Ah!Teriakan Hana membuat Hendro menginjak rem, Rolls-Royce pun berhenti.Hana tersentak, dia sangat takut, "Hendro, kenapa kamu ngebut begitu?"Wajah Hendro tampak muram. Dia mendongak dan melihat Lamborghini yang hendak disusulnya telah melaju kencang.Hendro mengerutkan bibirnya, "Apa kamu baik-baik saja?"Hana menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja."Hana berkata, "Aku tidak menyangka Wenny akan memprovokasi Steve. Wenny barusan menari seperti itu di lantai dansa. Dia hidup di pedesaan dan berhenti sekolah pada usia 16 tahun. Dia pasti belajar cara menggoda pria. Wenny benaran tidak punya harga diri!"Tatapan Hendro berubah dingin, sosok Wenny yang sedang menari di lantai dansa muncul dalam benaknya. Dia memang mempelajari cara menggoda pria, Hana tidak salah menuduhnya.Steve memiliki standar yang tinggi, tetapi tetap tertarik padanya."Hendro, apa kamu dan Wenny sudah bercerai hari ini?""Belum."Hana tertegun, "Kenapa? Bukankah kalian pergi mengurusnya hari ini?"Hana kira
Setelah berdering dua kali, Wenny menutup telepon.Hendro, "..."Wanita sialan ini berani menutup teleponnya!Kepala pelayan, Pak Yudi datang menghampiri, Hendro memberi perintah, "Pak Yudi, hubungi Nyonya Muda dan kasih tahu bahwa Bu Lisa sedang tidak enak badan dan minta dia segera kembali!"Pak Yudi tertegun, "Tapi Pak, Bu Lisa tertidur setelah minum obat herbal Nyonya Muda, dia dalam keadaan sehat walafiat."Hendro, "… Aku suruh kamu membohonginya, apa kamu mengerti?"Pak Yudi kembali tertegun, "Pak, kurang baik kalau membohongi Nyonya Muda, bukan? Dalam tiga tahun ini, Nyonya Muda harus mengurus Bapak dan Bu Lisa, sungguh kasihan. Biarkan Nyonya Muda bermain di luar dan bersantai malam ini."Hendro, "… Pak Yudi, mau hubungi, tidak?"Mungkin tatapan Hendro terlalu tajam, Pak Yudi segera mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Ya! Pak, aku akan meneleponnya!"Hendro menaruh kedua tangannya di pinggang, dahinya berdenyut-denyut. Keluarga ini benaran tak terkendali. Tak seorang pun mau m
Meski punya masa kecil yang tidak bahagia, Wenny tetap tidak kehilangan keberanian untuk mencintai seseorang.Baik Landy maupun Hendro, Wenny tetap berinisiatif mencintai mereka sepenuh hati.Mencintai seseorang tidak berarti bersikap rendah hati atau rendah diri terhadap orang lain.Juga bukan alasan bagi orang lain untuk menindasnya.Lagi pula, Wenny tidak menyukainya lagi.Dia tidak menyukai Hendro lagi.Hendro menatap Wenny dengan dingin, lalu tersenyum ironis, "Apa benar kamu tidak menyukaiku lagi?""Benar... Uhh!"Sebelum Wenny sempat berkata, Hendro sudah menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya secara paksa.Wenny tercengang, pikirannya menjadi kosong, matanya tiba-tiba menyusut. Dia tidak percaya Hendro tiba-tiba menciumnya.Mereka memang pernah berciuman, tapi terakhir kali di kamar mandi, Wenny yang memeluk, menjerat dan berinisiatif untuk menciumnya.Sekarang Hendro malah menciumnya.Wenny langsung meronta dan mengangkat tangannya hendak mendorong Hendro, "Lepaskan aku!"
Dasar pria ini!Wenny sangat geram. Dia berdiri berjinjit dan menggigit sudut bibir Hendro.Shrrr.Hendro merasa sakit, bau darah memenuhi mulutnya. Wenny menggigitnya sampai berdarah.Hendro mengulurkan tangan dan meremas wajahnya hingga membentuk huruf O. Matanya penuh permusuhan. "Apa kamu anak anjing? Kenapa suka sekali gigit orang?"Wenny menatapnya dengan tegas, "Sebaiknya kamu pikir baik-baik bagaimana jelaskan luka di sudut bibirmu itu pada Hana besok. Steve terima barang bekasmu, bukankah Hana juga terima barang bekas dariku?"Hendro, "..."‘Siapa barang bekas?’‘Dasar wanita sialan!’"Kita bisa main punya masing-masing, tapi Steve tidak bisa!""Kenapa?"Sebab, Steve itu sahabatnya, Hendro merasa tidak nyaman.Hendro mengamati Wenny dari atas ke bawah, "Menurutmu, Steve akan menyukaimu? Jangan bermimpi. Kamu hanya bisa menari di lantai dansa. Kamu ini gadis desa yang berhenti sekolah di usia 16 tahun. Kamu tidak memiliki pendidikan dan pekerjaan. Standar Steve tidak serendah i
Hendro baru saja mandi, dia mengenakan piyama sutra hitam. Rambutnya basah dan meneteskan air. Penampilan segar membuatnya tampak lebih muda dan lebih tampan dari penampilannya yang biasa mengenakan setelan jas.Wenny meliriknya, pria ini benar-benar tampan.Saat ini, nada dering ponsel berdering, ada yang menelepon.Hendro menghampiri untuk menjawab telepon. Ternyata Sutinah yang menelepon, "Pak, Dewa C berjanji akan menemuimu di Rumah Sakit Pengobatan Tradisional besok."Wajah Hendro tampak tenang. "Sebelumnya, Dewa C ini datang dan pergi, berpura-pura misterius. Besok aku mau lihat siapa dia sebenarnya!"Wenny merasakan dingin di lehernya. Gawat!Hendro masih ingat terakhir kali Dewa C mengabaikannya. Berani bermacam-macam di depannya, Hendro bakal menghabisinya.Besok Hendro akan melihatnya sendiri.Hendro menatap Wenny dan berkata, "Kamu tidak mau mandi?""Mau." Wenny segera bergegas ke kamar mandi.Hendro menutup telepon dengan wajah cemberut. Si Dewa C ini membuatnya jengkel sam
Meski sudah menikah lebih dari tiga tahun, Hendro belum pernah tidur dengan Wenny, dia tentu juga belum pernah tidur dengan wanita lain. Ini pertama kalinya.Hendro merasa lucu ketika melihat kesibukannya dengan perawatan kulit.Wenny menyadari tatapannya, lalu menoleh untuk melihat.Hendro tak sempat mengalihkan pandangannya, jadinya mereka saling bertatapan.Wenny melotot ke arahnya, "Apa yang kamu lihat? Apa kamu tidak pernah melihat wanita cantik?"Hendro, "… Kamu bisa membaca buku untuk meningkatkan diri. Meski berdandan cantik, kamu tetap hanya sebuah vas."Wenny, "..." ‘Tunggu saja, cepat atau lambat aku bakal menyilaukan matamu yang selalu meremehkan orang lain!’Wenny mengabaikannya, dia menyingkap selimut dan naik ke ranjang.Ponsel Hendro tiba-tiba berbunyi ding.Hendro menunduk dan melihat, ternyata Pak Erik dari Harvard membuat sebuah grup.Selain Hendro, ada satu orang lagi, yaitu W dengan foto hitam, itu adik kelas geniusnya.Adik kelas yang menolak permintaan pertemanan
Kata "menyebalkan" sungguh membingungkan.Hendro tidak peduli. Dia meletakkan ponsel dan lanjut meninjau dokumen-dokumen itu.Selesai bekerja sudah larut. Hendro bangkit dan menuang segelas air. Dia menoleh dan melihat Wenny sudah tertidur.Hendro ingin berbalik dan kembali ke sofa, tapi terdengar suara "ding", ponsel Wenny yang diletakkan di samping bantal menyala, ada notifikasi Whatsapp.Hendro menatap ponselnya, lalu tatapannya yang dingin dan suram tiba-tiba menyipit.Dia melihat avatar Whatsapp miliknya menyala, tampaknya mirip dengan avatar Whatsapp milik W.Hendro melangkah ke ranjang dan meraih ponselnya.Namun, Wenny tiba-tiba membalikkan badannya, wajahnya menempel di kepala Hendro.Hendro tercengang, dia tidak tahu apa yang tengah diperbuatnya. Barusan pasti salah lihat, mungkinkah Wenny adalah adik kelasnya?Bagaimana itu mungkin?Wenny hanyalah vas yang cantik.Saat itu, Hendro merasakan kelembutan di telapak tangannya. Ternyata Wenny yang sedang tidur mengusap-usap wajah
Stella melihat Wenny mendekat.Hendro dan Hana juga melihatnya, Hana pun terkejut dan bertanya, "Wenny, kenapa kamu di sini?"Stella menatap Wenny dengan jijik, "Mengenai masalah tadi malam kamu menggoda Kak Steve, akan aku selesaikan denganmu. Sekarang segera pergi, kami sedang menunggu Dewa C. Kami tidak punya waktu untuk disia-siakan denganmu!"Pandangan Hendro tertuju pada Wenny, dia mengerutkan kening. Meski tak berkata apa-apa, jelas terlihat bahwa Hendro tidak menyambut kedatangannya.Seolah-olah Wenny datang untuk menimbulkan masalah.Wenny tidak marah. Dia menatap ketiga orang itu dengan konyol, lalu mengedipkan mata, "Aku tahu kalian sedang menunggu Dewa C."Hana, "Lalu kenapa kamu tidak pergi?"Wenny menegakkan punggungnya dan tersenyum, "Akulah yang kalian tunggu..."Sebelum Wenny selesai berkata, seseorang muncul, "Wenny, kenapa kamu di sini?"Wenny berbalik dan melihat Susan datang.Bu Jena melahirkan tiga putra, putra tertua Nando, putra kedua Andy, putra ketiga Martin,
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie