Di dalam kantor dekan, Carlos yang ditemani kedua orang tuanya kembali dengan percaya diri. Dia melihat Wenny dan Yuvi yang sudah mandi.Melihat wajah Wenny yang yang mulus dan lembut, Carlos terpesona. Sebenarnya dia ingin Wenny menjadi pacarnya.Stella hanya suruh Carlos ganggu Wenny. Dia tidak suruh Carlos menjadikan Wenny sebagai pacarnya.Carlos juga tidak mengerti. Dia juga tidak meremehkan latar belakang Wenny yang berasal dari desa. Kenapa Wenny masih menolak jadi pacarnya? Padahal biasanya saat mobil sport Carlos berhenti di depan asrama putri, ada banyak mahasiswi yang mau menggodanya.Carlos memandang Wenny dan berkata dengan arogan, "Wenny, apa sekarang kamu takut? Kamu baru masuk ke Universitas Cestana dua hari, tapi sebentar lagi kamu diusir. Kalau sekarang kamu akui kesalahanmu, mungkin kondisinya bisa berubah."Manda menarik Carlos dan mengingatkan, "Nak, dia sudah memukulmu sampai terluka parah. Jangan ampuni dia, kita harus mengusirnya dari Universitas Cestana."Jaco
Tadi Wenny ingin menjelaskan pada Hendro saat di asrama. Namun, Hendro sama sekali tidak mau dengar. Dia malah memarahinya. Kala itu, Wenny terlihat kecewa.Hendro menyalahkan dirinya sendiri. Hanya saja, dia tiba-tiba mendengus. Hendro merasa sebenarnya Wenny yang membuat masalah sendiri.Wenny baru masuk ke Universitas Cestana dua hari, tetapi dia sudah diincar oleh Carlos yang genit itu. Tadi Hendro melihat tatapan Carlos ketika mengamati Wenny. Sebagai sesama pria, Hendro tahu Carlos memang menyukai Wenny.Jika tadi Wenny mengakui kesalahannya dan bermanja-manja, mungkin Carlos akan memaafkannya. Hendro juga tidak perlu datang.Ekspresi Hendro menjadi dingin begitu memikirkan hal ini. Wenny yang genit ini suka banget menggoda pria. Hendro kirim Wenny ke sini untuk kuliah, bukan berpacaran. Awas kalau Wenny berani pacaran!Hendro menoleh. Dia melirik Sutinah dengan dingin dan berkomentar, "Sutinah, sepertinya kamu sangat menyukai Wenny."Sutinah sering membela Wenny. Dia yang k
Kemudian, Stella masuk ke akunnya yang lain lagi [Maestro Tari]. Dia berpura-pura menandai [Cantik Jelita] dan menulis komentar. [Benar! Kamu benar! Kalau Dewa Tidur seperti Wenny pun bisa jadi primadona Universitas Cestana, universitas kita bakal diejek! Stella lebih cantik!]Sesudah itu, Stella kembali ke akun aslinya dan berpura-pura murah hati. [Kalian jangan debat lagi. Wenny juga cantik. Aku rela serahkan posisiku sebagai primadona Universitas Cestana padanya.]Stella bergonta-ganti tiga akun dan bersandiwara jadi tiga peran untuk stabilkan situasinya. Dia tidak ingin kehilangan gelarnya sebagai primadona Universitas Cestana. Sesuai dugaan, para penggemar pria Stella langsung muncul setelah Stella bertindak.[Bidadari Wenny memang cantik, tapi cuma Stella yang berbakat yang pantas jadi primadona.][Stella itu wanita idamanku. Siapa pun nggak bisa menggoyahkan posisinya di hatiku!][Aku mendukung Stella!]Stella mempunyai citra wanita cantik dan manis di mata orang lain. Terutama
Seseorang menambahkan, [Tentu saja! Kamu nggak lihat, bahkan Pak Angga pun keluar untuk sambut Kak Susan?]Semua orang yang kagum dan juga iri memandangi Susan. Dia datang bersama Angga. Susan mengangkat dagunya. Keangkuhan dan kepercayaan diri Susan membuatnya tampak menonjol.Susan dan Angga berhenti. Tatapan Susan tertuju pada Wenny. Dia mengamati Wenny dengan sinis, lalu melihat Hendro dan berucap, "Pak Hendro, Wenny nggak sekolah lagi sejak berusia 16 tahun. Kudengar, dia juga tidur waktu Pak Angga mengajar. Atas dasar apa dia masuk ke Universitas Cestana?"Stella seperti menemukan teman yang sehati dengannya. Dia mengangguk seraya membalas, "Benar!"Ekspresi Hendro tetap terlihat datar. Dia melihat Wenny sekilas, lalu berkata, "Dia akan serius kuliah di sini."Stella masih ingin bicara. Dia dapat kabar, Wenny bisa masuk ke Universitas Cestana karena Hendro minta bantuan Angga. Hendro tidak pernah melakukan hal seperti ini demi siapa pun, kecuali Wenny. Atas dasar apa Wenny menda
Angga kehabisan kata-kata. Angga? Siapa orang yang dipanggil Wenny? Siapa yang bernama Angga? Memang benar namanya adalah Angga, tetapi mana boleh Wenny memanggil namanya secara langsung?Angga sebenarnya ingin bicara, tetapi Wenny langsung berbalik dan pergi begitu saja setelah melirik sekilas ke arah kerumunan orang."Pfft." Yuvi tidak tahan dan langsung tertawa. Kemudian, dia melirik Angga sejenak sebelum buru-buru mengejar Wenny. Dia berseru, "Wenny, tunggu aku!"Susan dan Stella sama-sama tercengang. "Pak Angga, barusan Wenny memanggilmu apa? Dia bisa-bisanya memanggil namamu secara langsung? Dia pasti sudah gila!" Kedua wanita itu benar-benar terkejut.Angga hanya diam. Sebenarnya, ini sudah yang kedua kalinya. Dia juga bingung kenapa Wenny berani menyebut namanya secara langsung. Sungguh tidak tahu sopan santun. Apa Wenny tidak paham etika menghormati guru dan orang yang lebih tua?Satu-satunya orang yang boleh memanggil namanya langsung seperti itu hanyalah gurunya sendir
Bu Lisa langsung paham. Dia membalas, "Baguslah. Kalau gitu, Nenek jadi tenang."Wenny senang bukan main. Dia menggandeng lengan Bu Lisa dengan manja, lalu mengajak, "Nek, mumpung sudah keluar rumah, aku ajak Nenek jalan-jalan ya."Bu Lisa tertawa bahagia sambil membalas, "Wah, bagus sekali! Nenek memang paling suka jalan-jalan."....Wenny dan Yuvi membawa Bu Lisa ke jalan raya. Saat itu, mereka melewati sebuah toko boba.Yuvi berkata, "Wenny, kita beli boba yuk. Toko ini baru mengeluarkan varian moci talas buatan tangan. Rasanya enak banget!""Boleh," balas Wenny sambil mengangguk.Tiba-tiba Bu Lisa bertanya, "Wenny, Yuvi, kalian mau minum boba?"Wenny tahu bahwa di keluarga kaya raya seperti Keluarga Jamil, biasanya para orang tua melarang anak-anaknya minum minuman seperti itu. Dia pun buru-buru menjelaskan, "Nek, sebenarnya sesekali minum boba itu nggak membahayakan kesehatan kok ...."Bu Lisa tiba-tiba bertanya, "Bisa belikan Nenek satu? Nenek juga pengen minum."Wenny langsung t
Bu Lisa menatap tulisan besar "Spa Kaki Lucea" di depan toko itu, lalu menyesap bobanya sambil bertanya penasaran, "Wenny, ini tempat apa ya?"Wenny menaikkan alisnya yang rapi, lalu menjawab sambil tersenyum usil, "Orang dewasa nyamannya bukan di cinta, tapi di pijat refleksi. Nenek, Yuvi, aku traktir kalian pijat kaki!"Ketiganya pun masuk ke dalam dengan gaya santai dan penuh percaya diri. Begitu mereka masuk, bos di sana langsung menyambut mereka dengan hangat.Wenny memberi tahu, "Bos, kami pesan tiga terapis pria ya. Tolong pilihkan yang paling tinggi, ganteng, dan yang jadi favorit di sini!"Bos itu membalas sambil tersenyum, "Oke, siap. Mari, silakan ke sini."Sementara itu di restoran ala Franca, Hendro dan Hana sedang menikmati makan malam romantis diiringi cahaya lilin dan musik piano lembut. Tiba-tiba ponsel Hendro bergetar karena ada panggilan masuk. Ternyata itu panggilan dari rumah lama Keluarga Jamil.Hendro langsung mengangkatnya. Suara cemas Pak Yudi terdengar di seb
Bu Lisa memeluk gelas bobanya dan menyesap lagi satu tegukan, lalu berkata dengan puas, "Enak banget."Sambil berkata begitu, Bu Lisa melirik ke arah terapis pria tampan yang sedang memijat kakinya. Dia bertanya, "Kamu umur berapa sekarang?"Terapis itu menjawab, "Aku 18 tahun."Bu Lisa tertawa sebelum merespons, "Pantas saja pria umur 80 tahun masih suka sama yang 18 tahun. Ternyata aku yang sudah umur 80 tahun pun masih suka sama yang umur 18.""Hahaha!" Wenny dan Yuvi langsung tertawa terbahak-bahak. Suasana ruangan dipenuhi tawa ceria tiga wanita yang begitu santai dan bahagia.Sebenarnya, Sutinah sempat ingin masuk untuk mengingatkan Wenny. Namun setelah mendengar obrolan mereka, dia langsung membalikkan badan dan keluar. Sudahlah, setiap orang punya keberuntungannya sendiri. Semoga Wenny bisa menjaga dirinya baik-baik.Hendro berdiri di depan pintu. Urat di pelipisnya sudah terlihat menegang. Dulu, mana pernah dia membayangkan neneknya akan keluar rumah sambil minum boba, bahkan
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie