Liana POV
Kau pernah hiking?" Tanyaku pada Azfer yang sedari tadi konsen menyetir, jalanan yang padat membuat dia sedikit menegang.
"Pernah beberapa kali" jawabnya memandangiku sekilas disudut matanya.
"Pasti kau bukan mahasiswa pecinta alam dulu"
Azfer tersenyum, mendapatkan sindiran dariku, aku memang kadang suka mengargumen orang tanpa pikir panjang dulu.
"Aku pernah mendaki Everest"
"Hah gunung tertinggi itu?" Nah kan, aku dibuat melonggo.
Azfer menganguk santai, gantian dia sekarang yang meremehkanku.
"Bukanya disana
love
Liana POv Kereta jakarta ke surabaya memakan waktu lebih dari tiga jam, Mert dan Elif ku lihat sudah terbang ke alam kapuk, Mert dengan air liurnya, ya begirulah mereka kami sudah bersahabat sejak pertama kali datang ke Istanbul, jadi dua setengah tahun ku habiskan dengan mereka membuatku hapal benar kelakuan mereka, sedangkan Azfer masih terjaga, ia membaca buku disebelahku dengan tenang, buku membuat dia seakan menyatu denganya, dia pasti terbiasa terjaga begini, bagaimana tubuhnya bisa baik-baik saja sampai sekarang?, ah pria satu ini memang luar biasa, pantas saja banyak wanita cantik mengaguminya. "Berapa lama rekor tidak tidurmu?" "Hem, tiga hari tidak tidur pernah, aku bisa terjaga semalaman" ucapnya berbisik tapi tidak terusik sama sekali dari bacaanya, bahkan ia hanya melirikku sekilas dari ujung matanya.
Liana POV "Kita istirahat liana" rengek Mert yang sudah kelelahan. "Sedikit lagi danau cantik, minumlah Mert, serahkan semua bebanmu pada Elif dan Pelin, enak enak saja mereka berdua" celotehku, aku sudah tidak sabar dengan dua orang gadis didepan itu. "Biar aku bantu" kata Azfer lalu membawa salah satu tas besar. "Terima kasih sayang" kataku padanya "Sama sama" kata Azfer, Mert hanya bisa memayunkan bibir melihat adegan ku dan Azfer saling memuji begitu. "Mert, Liana, Azfer buruan kalian lambat sekali" "Teman kalian sudah megap-megap seperti ikan yang kehabisan air kalian enak saja!!!" Teriak ku pada Elif dan Pelin
Ana pov Aku meregangkan tanganku lelah, kami sudah sampai di Bogor lagi, Azfer berkutat dengan handphonya disampingku, Elif dan Mert mereka minta diantarkan ke bandara Juanda Surabaya untuk langsung terbang ke Bali, mereka rencananya akan menghabiskan liburan ke Bali sambil menunggu acara pernikahanku, besok rencanya kami akan menjemput ibu dikampung, adikku Sari dan beberapa keluarga untuk terbang ke Bali termasuk Lisa, aku sudah jangan tanya lagi sekarang dimana, pemuda tampan ini membuatku terpenjara disini, di hotel yang Azfer sewa untuk tinggak sementara ini, dia tidak memperbolehkanku pulang kecuali menjemput ibu besok, itupun denganya. Aku memandangi TV plasma besar yang sedang memutar film lokal didepanku. Tapi tubuhku terlalu lelah untuk mencerna semua cerita yang berputar itu Al-hasil aku hanya menatapnya dengan kekosongan tanpa tau ceritanya bagaimana.
Liana POV -Bali island of paradise- Begitulah simbol dari bali, bali dengan berjuta keindahanya, bali dengan berjuta keramahanya dan bali dengan berjuta seninya. Aku penat setelah membagi bagi kamar di resort, aku ingin mereka mendapatkan yang terbaik, lagian tidak mungkin aku meminta Azfer untuk membantu, biar sebagian kecil aku membantunya. Tokkkkk tokkkk tokkk "Liana" itu suara Azfer mengetuk pintu "Iya sayang" aku bergegas membuka handle pintu kamar, terlihat Azfer yang sudah segar dengan kaos oblong putinya, celana jeans dan sepatu putih, kaca matanya dibiarkan mengantung begitu saja di kaos, aku berdoa pada tuhan dulu untuk menjauhkan saja Azfer dari
Author pov Make up artis Liana sedang menyelsaikan riasan terakhirnya, untuk calon pengantin, make up artis ini sengaja didatangkan Dilara dari Istanbul khusus untuk hari pernikahan Azfer. "Bukalah matamu sebentar" ucap make up artis itu begitu pekerjaan melukis wajah Liana selesai. Perlahan Liana membuka matanya melihat kekaca, ada wajah lain yang tak ia kenali dalam kaca itu, sungguh wanita dalam kaca itu sangat cantik dan angun, Burcu tersenyum dikaca memandangi hasil karyanya pada wajah Liana. "Bagaimana, masihkan Azfer mengenalimu?" Tanyanya tersenyum. "Siapa wanita itu" "Itu kamu Li -ana, sangat... natural"
AZFER POV. Tempat ini sangat tenang sekali, meskipun ya panas, tapi aku suka pantai dimana mana, aku sudah masuk kamar duluan, Liana meminta ijin menyusul ku tadi, segera ku lepas pakaianku dan bajuku, ku ganti dengan bathrobe yang sudah disediakan, tubuhku rasanya lengket habis berpesta seharian, kamar mandi terlihat sangat mengoda bagiku. Ritualku sudah selesai, air hangat membuatku jauh lebih baik, aku memakai bathrobe seperti tadi, ku buka pintu kamar dan seorang berbaju pengantin sedang berusaha melepas pakianya. "Ehem" aku berdehem karena orang itu terlalu asik sampai lupa daratan, dia menoleh melihatku, sebagian riasanya sudah dibersihkan, pertanda dia sudah sedikit lama disini, dia tersenyum manis ke arahku. "Sudah selesai?" Tanyanya sambil tersenyum "Maaf aku tidak menyiapkan air mandi untukmu" katanya kemudian Aku mendekat ke Liana, harum bau parfumnya sangat mengular mengusik penciumanku.
Author POV Kamar ini besar sekali menurut pandangan Ana, ada bed besar tengah berwarna putih sofa panjang disebelahnya dengan meja kayu kecil, TV plasma besar, terakhir paling ujung adah walk in closet lalu bersebelahan dengan kamar mandi. "Ini kamar kita" kata Azfer berbinar binar "Kamu suka?, Aku tidak tau seleramu, jadi ku buat sama saja dengan dirumah mama" "Ini lebih dari cukup sayang" lirih Liana dia berjalan kedepan menelisik setiap detailnya dia masuk meneliti kamar mandi, jangan ditanyakan lagi bagaimana kamar mandinya tentu besar dan rapi, liana berbalik dan mendapati Azfer sedang menyeret koper ke walk in closet. "Besok saja di bongkar, kita isttirahat" katanya tersenyum
Author POVSeminggu kemudian wajah cantik itu sedang berjalan cepat ke arah prodi jurusan, ia menyerahkan sebuah dokumen dan tersenyum meninggalkan resepsionist dengan cepat, ia berlari ke arah parkiran, dia memelankan langkahnya ketika ia melihat mobil besar range over keluaran terbaru, pasti itu Azfer, siapa lagi kalau bukan suami tampanya.Liana berhenti tepat disamping, kaca mobil itu terbuka."Hai, maaf menunggu lama" kata Liana, Azfer tersenyum lalu Liana berputar dan masuk disebelah suaminya."Aku baru saja sampai" kata Azfer lalu menyalakan mobil dan menekan pedal gas keluar parkiran pelan"Kita makan dimana?""Em, ke tempat yang pernah kau ku jungi bersamaku"
Author POV Azfer telah bersiap untuk pulang hari ini, dia tersenyum lembut ke Istrinya-Liana, wanita yang sedang membereskan semua barang itu terlihat sangat sibuk, beberapa kali dia mondar mandir untuk mengecek barang-barangnya. "sayang..." Azfer memangil dengan suara yang lembut sekali. Liana menoleh dalam mode pelan, matanya mengerjap beberapa kali ketika bertemu dengan manik mata suaminya. "ada apa sayang?" tanyanya, dia sedang serius dan berkonsentrasi penuh. Azfer tersenyum sekilas lalu mengeleng pelan. "kamu jangan terlalu capek" ucapnya, Liana kemudian tersenyum dan menghampiri suaminya itu. Liana tentu saja tidak memperbolehkan Azfer untuk ikut serta membereskan semua barang-barang, kesehatanya belum sepenuhnya pulih. "aku kayak De-javu ya, kayak adengannya kebalik gitu" Liana lalu tertawa berderai, Azfer ikut tersenyum lebar mendapati tawa istrinya yang renyah itu. "dulu kamu yang kayak gini di Ista
Liana POVaku tidak pernah menyangka akan melibatkan diriku pada urusan yang sangat pelik ini, ku pikir semuanya akan terkendali. nyatanya tidak satupun yang dapat ku kendalikan.Suamiku terbujur dengan peralatan medis di sekujur tubuhnya, bahkan tadi aku bergetar hebat ketika menelephone ibuku dan mama Dilara, entahlah apa yang akan mereka katakan padaku nanti, Mama bahkan menangis hebat dan langsung memesan penerbangan ke Indonesia malam ini juga, tapi jarak istanbul-Indonesia yang mencapai hampir delapan jam perjalanan udara.dokter sudah memeriksa Azfer tadi dan melakukan tindakan operasi cepat, kalau Azfer dapat melewati masa kritisnya dalam waktu kurang dari 24 jam kemungkinan dia akan sembuh lebih besar, tapi lain lagi jika ia tidak dapat melewati masa kritis, mungkin aku harus bersiap dengan kemungkinan terparah.aku menekan-nekan ponselku sebentar aku menghubungi Ismet, mukanya langsung muncul dalam layar ponselku ketika panggilanku dijawab
Author Pov Mobil metalik hitam jenis sedan keluaran terbaru itu, memasuki area istana gubernur Jawa barat, lebih tepatnya di kota kembang Bandung. Seorang dengan pakaian formal berwarna merah berkelas menuruni mobil tersebut, lalu mobil dibelakangnya juga mengikuti, seorang berwajah sangat rupawan di ikuti seorang pria paruh baya keluar dari mobilnya. "Ibu Liana" panggil Sancar "Iya pak" wanita itu menjawab dengan santai, siapa lagi kalau bukan Liana. "Bagaimana persiapan untuk presentasinya?" "Sudah saya siapkan pak" katanya mantap, kedua laki-laki itu saling pandang dan mangut-mangut sekilas, kemudian mereka berjalan memasuki gedung besar itu di ikuti Liana dibelakang mereka. -- Pertemuan itu berjalan dengan sangat baik, bahkan tidak ada kendala yang berarti bagi pihak AHA, sumber daya manusia indonesia yang mengelola pertanian sangat besar apalagi dijawa barat, gubernur sangat senang atas inve
Author POV Lampu merah itu terjadi sangat lama dipertengahan jalan, kini mobil sudah sampai pada jalan palgura mobil mengerem mendadak, membuat Xavi hampir tersungkur kedepan. "Akhh.... " ucapan Xavi terputus setelah beberapa orang berkaos hitam mengendor pintu mereka. Ada empat orang sekarang yang mengerumuni mobil mereka. "Buka pintunya!!!" teriaknya lantang, sebuah pistol sudah ditodongkan tepat disamping kaca, memaksa ujang langsung tiarap. "Buka sebelum semua orang berkerumun Nona!!!" Teriak yang disamping Xavi, dengan cepat Ujang membuka kunci pintu mobil, dan dengan cepat orang-orang itu membuka mobil dan memaksa Xavi keluar. "Ikut kami baik baik nona" kata mereka dengan halus Xavi yang tidak mengerti bahasa
Author POV Dipulau Bali, Xavi terlihat berjalan santai didekat pantai Kuta, ia sering menikmati matahari dipantai cantik itu, tidak sulit untuk menginjakkan kaki setiap hari dipantai itu, karena jarak rumah yang dibangun Liana dikuta tidak jauh dari pusat gemerlap pantai kuta. Langkah kakinya berjalan telanjang menyusuri pantai yang penuh dengan turis dari berbagai negara itu, dia senang karena tidak perlu bersapa atau ramah pada orang-orang itu karena toh orang-orang itu juga tidak mengenalnya, dia juga tidak ingin mengenalkan dirinya ke semua orang, anggap saja, dia ingin melarikan diri dari kenyataaan bahwa orang yang telah mengisi hatinya bukan orang yang pantas untuk dia temani. Lalu Xavi duduk pada pasir putih, setelah matahari terbit dari arah barat dia beranjak dari tempat duduknya, dia berniat ingin kembali ke rumah, mungki n asisten rumahnya yang di
Author POV Welcome Soekarno-Hatta Akhirnya Arslan, Azfer dan Liana tiba dibandara Soekarno-Hatta, ibu Liana-Sumarni terlihat menunggu di penjemputan bandara bersama Sari, wajah mereka terlihat berbinar binar, Liana dan Azfer menggeret koper mereka, sedangkan Assisten mereka dan Arslan sedang berjalan kedepan. "Itu mereka Sari" kata Sumarni pada Sari, mata Sari langsung memandang ke arah kedatangan dan benar saja Azfer dan Liana terlihat tersenyum manis dari kejauhan, dengan cepat Sumarni menghampiri ke empatnya. "Sayang" Liana langsung memeluk ibunya begitu dekat, Azfer memeluk sari sekilas, merek bergantian berpelukan. "Ibu kangen nak" katanya disertai lelehan air mata dari sudut matanya.
Liana POV Deru mobil Azfer terdengar memasuki lobi, kantor ini tidak besar dan pegawaiku juga tidak banyak, jadi ada tamu yang masuk hanya mampir saja kami akan langsung tau, Azfer seperti biasa dengan ramahnya dia menyapa pegawai lalu gagang pintu terbuka lebar "Tünaydın sweety" "Tünaydın sweet heart" aku langsung memeluknya, senyumanya merekah dan indah "Bagaimana tadi pertemuanya" "Duduklah dulu, teh kopi?" Tawarku "Kopi saja" lalu duduk disofa tamu Aku beranjak ke mesin coffe untuk membuatkaanya moccacino, setelah selesai aku segera menghampirinya dan meletakkan moccacino nya d
Liana PoV Bagaimana dia bisa mengenalku? Tanyaku pada diri sendiri, aku mencoba tersenyum untuk orang satu ini. "Iya saya, ada yang bisa saya bantu Sancar bey?" Tanyaku pada orang yang baru saja memangil namaku. "Anda lawyer AHA?" Dia tersenyum ramah padaku, jelas dia bukan orang yang bisa ramah kepada siapapun, cenderung wajah yang dingin, tapi kenapa dia bisa sangat ramah dan tau namaku?. "Iya benar pak" kataku, Oemar didisampingku hanya diam memperhatikam kami, sekilas dia melirikku dari sudut matanya, Sancar mendekat. "Saya permisi dulu ibu Liana" kata Oemar dia memang agak gelisah sejak Sancar memangilku baru saja. "Oh, iya pak Oemar terima kasih, nanti s
Liana POV "Selamat siang... " aku berdiri didepan seorang resepsionist. "Selamat siang ibu Liana, rapatnya sudah dimulai, ada di lantai Lima" sebegitu seringnya aku kesini sampai-sampai resepsionist itu mengenal wajahku. "Terima kasih" jawabku tersenyum "Ibu Liana..." seseorang memanggilku dari belakang, aku menoleh rasanya tidak asing dengan suara itu, seorang laki laki tampan bertubuh tegap tersenyum padaku. "Oemar" kataku lalu mengulurkan tangan, dia tersenyum manis. "Bagaimana kabarmu?" lanjutku "Baik baik" jawabnya tersenyum lalu pintu lift membuka, kami langsung masuk