Share

Bab 172

Author: Sierra
Steve tertawa, “Jadi ternyata yang dimaksud bala bantuan oleh Wenny adalah Hana.”

Hendro mengernyit, tak mengerti, "Bala bantuan apa?"

“Tadi kalian berdua imbang, susah mastiin siapa menang. Tapi Wenny bilang, Hana punya penyakit jantung. Jadi, sehebat apapun kamu nyetir, tetap saja nggak bisa bawa penumpang seperti dia. Hana pasti jadi bala bantuan buat Wenny.” Nada bicara Steve ringan, tapi penuh arti.

‘Dia bilang begitu?’

Hendro menoleh, tatapannya jatuh pada siluet Wenny yang perlahan menjauh. Bibirnya terangkat membentuk senyum samar.

Steve menyenggol Hendro dengan bahunya, “Dia menarik, ya?”

Hendro hanya menaikkan alis tegasnya, tak menjawab.

Hana yang berdiri tak jauh dari mereka hanya bisa mendengus dalam hati. ‘Apa kalian anggap aku ini tak ada?’

...

Wenny dan Steve memasuki kamar suite Pearl Sea View yang menghadap laut, sementara Hana dan Hendro masuk ke kamar suite Diamond Sea View.

Tak lama, Fany dan Stella pun tiba. Vila pemandian air panas ini memang terkenal, semua o
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 173

    Sebelumnya mereka adu keahlian di lintasan balap, kini mereka beradu kekayaan. Kali ini adalah pertarungan dompet, dan kalau sudah bicara soal kekayaan, siapa yang bisa menandingi Hendro, orang terkaya di kota Livia. Wajah mungil Hana tampak manis dan penuh harap saat menatapnya, meminta dengan manja agar dia yang membelikan. Hendro melirik Hana, lalu menoleh pada Wenny. Mata Wenny yang jernih juga menatapnya. Hana menarik lengan Hendro, suaranya manja dan mendesak, "Hendro, beliin buat aku, ya? Aku mau."Hendro menatap penjual toko, "Aku akan bayar dua kali lipat ."Dia menawarkan harga dua kali lipat untuk Hana. Hana mengangkat dagu indahnya dengan bangga, menatap Wenny seperti seekor merak betina yang baru saja memamerkan bulunya. Tatapannya seolah berkata—lihat kan? Hendro membelikannya untukku. Steve langsung menyela, "Hendro, kalau begitu nggak seru. Pak, aku bayar tiga kali lipat."Steve menawarkan harga tiga kali lipat untuk Wenny. Wenny buru-buru berkata, "Tuan Steve,

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 174

    Hana melangkah ke dalam kolam air panas dan mendekati Hendro. "Hendro, aku cantik, kan?" tanyanya lembut, penuh harap.Hendro menatapnya tanpa berkata apa-apa. Namun sebelum dia sempat membuka mulut, Fany sudah datang sambil menarik Wenny. Fany menyusuri kolam dan berseru, "Wenny, ayo cepat turun!"Hendro mengangkat wajahnya, menoleh ke arah Wenny. Wenny sudah berganti pakaian dengan bikini, namun terlihat canggung. Dia membungkus tubuhnya dengan handuk.Hana langsung menyindir dengan nada tajam, "Wenny, ngapain kamu pakai handuk? Jangan-jangan kamu nggak pede sama badanmu sendiri?"Stella ikut-ikutan tertawa kecil, jelas menikmati situasi. Fany mendorong, "Wenny, semua orang suruh kamu lepas handuk tuh!" Dan tanpa aba-aba, dia langsung menarik handuk itu dari tubuh Wenny. Ah! Wenny menjerit kecil, terkejut, dan bersamaan dengan itu keindahan tubuhnya pun terpampang di hadapan semua orang. Ia mengenakan bikini warna merah magenta, kontras sempurna dengan kulitnya yang putih alami

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 175

    Wenny merasa heran. Kenapa tatapan Hendro terus tertuju padanya? Padahal Hana ada tepat di sampingnya, kenapa dia tidak melihat Hana saja?Belakangan ini, Hendro memang terlihat terlalu sering menatapnya… terlalu sering untuk sebuah kebetulan. Steve menatap Wenny sambil tersenyum lembut. “Wenny, ayo kita pindah ke sana. Tempat itu lebih tenang.”Fany menahan tawa sambil menggoda, “Wah, Tuan Steve mau berduaan sama Wenny nih! Sana, sana cepat!”Wenny hanya tersenyum tipis dan mengikuti Steve pergi dari keramaian. Fany sempat melirik Hendro. Tatapan pria itu gelap dan muram, jelas-jelas sedang tidak senang. Entah kenapa, dia merasa puas melihatnya begitu. Di sisi lain, Wenny dan Steve kini menikmati suasana hangat di kolam yang lebih sunyi. Mereka sempat berbincang ringan, sampai akhirnya ponsel Steve tiba-tiba berbunyi. “Wenny, aku terima telepon dulu, ya.” "Oke."Steve naik untuk menjawab telepon. Wenny berendam sebentar, lalu matanya menangkap sosok penjual es krim. Ia tak pern

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 176

    Si pria bertato harimau itu telah datang bersama beberapa pria. Hendro mengenali pria itu, dikenal sebagai "Kak Hugo" di dunia mafia. Dia adalah tangan kanan dari sindikat besar, terkenal kejam dan tanpa ampun, tangannya pernah berlumuran darah banyak orang. Kini, ia ketahuan selingkuh dengan istri kakaknya sendiri dan sayangnya, orang yang memergoki mereka adalah Wenny. Wenny nggak akan dibiarkan pergi dalam keadaan hidup. Ada aturan tak tertulis dalam dunia hitam dan putih, saling tak mencampuri urusan orang lain. Hendro tidak ingin menimbulkan konflik, kecuali benar-benar terpaksa. Langkah kaki mendekat. Seorang pria berseru, “Kak Hugo, mereka ada di sini!”Tanpa memberi waktu berpikir, Hendro menunduk dan mencium bibir merah Wenny. Wenny baru saja mendengar suara mereka, tapi sebelum sempat bereaksi, pandangannya gelap, sebuah ciuman dalam datang menerjang. Ciuman itu kasar, penuh amarah, seperti pelampiasan emosi yang lama terpendam, dia mencium seolah ingin menggigit, menan

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 177

    Sekarang, tubuh tinggi dan berotot itu telah memerangkapnya di sudut yang tersembunyi. Di tempat yang begitu sepi, saat pria itu berkata ingin membelikannya sesuatu, Wenny tiba-tiba merasa seolah mereka adalah sepasang kekasih gelap yang tengah mencuri waktu bersama dan dirinya hanyalah simpanan rahasia dari pria ini. Padahal, kenyataannya… dia adalah istri sahnya. “Aku nggak butuh baju baru.” “Kalau es krim, mau?”Hendro tiba-tiba mengeluarkan es krim dari balik tubuhnya. Wenny membelalak. Di tangannya, tiba-tiba muncul es krim rasa stroberi, rasa favoritnya. “Kapan kamu beli itu?” "Barusan saja."Ternyata, sejak tadi dia telah mengikutinya diam-diam, melihat bagaimana dia mengejar-ngejar pedagang es krim seperti anak kecil. Wenny menundukkan bulu matanya. Dia tak menyangka pria sekeras Hendro bisa belikan es krim untuknya. Es krim itu kini sudah menyentuh bibir merahnya. “Coba satu gigitan,” kata pria itu pelan.Wenny menatapnya, “Aku nggak pengen makan.”Dia jelas ingin maka

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 178

    Wenny melirik ke arah Hendro sambil memegang es krim rasa stroberi di tangannya. Hendro berdiri tegak dengan tubuh tinggi dan kaki jenjangnya, menatap Wenny dengan tenang, seolah menunggu jawaban darinya. “Emangnya harus cowok yang beliin es krim buat aku? Aku beli sendiri, kok.” Wenny sedikit berbohong. Hana dan Stella tampak tak begitu yakin dengan ucapannya. Hendro hanya melengkungkan bibir tipisnya sedikit, seolah berkata dalam hati 'Dasar penipu kecil.' Wenny tak ingin memperpanjang situasi. Ia menoleh pada Steve dan berkata, “Steve, aku nggak mau berendam lagi. Ayo kita kembali ke kamar, ya.”Steve mengangguk, "Oke ."Steve pergi bersama Wenny. Stella berkata dengan iri dan dengki, “Wenny jelas-jelas bohong. Es krim itu pasti dari cowok. Lihat deh, dia buru-buru ngajak Kak Steve ke kamar, pasti niatnya mau tidur bareng!”Hana meraih lengan kekar Hendro dan bergelayut manja, “Hendro, sekarang Wenny kan pacarnya Steve, mereka juga sekamar malam ini. Menurutmu… mereka bakal ti

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 179

    Hendro dan Hana kembali ke kamar suite Diamond Sea View milik mereka. Hendro berdiri diam di depan jendela besar, menatap laut malam yang bergelombang dengan ekspresi tak terbaca. Tiba-tiba, tubuh lembut merangkulnya dari belakang. Sepasang tangan halus dan pucat mendarat di dada bidangnya, merayap dengan penuh godaan. Itu Hana. Hendro berbalik dan menatap Hana dengan datar, “Kenapa?"Hana menatap wajah tampan pria itu penuh kekaguman. Malam ini, hanya mereka berdua di satu kamar. Waktu seperti ini, gairah mudah terbakar.Dengan nada genit dan manja, Hana bertanya, “Hendro, kamu pernah tidur sama cewek?”“Kenapa tanya begitu?” balasnya, kening sedikit berkerut.Hana tahu, selama ini hanya dirinya wanita yang berada di sisi Hendro. Meski ia koma selama tiga tahun, dan saat bangun di sisinya sudah ada Wenny, tapi dia yakin Hendro belum pernah menyentuhnya. Namun, lelaki seperti Hendro, di usia penuh gairah dan vitalitas, masa iya nggak punya hasrat sedikit pun? Beberapa kali dia men

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 180

    "Apa ini?" Wenny menutup pintu kamar dengan hati-hati. Dia lalu menumpahkan isi kantong di atas ranjang, sebungkus kondom dan sehelai lingerie yang menggoda. Dia tertegun. Dia tidak pernah memesan barang-barang ini!'Apa pihak layanan kamar mengantar ke kamar yang salah?' Saat itu juga, Steve keluar dari kamar mandi, tubuhnya masih diselimuti uap hangat. Matanya juga langsung tertuju pada benda-benda di atas ranjang, dan ia pun terdiam. “Wenny, ini…?”Wenny langsung paham, bukan Steve yang pesan barang-barang itu. Jadi gimana dua barang ini bisa sampai di sini?Ding-dong.Bel pintu kembali berbunyi. “Aku yang buka,” kata Steve sambil melangkah ke arah pintu. Begitu pintu dibuka, ada Hendro dan Hana. Bulu mata panjang Wenny bergetar halus. Bukannya mereka menginap di kamar suite Diamond Sea View?"Hendro, ngapain kalian di sini ?" tanya Steve dengan heran. Suara Hendro terdengar dalam dan berat, seperti magnet yang menarik perhatian, “Sistem keamanan di kamar kami sedang bermasa

Latest chapter

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 225

    Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 224

    “Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 223

    Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 222

    Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 221

    Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 220

    Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 219

    Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 218

    Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 217

    Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status