Ana pov
Bagaimana dia bisa sampai disini? setelah semua selesai. Aku langsung saja berjalan ke arahnya, seperti kakiku ada yang mengerakkanya. Seperti jalan didepan sangat lurus untukku, bukan bukan diriku, yang menginginkanya tapi hatiku, membuat nyawaku dan tubuhku ikut berjalan, menghampiri orang tampan itu.
Apakah seperti ini mengerikanya jatuh cinta? Jawabanya adalah aku tak tahu. Aku baru pertama kali merasakan ini, pikiran hati dan langkahku tak sejalan.
"Azfer" dia tersenyum. Senyuman yang bisa membuat duniaku runtuh saat itu juga, entah reaksi semua mahasiswa itu aku tidak peduli.
"Hai" aku hanya memandanginya membeku, otakku berkata aku tidak boleh memeluknya sekarang, meskipun aku ingin. Ada ribuan pasang mata melihat aku sekarang dan ada ratusan ma
Love
Liana POV Muka tampan itu terlihat sedang menikmati pemandangan di depanya dihalaman rumah kontrakan ini, hatiku bergetar. Seperti biasanya dia melompat lompat tak tentu arah. Rasanya sedikit saja wajah itu membuat aku ingin hidup terus disampingnya. Beginikah rasanya orang jatuh cinta? hem pantas saja banyak orang takut jika dia kecewa karena cintanya, tampa sadar cinta itu menuntut sendiri. "Kak itu teman kakak?" Tanya Sari padaku, dia sudah waras sekarang. "He um kenapa?" Tanyaku. "Suruh sering sering kesini aja kak, biar mata ini seger" aku langsung menampol kepalanya pelan. "Dia orang Turki" "Hah!!!" Sari menutup mulutnya
Ana POV "Kita makan?" Ajakku pada Azfer. "Ayo" jawabnya langsung meletakkan ponselnya di meja nakas, dia menghampiriku dan merangkulku untuk kemaja makan. "Kau suka makanan indonesia?" Tanyaku pada Azfer. Dia sudah memandangi berbagai menu dalam meja. "Suka, semuanya berbeda-beda cita rasanya" jawabnya lalu mengeret kursi duduk. "Kau harus mencoba kebab ala Indonesia" celotehku tersenyum padanya, dia juga tersenyum, siapa wanita yang tidak akan takluk pada orang ini? Aku mengeleng pelan. "Emang ada disini kebab indonesia?" aku lalu mengambil beberapa makanan. "Ada rasanya enak, lebih enak dari asli"
Azver pov Aku sedang memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu antara aku dan Liana, aku memang lebih dewasa dari Liana, aku juga paham bahwa Liana tidak pernah begini, dia wanita baik baik, ku yakin aku adalah pria pertama yang menyentuhnya seperti ini, aku benar benar lupa logikaku dimana beberapa jam yang lalu, aku ingat ketika Ana memegang tanganku ketika aku sudah ingin, benar benar diriku sudah menjadi setan yang sebenarnya, logikaku hilang, semua janji yang ku sanggupi padanya pun ku lupakan entah, hanya satu rasa yang dominan kala itu, aku menginginkan dia, menginginkan kepuasan. Melebihi siapapun tubuh Ana adalah yang terindah, bibir Ana lembut dan membuatku ingin terus menikmatinya dan "shit!" Lidahnya yang lancip membuatku terus menginginkan hisapanya. Pikiranku kotor sekarang.
Ana pov "Assalamu'alaikum" "W*'alaikum salam" jawab Sari yang masih didepan TV "Kakak cantik banget, habis pesta ya" ia memandangku meneliti dari atas ke bawah. Jujur aku agak risih sama pangandangan mengoda adekku ini, bukan karena apa, dia pasti lagi mikirkan yang bukan-bukan tentang aku dan Azfer. "Mana mas mas gantengnya?" Tanyanya spontan membuat kecurigaanku dibenarkan ka ini, dia celingak celinguk melihat arah pintu. "Langsung pulang" ketusku "Ealah, aku sudah pengen foto dia, pasti ganteng" aku memutar bola mataku malas, Sari malah sudah tersenyum senyum jahil padaku, dasar Sari. "Kakak istirahat dulu"
Author POV"Ini rumahku, lihatlah sekarang fer, kehidupanku jauh berbeda denganmu"Azfer menatap Liana sendu"Sudah berkali kali ku katakan An, perbedaan itu hanya manusia yang membuat, dihadapan Tuhan kita semua sama, aku mencintaimu bagaimanapun kamu, tidak usah meragukan apapun" Liana menitikan air mata akhirnya, Azfer lalu mengusapnya lembut, memeluknya sekilas sampai Ana mendapatkan ketenangan, lalu mereka memantapkan hati untuk keluar dari mobil itu."Assalamu'alaikum?" Liana mengetuk pintunya"Wa'alaikum salam" sahut suara dari dalam, Liana membuang nafas pelan, dia sedang menyiapkan hatinya kini, lalu pintu terbuka lebar, wajah ibu Liana yang masih berdaster keluar setelahnya.
Liana POV Kau pernah hiking?" Tanyaku pada Azfer yang sedari tadi konsen menyetir, jalanan yang padat membuat dia sedikit menegang. "Pernah beberapa kali" jawabnya memandangiku sekilas disudut matanya. "Pasti kau bukan mahasiswa pecinta alam dulu" Azfer tersenyum, mendapatkan sindiran dariku, aku memang kadang suka mengargumen orang tanpa pikir panjang dulu. "Aku pernah mendaki Everest" "Hah gunung tertinggi itu?" Nah kan, aku dibuat melonggo. Azfer menganguk santai, gantian dia sekarang yang meremehkanku. "Bukanya disana
Liana POv Kereta jakarta ke surabaya memakan waktu lebih dari tiga jam, Mert dan Elif ku lihat sudah terbang ke alam kapuk, Mert dengan air liurnya, ya begirulah mereka kami sudah bersahabat sejak pertama kali datang ke Istanbul, jadi dua setengah tahun ku habiskan dengan mereka membuatku hapal benar kelakuan mereka, sedangkan Azfer masih terjaga, ia membaca buku disebelahku dengan tenang, buku membuat dia seakan menyatu denganya, dia pasti terbiasa terjaga begini, bagaimana tubuhnya bisa baik-baik saja sampai sekarang?, ah pria satu ini memang luar biasa, pantas saja banyak wanita cantik mengaguminya. "Berapa lama rekor tidak tidurmu?" "Hem, tiga hari tidak tidur pernah, aku bisa terjaga semalaman" ucapnya berbisik tapi tidak terusik sama sekali dari bacaanya, bahkan ia hanya melirikku sekilas dari ujung matanya.
Liana POV "Kita istirahat liana" rengek Mert yang sudah kelelahan. "Sedikit lagi danau cantik, minumlah Mert, serahkan semua bebanmu pada Elif dan Pelin, enak enak saja mereka berdua" celotehku, aku sudah tidak sabar dengan dua orang gadis didepan itu. "Biar aku bantu" kata Azfer lalu membawa salah satu tas besar. "Terima kasih sayang" kataku padanya "Sama sama" kata Azfer, Mert hanya bisa memayunkan bibir melihat adegan ku dan Azfer saling memuji begitu. "Mert, Liana, Azfer buruan kalian lambat sekali" "Teman kalian sudah megap-megap seperti ikan yang kehabisan air kalian enak saja!!!" Teriak ku pada Elif dan Pelin