Anya tertawa lucu mengingat peristiwa memalukan nya. Elianor hanya diam mendengarkan dan menanti perkataan Anya selanjutnya. "Dia mendengarkan semua keluh kesah ku bahkan menawariku tissue" Sambung Anya ma
Hati Daniel terasa sakit ketika menyadari bahwa ia terlambat menyatakan cinta kepada Anya, mengapa baru sekarang ia menyadari perasaannya ketika hati Anya sudah dimiliki oleh orang lain. Anya mulai terisak, ia sadar bahwa ia gadis cengeng yang sangat mudah terbawa suasana. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menyembunyikan raut senang, tidak percaya dan sakit yang ia perlihatkan sekarang. “Mengapa kau menangis Anya?” tanya Daniel tidak mengerti. “… fool…” “Apa? Apa yang ingin kau katakan?” Daniel mendekatkan tubuhnya, mencoba mendengar perkataan dari gadis yang ia cintai. “You fool, bastard, self centered. You are the worst" Gerutu Anya sembari terisak. Beberapa penumpang yang mendengar tangisan Anya mulai menatap ke tempat duduk Anya, karena mereka berada di kelas VVIP, Daniel tidak menghiraukan tatapan tersebut. “I know. Aku hanya ingin mengatakan perasaanku saja, aku merasa aku akan meny
“Anya. Open the door” Daniel mengetuk pintu kamar Anya. Sepanjang mengetuk pintu laki-laki itu mengutuk dirinya sendiri. Ia lupa memutuskan semua hubungan dengan wanita kencannya. Alhasil, kekasih barunya Anya menjadi bad mood. Anya yang sedang duduk diatas tempat tidur menoleh kearah pintu. “Where is your beloved one?” tanya Anya sarkastik. “She is not. You are” bantah Daniel lalu kembali mengetuk pintu kamar terkasih nya. “So.. Where is she?” tanya Anya kesal. “She went home. I swear I don’t know why she were come here” ujar Daniel. Anya mencibir meniru perkataan Daniel namun perlahan senyumannya mengembang. “Jadi kalau aku tidak disini, kau akan sangat senang hati menyuruhnya untuk tinggal bukan?” Goda Anya menahan senyumnya. “Tidak Anya. Okay aku minta maaf karena melupakan wanita-wanita kencanku. Tapi aku berjanji akan memutuskan semua hubunganku dengan mereka. Tolong buka pintunya” jelas Daniel sembari terus mengetuk
Daniel melangkah dengan langkah ringan masuk ke dalam lobby perusahaannya, di perjalanan menuju ruang kerja ia berpapasan dengan beberapa karyawan wanita yang segera membungkukkan badan mereka kepadanya. “Good morning ladies. Nice weather today” Sapa Daniel tersenyum lembut. Para karyawan wanita menutup mulut mereka menahan jeritan kagum, menatap tidak percaya akan perkataan ramah dan juga senyuman Daniel. Walaupun CEO mereka bukan pemimpin yang dingin namun ini pertama kalinya bos mereka menyapa terlebih dahulu dan bahkan tersenyum kepada mereka. Daniel tersenyum kepada karyawan lainnya yang berpapasan dengannya. Moodnya sangat baik hari ini. Ia terus tersenyum sembari berjalan menuju ruang kerjanya. “Good morning Arlene” Sapa Daniel tersenyum lalu duduk dikursi kerjanya. Arlene mengernyit heran lalu tersenyum kepada pemimpinnya. “Good morning sir. Sepertinya sesuatu yang baik terjadi” tebak Arlene. Daniel menoleh sambil
“Kau tidak apa-apa Anya?” tanya Daniel meletakkan coklat yang ia terima dari Carla, salah satu wanita kencannya. “Ini untukmu, seorang teman memberikannya kepadaku dan berkata selamat atas honeymoon kedua kita” Ucap Daniel melepaskan dasinya. Anya hanya diam menundukkan kepalanya. “Hei. Kau kenapa Anya? Mengapa diam saja? Apa kau sakit?” tanya Daniel. Anya mengangkat wajah dan menatap kepada Daniel lalu menggelengkan kepalanya, ia sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini. adegan ciuman pipi yang ia lihat tidak bisa ia keluarkan dari kepalanya. “Baiklah. Aku akan mandi dulu. Istirahatlah” Daniel melangkah ke kamar mandi. Sepeninggal Daniel ke kamar mandi, Anya menatap kotak coklat, mengambilnya dan membukanya perlahan. Coklat berbentuk bulat tersusun rapi dan cantik dalam kotak yang berwarna coklat keemasan. Ia mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. Coklat tersebut langsung melebur didalam mulutnya, ia kembali
Anya memeluk erat kedua anaknya, ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Jason dan Evan namun sifat keras kepala Daniel membuatnya tidak punya pilihan lain. Anya menangis sembari mengeratkan pelukannya.“Mom, jangan menangis, kami akan baik-baik saja disini” ujar Jason.“Ya. Lagi pula kami akan tinggal dengan grandma dan grandpa. Jadi mom tidak perlu khawatir” sambung Evan.“Tapi. Bagaimana jika kalian sakit? Siapa yang akan merawat kalian?” tanya Anya khawatir.“Grandma” jawab kembaran itu serentak.“Bagaimana dengan sekolah. Siapa yang akan mengantar kalian?” tanya Anya kembali.“Grandpa” ujar Evan. Jason mengangguk.“Tapi.. tapi”“Anya. Kau berlebihan. Kita hanya pergi seminggu, berhentilah menangis” potong Daniel yang sedari tadi melihat adegan dramatis tersebut.“Tapi kita akan pergi ke Itali Daniel, bukan San Fra
Anya meletakkan dua piring berisi sosis dan roti panggang lalu menuangkan susu pada kedua gelas panjang dan meletakkan secangkir kopi yang sudah selesai ia siapkan. Anya menganggukkan kepala dengan puas ketika melihat semua menu sarapan sudah tersaji dengan lezat diatas meja. Ia menatap ke lorong penghubung ruang makan dengan ruang keluarga, tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan masuk ke ruang makan. “Jason, Evan” panggil Anya. “Yes mom” jawab dua anak laki-laki berusia delapan tahun yang berlari ke ruang makan. “Good morning mom” sapa kedua laki-laki kembar tersebut lalu mengecup pipi Anya sekilas. Anya tersenyum lembut. “Good morning sweetheart”. “Dad belum siap?” tanya Anya ketika melihat hanya dua anaknya yang masuk ke ruang makan. “Aku disini my beloved one. Good morning” Sapa Daniel yang baru ikut bergabung di r
1 Tahun kemudianLos Angeles, California. Daniel menatap bahagia kearah Anya yang sedang berjalan bersama dengan ayah angkatnya di atas karpet merah. Ia memakai setelan tuksedo putih berdasi kupu-kupu. Anya yang memakai baju pengantin berwarna putih dan kepalanya yang ditutupi oleh jaring putih membuat gadis itu seperti putri dalam cerita dongeng.Robert menyerahkan Anya ke tangan Daniel yang disambut dengan senang hati oleh anak angkatnya. Butuh waktu setahun bagi Daniel untuk sembuh dari rasa sakit dalam hatinya. Rasa bersalah Daniel kepada adiknya membuat laki-laki itu lebih memfokuskan pikirannya dalam pekerjaan. Selama setahun Daniel berubah menjadi seperti Daniel 20 tahun yang lalu, yang datang kepadanya untuk ambisi besar. Namun kali ini tidak ada diiringi oleh dendam melainkan rasa bersalah yang mendalam. Kehadiran Anya dalam hidup Daniel membuat laki-laki bisa bersikap seperti semula dalam waktu setahun. Terdengar lama namun cukup
Daniel mengambil sebuah handphone, sudah beberapa hari ia tidak mengecek handphonenya. Ia menghidupkan pesan suara. "Daniel. ini aku Richard, aku tidak bisa menghubungimu jadi aku mengirimkan hasil penyelidikanku ke e-mailmu. Tolong hubungi aku kalau kau mendengar pesan suara ini" Daniel mengerutkan keningnya dan segera memeriksa e-mailnya, terdapat sebuah file P*F dan rekaman suara. "Jay, aku ingin memberikan tugas untukmu. Kau harus membunuh Reyna, lakukan apapun yang kau bisa. Aku tidak perduli yang terpenting dia mati. Kau mengerti" Suara Cathrina yang Daniel dengar membuat lelaki itu mengkatubkan rahangnya. Anya segera menggenggam tangan Daniel. "Aku tidak apa-apa Anya" ujar Daniel. Bukti tersebut akan semakin memperjelas kesalahan Cathrina. Daniel menggenggam erat handphonenya, menatap penuh kebencian. Handphone Daniel bergetar, ia heran melihat ibunya menelpon. Mungkin ibunya masih mengkhawatirkannya, pikir Daniel.
“Good morning mom. Good morning dad” sapa Daniel lalu duduk di kursi makan. Robert menatap khawatir kepada anaknya. “Aku baik-baik saja dad”. Robert menghela napas lalu mengangguk. Ia sudah mendengar semuanya dari Elianor bahwa Daniel sudah tau semuanya. “Aku memasakkan menu kesukaanmu Daniel. chicken stew dan fried shrimp” Elianor meletakkan sepiring udang tepung goreng didepan anaknya. Daniel tersenyum. “Thank you mom”.Laki-laki itu mengedarkan pandangannya mencari Anya. “Dimana Anya?” Sedetik kemudian Anya muncul dibalik tembok pembatas ruang makan dan dapur. “Aku disini” jawabnya lalu meletakkan dua cangkir kopi dimeja. “Hm. My favorite coffee” komentar Robert sambil menghirup aroma yang menguar dari cangkir. “Kopi buatan Anya memang yang terbaik” Daniel setuju. Anya dan Elianor duduk di kursi makan dan mereka memulai sarapan pagi mereka. “Mom, hari ini kami akan terbang ke Indonesi
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Robert dan Elianor masuk kedalam rumah keluarga William. Mereka terkejut dengan perkataan Evan akan memberikan Daniel untuk mereka adopsi. Robert dan Elianor sudah lama menginginkan seorang anak namun tuhan berkehendak lain. “Mengapa kau mengatakan akan memberikan Daniel untuk kami adopsi?” tanya Robert membuka percakapan.Ia paling tau betapa sayangnya Evan kepada Daniel. Karena rasa sayangnya kepada Daniel dan Reyna akhirnya Evan memutuskan untuk bercerai dengan Reyna karena takut kehilangan perempuan itu jika tidak menceraikannya. Enam tahun yang lalu, Cathrina datang menemui Evan yang masih hidup bahagia dengan Reyna. Ia mengatakan bahwa ia sedang mengandung anaknya Evan. Evan memang pernah terjebak semalam dengan Cathrina ketika sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota, entah bagaimana ia bangun dengan tubuh telanjang dan Cathrina tidur disampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Cath
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Jason kecil menangis sesenggukan setelah diusir oleh Daniel dari kamarnya. Ia tidak mengerti mengapa kakaknya begitu marah kepadanya. Perasaan sedih membuat Jason membutuhkan seseorang untuk menghiburnya. Ia memutuskan masuk kedalam kamar ibunya, pintu ia buka perlahan. Ia takut jika ibunya sedang tidur dan terjaga karena kehadirannya maka ia akan mendapatkan makian dari ibunya. “Aku tidak mau tau. Kau harus menghilang dengan semua barang bukti. Kau ingin aku dipenjara huh?” teriak Cathrina marah. Jason terkejut dengan nada tinggi tersebut, Ia memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar ibunya. Kehadirannya akan membuat emosi ibunya semakin meninggi. “Hei. Jangan membantah denganku. Kita berdua yang merencanakan pembunuhan ibunya Daniel” bentak Cathrina di telepon. Gerakan Jason terhenti ketika mendengar perkataan ibunya, ia tidak menduga bahwa ibunya lah yang telah membunuh ibunya Daniel. “M
Daniel mengernyitkan keningnya melihat nama Jason tertera dilayar handphonenya. “Halo Jason. ada apa kau menelpon ku?”. “Mengapa kakak tidak bilang kalau kak Ira kecelakaan?” tanya Jason to the point. Daniel sadar bahwa ia belum memberitahu Jason. hubungan mereka yang buruk selama 20 tahun ini membuat Daniel tidak terbiasa memberitahu hal yang penting kepada Jason. “Aku lupa. Maaf” Jason tertegun dan menatap handphone dengan bingung. Baru kali ini kakaknya meminta maaf kepadanya. “Tidak apa-apa. Bisakah aku berkunjung ke apartemen mu?” “Tenang saja. Aku akan membawa Vero” lanjut Jason. “Aku tidak mengatakan apapun” Daniel memutar bola matanya. Dari nada bicara Jason seakan mengejeknya karena terlalu overprotective. Jason tersenyum. “Aku hanya memperjelas keadaan” “Besok saja kau berkunjung” Ucap Daniel mengalah. “Baiklah. Sampaikan salamku untuk kak Ira” “Ya” Daniel memutuskan teleponnya lalu k