Saat ini, Hendro sedang marah. Dia marah karena Wenny bilang ini adalah terakhir kalinya dan menyuruhnya untuk tidak mencarinya lagi.Ketika bibir merah lembut Wenny mendekat dan menciumnya, Hendro langsung mendorongnya pergi dengan tangan secara tidak sabar.Namun, tangan Wenny yang semula bertumpu di bahunya malah berpindah melingkar ke lehernya. Wenny memeluknya dengan erat sambil berucap, "Hendro, nggak boleh dorong aku ...."Sepasang mata jernih Wenny menatapnya dengan tajam. Nadanya seperti anak gadis manja. Dia mengucapkan satu per satu kata dengan aksen yang agak menggoda dan lembut.Suaranya seperti menjalar ke dalam tubuh Hendro dan langsung membuat otot-ototnya menegang."Sama seperti dulu. Ini rahasia kita berdua. Aku nggak akan bilang ke Hana."Usai berkata demikian, Wenny kembali mencium bibirnya.Ujung mata Hendro yang panjang terlihat memerah. Seorang pria yang pernah mencicipi rasa semanis itu bagaikan binatang buas yang sudah pernah mencicipi daging. Kadang kala, dia
Yuvi menarik Wenny agar bangun sambil bertanya, "Wenny, jangan tidur terus. Kamu habis lakukan apa sih? Kenapa sampai ngantuk gini?"Wenny mengusap matanya yang masih mengantuk seraya membalas, "Aku mau tidur sebentar lagi."Yuvi memarahi, "Tidur apaan? Semangat dikit! Ayo, aku ajak kamu ke bar buat senang-senang!"Yuvi akhirnya bawa Wenny ke bar. Tak lama kemudian, mereka langsung melihat beberapa orang yang mereka kenal duduk di ruang VIP yang mewah. Ada Hana, Alex, Stella, dan beberapa anak orang kaya lainnya.Alex duduk di sofa, lalu berkata, "Kak Hana, Kak Hendro sudah pergi dinas selama dua hari ya? Malam ini dia pulang, 'kan?"Setelah malam itu, Hendro memang langsung pergi ke luar kota untuk urusan kerja. Wenny juga belum bertemu dengannya lagi. Tentu saja dia juga tidak menghubungi pria itu.Sesuai kesepakatan, setelah malam itu mereka berdua tidak saling berutang apa-apa lagi.Meskipun begitu, sekarang rahasia di antara mereka berdua jadi bertambah satu lagi.Hana tersenyum k
Wenny terpaku sejenak. Dia tidak tahu apa maksud dari pesan itu.Bukankah kalung Carnelian Merah Kristal itu dibelikan untuk Hana?Kenapa Hendro malah bertanya apa dia suka atau tidak?Mungkinkah pria itu beli dua buah? Satu untuk Hana dan satu lagi untuknya?Kalau dipikir-pikir, Hendro memang sangat kaya. Hal semacam itu bukan hal yang mustahil.Wenny merasa ini agak lucu. Apa pun maksudnya, dia tidak akan lagi membiarkan dirinya berputar-putar mengelilingi hidup pria itu. Dia tidak akan terus menebak-nebak apa yang ada di hatinya. Malam itu di jalan tol, dia sudah bayar lunas semuanya. Hubungan mereka sudah selesai.Wenny menyimpan ponselnya dan tidak membalas pesan itu.Saat itu, Hana keluar dari dalam ruangan. "Wenny, kamu juga datang?"Jelas terlihat suasana hati Hana sedang sangat baik. Dia memang sangat suka barang-barang mewah. Kalung Carnelian Merah Kristal pemberian Hendro itu membuatnya senang bukan main.Wenny membalas sambil mengangguk, "Cuma mampir sebentar.""Beberapa ha
Hendro sudah pergi.Namun yang dipedulikan oleh Wenny bukanlah kepergiannya, melainkan apa yang sudah dia lakukan?Gimana bisa Hendro dengan seenaknya melemparkan kalung Carnelian Merah Kristal itu ke tempat sampah?Itu adalah kalung Carnelian Merah Kristal yang harganya lebih dari 20 miliar.Sekaya apa pun seseorang, bukan berarti bisa membuang-buang uang seperti itu!Wenny langsung berlari ke tempat sampah, lalu mengulurkan tangan dan mengambil kantong belanja mewah itu. Untung kantongnya tidak kotor atau rusak. Kalau sampai begitu, benar-benar sayang sekali.Wenny kembali ke asrama putri. Dia duduk di depan meja rias dan membuka kotak beludru di dalam kantong itu. Kalung Carnelian Merah Kristal itu bersinar terang di bawah lampu, begitu indah sampai membuat napasnya tertahan.Hendro memang selalu punya selera tinggi. Gimanapun, dia adalah pewaris keluarga kaya raya yang sejak kecil hidup serba mewah. Soal estetika, dia tidak pernah salah.Barang yang bisa menarik perhatian Hendro pa
Wenny membuka pesan itu. [Suami] mengirimkan satu emoji senyum tipis.Wenny langsung terdiam.Wanita itu menutupi wajahnya sambil berteriak, "Aaargh!"Sementara itu, Hendro duduk di kursi kantornya. Dia menatap layar obrolan dari Wenny yang terus-terusan muncul tulisan "sedang mengetik". Situasi ini berulang selama beberapa menit. Namun akhirnya, sepertinya wanita itu menyerah. Tak ada pesan yang dikirim dan ruang obrolan langsung menjadi sunyi.Ekspresi muram di wajah tampan Hendro perlahan menghilang. Dia benar-benar terhibur.Wenny gampang sekali digoda.Hendro lalu teringat foto yang ada di tangkapan layar itu. Saat leher Wenny yang indah dipasangi kalung Carnelian Merah Kristal, memang sangat cantik.Hendro juga teringat komentar sahabat Wenny. Dia memanggilnya apa tadi? Si Bajingan Hendro?[Wenny, kamu memanjakannya sampai dia sepuas apa? Dia bisa-bisanya kasih kamu kalung semahal ini cuma sebagai hadiah?]Tatapan Hendro menjadi lebih dalam dan tajam. Di benaknya, dia tak kuasa m
Hana menggandeng lengan Hendro, lalu berucap manja, "Hendro, kita tidur satu kamar ya."Steve langsung merangkul pundak Wenny. "Wenny, kalau gitu kita juga satu kamar ya."Hendro menoleh dan menatap ke arah Wenny. Saat ini, wanita itu membalas sambil mengangguk, "Oke."Wenny setuju tidur sekamar dengan Steve.Hendro menekan bibir tipisnya sedikit.Wenny menyadari tatapan pria itu dan mengangkat kepala. Tatapan mereka pun bertemu. Matanya yang dingin dan dalam menatap lurus ke arah pria itu.Hendro sedang menatapnya dengan dingin.Untuk apa dia melihat Wenny?Wenny langsung teringat kejadian dua malam lalu soal pesan Whatsapp. Saat itu, dia begitu panik sampai rasanya ingin menggali lubang dan bersembunyi. Kini, dia hanya mengalihkan pandangan dengan tenang.Manajer resor menyambut mereka dengan senyum, "Pak Hendro, Pak Steve, yang satu adalah kamar suite Pearl Sea View dan satunya lagi adalah kamar suite Diamond Sea View. Kira-kira, gimana pembagian kamarnya?"Hana sudah lama tahu bahw
Tiba-tiba, mobil sport milik Hendro meluncur tajam ke arah Wenny, berusaha memaksanya mundur. Namun Wenny justru menantang bahaya. Sisi kanan mobilnya bersentuhan dengan dinding, memercikkan semburat api yang menyala-nyala sepanjang jalan. Dalam sekejap, mobilnya melayang dan meluncur dengan kecepatan tinggi, menyusul Hendro dari belakang. Tidak disangka, kemampuan membalapnya begitu memukau, sungguh luar biasa. Hendro melirik ke arah Wenny. Angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya, membuat helaian rambut hitam panjang dan bersih itu berkibar indah di udara, sebagian menyangkut lembut di wajah seputih salju dan leher jenjangnya. Kecantikannya begitu bersinar, begitu memesona hingga tidak sanggup mengalihkan pandangan. Wenny memakai kacamata hitam dan menoleh pelan ke arahnya, lalu tanpa basa-basi mengacungkan jari tengah. “Sialan…” Hendro hanya terkekeh rendah. Suaranya dalam dan serak, seperti bergulir dari dada, malas tapi menggoda. Gadis itu… membuat hatinya gatal. Gatal dan tak te
Steve tertawa, “Jadi ternyata yang dimaksud bala bantuan oleh Wenny adalah Hana.”Hendro mengernyit, tak mengerti, "Bala bantuan apa?"“Tadi kalian berdua imbang, susah mastiin siapa menang. Tapi Wenny bilang, Hana punya penyakit jantung. Jadi, sehebat apapun kamu nyetir, tetap saja nggak bisa bawa penumpang seperti dia. Hana pasti jadi bala bantuan buat Wenny.” Nada bicara Steve ringan, tapi penuh arti.‘Dia bilang begitu?’Hendro menoleh, tatapannya jatuh pada siluet Wenny yang perlahan menjauh. Bibirnya terangkat membentuk senyum samar. Steve menyenggol Hendro dengan bahunya, “Dia menarik, ya?”Hendro hanya menaikkan alis tegasnya, tak menjawab. Hana yang berdiri tak jauh dari mereka hanya bisa mendengus dalam hati. ‘Apa kalian anggap aku ini tak ada?’...Wenny dan Steve memasuki kamar suite Pearl Sea View yang menghadap laut, sementara Hana dan Hendro masuk ke kamar suite Diamond Sea View.Tak lama, Fany dan Stella pun tiba. Vila pemandian air panas ini memang terkenal, semua o
Begitu wanita itu keluar, orang-orang di bawah pentas langsung menjadi ricuh.Pada saat ini, musik berbunyi. Orang di atas pentas langsung menari mengikuti irama musik.Dengan satu lompatan, tubuhnya yang lentur bagai ular itu melilit tiang, dia berputar dan melompat.Tubuhnya yang lentur seperti ranting willow dengan mudah membentuk berbagai pose, menciptakan efek visual yang memukau dan memicu teriakan histeris dari para penonton di bawah pentas.Seorang anak orang kaya yang duduk di tempat duduk VIP menarik lengan Alex dengan penuh semangat. “Tuan Alex, sejak kapan barmu kedatangan cewek cantik seperti ini? Kamu nggak asik banget, kenapa nggak beri tahu kami?”Alex menatap sosok di atas pentas dengan bingung. Dia sendiri juga terkejut. Dengan penampilan seperti itu, wanita secantik ini jelas bisa jadi bintang utama di tempat hiburan seperti bar ini. Kenapa dia belum pernah melihatnya sebelumnya?Siapa cewek cantik ini?Pada saat ini, tangan Hendro yang memegang botol alkohol tertegu
Hendro memiringkan tatapannya melihat ke sisi Mona.Sekarang Mona menekan tangan Hendro, dia sudah bisa merasakan tulang-tulangnya yang tegas dan indah. Selain itu, Mona juga menyentuh jam tangan mewah di pergelangan tangan Hendro yang kokoh, dingin, dan mewah, seperti dirinya, membuat orang enggan menyentuh, tapi juga ingin menyentuhnya.Wajah mungil Mona yang polos itu merona. “Pak Hendro, malam itu … aku melakukannya dengan keinginanku sendiri. Malam itu juga adalah … pertama kaliku. Apa kamu masih ingat dengan malam kita?”Alex merasa ada yang aneh dengan situasi ini. Dia berkata, “Kak Hendro ….”Hanya saja, anak orang kaya di sampingnya menekannya, lalu merendahkan nada bicaranya untuk mengingatkan, “Tuan Alex, aku rasa ada sesuatu antara Pak Hendro dengan wanita cantik ini. Siapa yang disayang Pak Hendro, dialah yang bakal jadi kakak iparmu.”Alex tidak beranggapan seperti itu. Dia hanya mengakui Hana sebagai kakak iparnya.Hendro menatap sosok Mona yang malu dan imut itu. Sebena
“Pak Hendro, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu ….”“Nggak ada waktu,” tolak Hendro dengan mentah-mentah, “Kalau ada apa-apa, kamu bisa cari sekretarisku. Antre untuk bikin janji.”Usai berbicara, Hendro langsung memutuskan panggilan.Tut, tut. Terdengar suara sibuk dari ujung telepon.Demi Fany, Wenny terpaksa pergi cari Hendro. “Pak Jimmy, kamu tunggu kabar dariku.”…Wenny pun pergi ke Taman Baloi. Pelayan wanita membuka pintu. “Nyonya.”“Apa Hendro di rumah? Kamu lapor sama dia, aku mau ketemu dia.”“Baik, Nyonya. Kamu tunggu sebentar.”Wenny berdiri menunggu di luar. Tidak lama kemudian, pelayan wanita kembali. “Nyonya, Pak Hendro ada di ruang kerja, tapi kata Pak Hendro, dia nggak mau ketemu Nyonya.”Hendro tidak ingin bertemu dengannya.Wenny berkata, “Kalau gitu, aku akan berdiri tunggu di sini. Aku akan tunggu sampai dia bersedia ketemu sama aku.”Pada saat ini, sebuah mobil van mewah berhenti. Mona menuruni mobil dengan sepatu kristal hak tingginya.Mona melihat Wenny dan
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p