Share

Chapter 6

Penulis: Yen Lamour
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pengajuan Maylin mengenai keinginannya untuk pindah ke kantor utama Carter Corporation langsung saja disetujui oleh Elian. Tanpa banyak bertanya, pria itu segera menugaskan bagian human resources departemen untuk mengurus segala macam kebutuhan mutasi tersebut.

Maylin berdalih hendak mencari suasana baru ketika mengatakan alasannya pada sang ibu dan kakak. Meski kedua wanita itu merasa keberatan, tetapi akhirnya mereka pun dapat memahaminya.

Mereka berharap dengan meninggalkan tempat yang memiliki kenangan menyakitkan, Maylin dapat fokus menata kembali hidupnya dan mencari kebahagiaan baru.

*****

Leonel Norman duduk di kursi pengunjung salah satu café terkenal di kota ini seraya menunggu Maylin datang. Ia sudah membuat janji temu dengan wanita itu beberapa hari yang lalu.

Sebelum tiba di tempat ini, ia mengunjungi kantor milik Deonartus terlebih dahulu. Ingatannya kembali tatkala sahabatnya itu memberikan peringatan disertai dengan tatapan menghunus tajam padanya.

'Kau boleh bermain dengan wanita mana pun, tetapi tidak dengan Maylin. Dia adikku. Kalau kau tetap keras kepala juga, kau masih harus berhadapan dengan Elian Grayson Carter. Pria itu menaruh perasaan kepada Maylin sejak lama.'

Leonel belum pernah jatuh cinta. Ia memang player, wanita kencannya sering berganti-ganti. Namun, tidak ada satu pun dari wanita tersebut yang mampu mengikat Leonel pada suatu hubungan.

Apakah dirinya kini jatuh cinta kepada seorang wanita yang memiliki tujuan hidup hanya untuk membalas dendam? Entahlah, ia menyangsikan perasaannya sendiri.

*****

“Kak Leo! Kak Leo!” Maylin kembali dengan suara yang lebih keras, memanggil pria di hadapannya yang tampak sedang melamun. Kerutan di dahi memperlihatkan pria itu sedang memikirkan sesuatu, entah itu apa.

Leonel terkesiap dan tersadar dari lamunannya. Sorot matanya menatap lekat Maylin sementara wanita yang ditatap membalas tatapan itu dengan mata penuh tanda tanya.

“Kak Leo sudah lama menunggu?”

Pertanyaan yang dilontarkan Maylin, lantas membuat Leonel menarik bibirnya membentuk senyum lebar. “Untuk wanita manis sepertimu, mau berapa lama pun, aku rela dan setia menunggu,” goda Leonel sembari mengerlingkan matanya.

“Kalau begitu, ingatkan aku agar lain kali datang sedikit lebih lama dari waktu yang telah dijanjikan. Aku mau tahu seberapa besar kesabaran yang Kak Leo miliki.”

Leonel tertawa pelan mendengar jawaban dari bibir Maylin. Netra matanya tidak berhenti mengamati wanita itu dengan intens.

Biasanya, rayuan gombal yang dikeluarkannya dapat membuai wanita mana pun yang ia temui dan akan berakhir di atas ranjang. Namun, berbanding terbalik dengan tanggapan yang diberi Maylin. Membuat Leonel merasa tersentil karenanya.

“Kak Leo bawa apa yang kubutuhkan?”

Alih-alih menjawab, Leonel mengungkapkan keluar sebuah permintaan yang menjadi pikirannya dalam beberapa hari belakangan ini setelah mengambil napas panjang. “Stay here, please … aku tidak mau kau pergi.”

Wajah Maylin tampak terkejut sebab ia tidak mengira Leonel akan berucap seperti itu. “Kak Leo tahu apa alasanku pergi, bukan? Aku harus melakukannya agar mereka mendapatkan balasannya.”

“Aku mengerti, Sweety, tetapi … London tempat yang sangat jauh. Kalau aku sedang merindukanmu, apa yang harus kulakukan?” Leonel berucap lirih sembari memandang wanita berwajah cantik natural itu dengan tatapan memohon.

“Oh come on, Kak. Teknologi zaman sekarang semakin canggih. Kita bisa melakukan video call.”

“Aku tahu, tetapi ….” Leonel tidak tahu bagaimana menjelaskan keberatannya tanpa membuat wanita di hadapannya ini berbalik marah padanya.

“Aku tak akan berubah pikiran sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan,” ujar Maylin dengan penuh penekanan.

Leonel dapat melihat amarah serta kebencian yang terlihat begitu jelas di balik netra cokelat milik Maylin. Ia membuang napas frustrasi.

Merasa tidak ada kesempatan untuk mempertahankan Maylin tetap berada dalam jangkauannya, mau tak mau ia harus membantu wanita itu. Di balik diri wanita itu yang terlihat kuat di luar, sesungguhnya ada kerapuhan yang tersimpan dalam dirinya.

Leonel mengeluarkan sebuah flash disk dari saku jaketnya dan memberikan pada Maylin. “Semua data informasi anggota keluarga Osborn ada di dalam. Auristela Allisya Osborn memiliki seorang adik laki-laki yang menetap di kota London. Hubungan kerja sama antara Carter dan Osborn sudah berjalan sejak lama. Bahkan, sebelum Scott Cole Osborn datang ke kota ini. Kebetulan yang tidak terduga, bukan?”

Maylin mendengarkan dengan penuh perhatian seraya menganggukkan kepalanya sesekali. “Mungkin karena itulah mereka berharap Elian dan Vlora dapat menikah.”

“So, apa rencanamu? Balas dendam seperti apa yang akan kau lakukan di sana?” tanya Leonel tanpa menutupi rasa penasarannya.

“Jujur saja, aku masih belum tahu, tetapi pastinya aku masih membutuhkan bantuan Kak Leo. Apakah Kakak bersedia membantuku? Mengenai tarif pelayanan Kak Leo, berapa pun harganya tidak menjadi masalah bagiku.”

Seulas senyum tipis tersungging dari bibir Leonel. Ia menopang kepalanya dengan satu tangan di meja. Sebuah ide melintas dalam kepalanya. Ia akan mencoba keberuntungannya saat ini. “Kau tahu kalau aku tidak kekurangan uang, ‘kan? Sebagai gantinya, bagaimana kalau berkencan denganku?”

Maylin memasang wajah berpikir. Tidak lama kemudian, ia mengulas senyum manis di bibirnya yang tipis. “Berhubung karena aku akan segera pergi dari kota ini dan sepertinya Kak Leo sedang kehabisan stok wanita untuk diajak kencan, maka adik manis ini bersedia menjadi teman kencan Kakak.”

Suara gelak tawa yang keluar dari mulut Leonel terdengar seketika. Ia tidak pernah merasa bosan saat menghabiskan waktu bersama Maylin. Wanita itu memiliki daya tarik tersendiri dengan sifat spontanitasnya.

“Tapi … tempat kencannya, aku yang tentukan,” ujar Maylin menambahkan.

“Mau di mana? Restoran mewah? Hotel bintang lima?” Leonel menyebutkan tempat berkencan yang memberi kesan romantis sehingga umumnya disukai para wanita.

Maylin bersedekap. Senyuman yang terpatri di wajahnya semakin lebar ketika dua patah kata meluncur keluar dari mulut manisnya. “Markas Eagle.”

*****

Dalam dunia mafia, Leonel Norman dikenal sebagai mafia dark web yaitu menjual informasi dan memberikan pelayanan jasa menerobos sistem keamanan komputer untuk tujuan tertentu sesuai permintaan klien.

Namun, tidak ada yang tahu bahwa Leonel Norman membentuk perkumpulan rahasia yang diberi nama Eagle, bergerak di bidang kriminal seperti perdagangan narkoba dan obat ilegal. Terkecuali Deonartus Surbakti, sahabat sekaligus bos yang menanamkan modal pada usaha dark webnya.

Leonel mendirikan dua organisasi itu bukan semata-mata demi uang, melainkan untuk mewujudkan cita-cita kakak sepupu, Hugo Norman, dengan merintis usaha dark web, sedangkan Eagle dibangun secara khusus untuk mengetahui keberadaan pembunuh sepupunya sekaligus melatih dirinya agar bisa membalaskan dendam.

Sepuluh tahun yang lalu, Hugo Norman tewas akibat bom di salah satu negara Eropa Selatan. Ketika itu polisi memberi keterangan bom dipasang oleh teroris untuk mengancam warga negara tersebut. Akan tetapi, tangan kanan sepupunya memberi tahu bahwa rival pria itulah yang menaruh bom di dalam mobil. Sayangnya, mereka tidak memiliki bukti kuat untuk menangkap sang pelaku.

Hubungan Leonel dengan sang sepupu yang terpaut delapan tahun darinya, begitu akrab sejak ia masih kecil. Bahkan, sang sepupu mengajarinya berbagai macam segala praktik di dunia hitam.

Untuk memperlancar misinya dalam melacak musuh, Eagle beraksi di tangan bayangan hitam sehingga tak akan ada yang menyadari keberadaan Eagle. Namun, hingga sampai saat ini Leonel masih belum menemukan titik terang sebab musuh melakukannya secara bersih dan tanpa jejak.

Karena Eagle bersikap rahasia, tentunya Leonel menolak permintaan Maylin yang menjadikan markas Eagle sebagai tempat kencan mereka. Namun, betapa sulitnya menyingkirkan rasa penasaran yang begitu kuat pada diri Maylin. Setelah menggunakan berbagai macam cara, akhirnya Leonel Norman mengizinkan wanita itu berkunjung ke markasnya.

Bab terkait

  • Cinta dan Dendam   Chapter 7

    Seorang wanita berparas cantik, berbalut dress hitam fit body dengan aksen sheer dan berpotongan model strapless, dengan tergesa-gesa melangkah mendekati sesosok pria yang sedang duduk di antara pengunjung restoran. Meskipun penampilan pria itu terlihat kasual, tetap saja tidak mengurangi ketampanan yang dimilikinya. “Sudah lama menunggu?” tanya Vlora setelah mendaratkan pantat dengan sempurna di atas kursi depan Elian seraya tersenyum simpul. Elian mengulurkan segelas smoothies blueberry ke arah Vlora yang diterima oleh wanita itu, lalu diteguknya minuman tersebut. Bertahun-tahun mengenal Vlora, ia paham betul dengan kebiasaan apa saja yang dikonsumsi wanita itu untuk menjaga berat badannya tetap ideal. “Tidak terlalu lama hingga aku sudah menghabiskan secangkir frappuccino dan ini adalah cangkir kedua,” kelakar Elian yang disambut tawa renyah oleh Vlora. “Anyway, terima kasih atas minumannya. Kau sangat memahami kebiasaan dan kesukaanku, Honey.” Sudah menjadi kebiasaan Vlora mema

  • Cinta dan Dendam   Chapter 8

    “Pertama, genggam grip pistol dengan weapon hand secara penuh dan konsisten. Genggam dengan erat karena genggaman tersebut akan memberikan resistensi ke arah weapon hand saat pistol meletus. Jangan lupa, finger off. Telunjuk mengarah ke depan sejajar dengan laras. Saat kau sudah siap menembak, jari telunjuk weapon hand siap menekan pelatuk.” “Seperti ini?” Maylin mengikuti instruksi dari Leonel tentang cara menggenggam pistol yang efektif. Leonel memperbaiki posisi telapak tangan Maylin pada bagian weapon hand. “Tidak boleh ada jarak antara beaver tail dan selaput antara jempol dan telunjuk.” Ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Maylin, ia merasakan sensasi jantung yang berdetak kuat, tidak beraturan secara tiba-tiba. Shit! Ia belum pernah merasakan perasaan seperti ini tatkala berdekatan dengan wanita lainnya. “Prinsip ini berguna untuk memberikan tahanan saat ada recoil ke belakang dan mengarahkan recoil agar moncong tetap stabil menghadap ke depan,” imbuh Leonel sembari beru

  • Cinta dan Dendam   Chapter 9

    Taksi yang ditumpang Maylin berhenti di depan coffe shop yang begitu ramai oleh pengunjung sebab sekarang adalah jam istirahat pegawai kantor. Setelah membayar ongkos, ia bergegas turun.Maylin menebarkan pandangan matanya ke sekeliling bagian outdoor dan akhirnya menangkap sosok wanita dalam usia tiga puluh tahun dengan kecantikan yang memesona bagi siapa saja yang melihatnya, tengah duduk seraya memainkan ponselnya. Ia mendengus kencang. Sepasang netranya memandang wanita itu dengan penuh kebencian.Konflik yang terjadi antara kedua orang tua mereka, membuatnya mendapatkan perlakuan tidak adil. Mengapa rahasia mereka tidak dibawa saja sampai ajal datang menjemput? Dengan begitu, ia tak akan tahu rahasia dibalik keluarganya yang tidak utuh, juga tidak perlu hidup dengan menaruh dendam. Sungguh Tuhan tak adil padanya.Maylin menarik kursi, lantas duduk di atasnya dengan posisi tegak dan punggung yang bersandar pada sandaran kursi. Dagunya di angkat tinggi-tinggi agar terlihat angkuh.

  • Cinta dan Dendam   Chapter 10

    Jantung Maylin kini berdegup kencang. Tangannya tampak gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Ia merasakan kegugupan yang luar biasa ketika mobil yang ditumpanginya bergerak dengan kecepatan tinggi. Sejak masuk ke dalam mobil, Maylin dan Elian belum terlibat obrolan satu sama lain. Maylin tidak berani membuka mulutnya tatkala melihat amarah yang meluap-luap di balik manik abu-abu milik Elian. Tampak dengan jelas rahang pria itu mengetat serta cengkeraman pada setir mobilnya yang semakin mengerat seiring kakinya menginjak pedal gas sehingga mobil melaju lebih cepat. Maylin hendak bertanya ke mana pria itu akan membawanya. Namun, bibirnya terlalu kaku untuk berucap. Setahunya, jalan yang tengah dilalui Elian bukanlah menuju kantor. Tubuh Maylin berulang kali mendapatkan gaya dorong yang lebih besar ketika mobil sedang berbelok dalam kecepatan yang tinggi. Bahkan, Elian tidak menurunkan kecepatan mobil pada saat akan menyalip mobil lain. Ini adalah pertama kalinya Maylin melihat E

  • Cinta dan Dendam   Chapter 11

    Suara derap langkah terdengar keras, pertanda pemilik kaki tengah terburu-buru. Kaki pria itu berhenti tepat di depan sebuah pintu. Tanpa mengetuknya, ia segera memutar gagang pintu dan berjalan masuk ke dalam ruangan.“Apa maksudmu tadi berkata pembunuh sepupumu tengah mengincar keluarga istriku?” tanya pria itu tanpa berbasa-basi.“Selamat siang, Tuan Deonartus Surbakti,” Dalbert Gene menyapa Bos Tuannya sembari membungkukkan tubuhnya dengan sopan.Kepala Deon mengangguk membalas sapaan Dalbert. Ia langsung membatalkan pertemuan penting bersama kolega bisnisnya ketika mendapat kabar penting dari sahabatnya, Leonel, dan bergegas datang ke markas Eagle.Leonel memberi kode kepada Dalbert untuk menjelaskan semuanya.“Beberapa waktu yang lalu, ada sebuah virus mencoba menyerang sistem database kita, Tuan Deonartus. Karena kita menggunakan pelindung yang kuat, virus itu tidak berhasil menginfeksi dan merusak jaringan sehingga data-data penting di sistem kita tidak megalami kerusakan. Pad

  • Cinta dan Dendam   Chapter 12

    “Kau sudah mengutus anak buah kita untuk menjaga Maylin selama di sana?” bisik Leonel pada Dalbert. Ia tidak mau sahabatnya mendengar ucapannya tadi, lalu memberinya petuah yang sedikit panjang.Semenjak Deon menjadi kakak ipar Maylin, sahabatnya itu menjadi sangat protektif dalam menjaga satu-satunya adik ipar. Terlebih setelah Deon mengetahui tentang perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua Leonel, membuat Deon acapkali memberi peringatan padanya untuk menjauhi adik iparnya itu.“Semua telah diatur, Tuan,” jawab Dalbert.“Bagu—” ucapan Leonel terhenti tatkala Deon berdiri di hadapannya dengan ponsel terulur ke arahnya. Leonel mengernyit menatap sahabatnya.“Aku tidak percaya sekretaris yang kupekerjakan malah mengkhianatiku dengan memberi laporan kepada Rayla bahwa aku membatalkan pertemuan penting dan entah pergi ke mana. Sekarang Rayla mau berbicara denganmu. Dia tidak percaya kalau aku sedang bersamamu.” Suara Deon terdengar frustrasi saat mengucapkannya.Gelak tawa keras dari

  • Cinta dan Dendam   Chapter 13

    Britania, London Setelah menghabiskan waktu selama belasan jam, akhirnya terdengar announcement dari kapten pilot menyatakan bahwa pesawat telah memasuki area Britania dan sebentar lagi akan melakukan landing di salah satu bandara terbesar dan tersibuk di Inggris. Setelah pesawat berhasil melakukan pendaratan dengan aman dan lancar, Maylin dan Elian berderap keluar dari pesawat. Di depan pintu gate, tampak beberapa pria berjas hitam dan berkacamata gelap tengah berbaris rapi. Maylin mengernyit tatkala melihat beberapa pria berjas hitam itu membungkuk memberi hormat kepada Elian. Rentetan pertanyaan langsung muncul dalam kepalanya. Apakah mereka adalah Bodyguard-nya Elian? Apa tidak berlebihan dikawal Bodyguard sebanyak ini? Batinnya. “Sir Carter telah menunggu Anda di kediamannya. Kami sudah menyiapkan dua buah mobil, Sir,” lapor seorang Pengawal yang berdiri di sebelah kanan Elian, berbicara dalam bahasa Italia sehingga Maylin tidak mengerti sama sekali. Helaan napas lelah terde

  • Cinta dan Dendam   Chapter 14

    Wangi maskulin yang kental dengan aroma spicy yang segar dari parfum Giorgio armani, menguar hingga ke sekeliling ruangan. Tanpa perlu menoleh, Maylin tahu siapakah pemilik parfum itu. Keakraban mereka dalam beberapa tahun belakangan ini, membuat Maylin mulai tahu kebiasaan Elian. Dua tahun lebih memang bukan kurun waktu yang panjang. Namun, cukup untuk saling mengenal satu sama lain. Kedua alis Elian bertaut tatkala melihat Maylin tengah memasukkan potongan bacon ke dalam mulutnya. “Mengapa tidak menungguku makan bersama?” “Dari sekian banyak tugas-tugas Sekretaris, apakah sarapan pagi bersama Bos juga termasuk di dalamnya?” Maylin bertanya balik tanpa mengalihkan pandangan pada makanan yang tersaji di depan matanya. Elian menggeser kursi, lantas duduk di sana dan memulai sarapannya. “Mulai hari ini, membuatkan sarapan pagi, makan siang dan makan malam untuk kita santap bersama adalah tugasmu. Hanya pada saat hari kerja saja, kau cukup siapkan sarapan pagi.” Maylin tidak menginda

Bab terbaru

  • Cinta dan Dendam   Chapter 73

    “Aku tidak menuntut banyak penjelasan saat tahu kalau kau sudah mengetahui dari Vlora, rahasia yang selama ini kusimpan rapat-rapat, lalu perubahan sikapmu setelah kita berada di kota ini ….” Maylin menjeda sejenak. Sepasang netranya menatap Elian penuh menyelisik, menunggu reaksi dari pria blasteran itu. “Bahkan, tanpa sepengetahuanku kau menutupi identitas keluargaku agar tidak diketahui Valo,” imbuhnya.Melihat ekspresi kedua mata abu-abu itu tersentak kaget, Maylin menemukan jawabannya. “Kau begitu misterius, Elian. Namun, aku tak akan protes karena itu adalah privasimu. Jadi, aku harap kau pun juga bisa menghargai privasiku.”Keheningan memenuhi mereka, kemudian melanjutkan sarapan dalam diam. Sampai ketika Maylin bangun dari kursinya dan membawa peralatan makan hendak mencucinya, suara Elian memecahkan kesunyian di antara mereka.“Semua yang kulakukan, terlepas dari baik atau buruk ….”Maylin memutar tubuhnya menghadap Elian. Kedua mata mereka kini saling bertemu. Sepasang iris

  • Cinta dan Dendam   Chapter 72

    [Yeah, Deon menyuruhku menghapus semua data kalian untuk berjaga-jaga bila seseorang ingin mencari tahu tentang Frans Pramanta.]“Kalian yang dimaksud apakah mama, Rayla, juga tante Fifi?” Maylin mendelik, terkejut mendengar jawaban Leonel.[Seluruh keluargamu, sweety, termasuk Frans Pramanta. Ada apa? Dari mana kau mengetahuinya?]Serentetan pertanyaan itu menguap begitu saja dari bibir Leonel.“Kalau begitu, apakah diam-diam kak Leonel juga meretas database yang ada di dalam sistem perusahaan Elian, menghapus nama-nama keluarga yang kucantumkan di sana?” Alih-alih menjawab, Maylin balik bertanya. Tidak menutup kemungkinan Leonel melakukannya sebab pria itu memang ahli di bidang tersebut.Tidak ada suara jawaban dari pria itu. Maylin menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layarnya sejenak mencoba memastikan. Masih tersambung.Maylin menempelkan kembali ponsel di telinga kanannya. “Halo? Kak Leo? Apakah kau masih berada di sana?”[Bukan aku.]“Apa maksudnya?” Dahi Maylin menger

  • Cinta dan Dendam   Chapter 71

    “Jawaban seperti apa yang ingin kau dengar?” Elian balik bertanya dengan datar, “Kak Sio.”“Kau pasti memiliki alasan untuk melakukannya. Aku ingin tahu apa alasan itu.” Sio tersenyum tipis.Suasana menjadi hening beberapa saat. Elian hanya bergeming menatap Sio, menunggu pria itu memutuskan hukuman apa yang harus diterimanya sebagai konsekuensi melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi mereka.“Wanita itu … apakah dia yang menjadi alasanmu mengenyahkan bodyguard-mu sendiri?”Pertanyaan itu sukses membuat ekspresi wajah Elian berubah menjadi tegang. Hanya sesaat, karena sepersekian detik kemudian, ia kembali memasang wajah datarnya.Sio menyeringai menatap Elian. “Apakah uncle sudah tahu?”“Tidak,” jawab Elian singkat. Bagaimanapun juga, ia harus menyelamatkan posisi ayahnya yang telah mencoba menyembunyikan segala perbuatannya.Sio menghembuskan kembali asap rokoknya ke udara. “Kau tahu kalau aku memberikan kepercayaan penuh padamu, bukan? Terus terang aku sangat kece

  • Cinta dan Dendam   Chapter 70

    Mendengar satu nama itu disebut, berhasil melenyapkan ketenangan yang baru saja Maylin dapatkan dari efek alkohol itu. Seketika tubuhnya menjadi kaku. Jantungnya seolah berhenti berdetak. “Kedua orang tuaku ….” Maylin berhenti sejenak.Padahal, ia telah mengubur dalam-dalam semua kenangan yang mengingatkannya pada kebahagiaan sekaligus kepedihan ke dalam lubuk hatinya. Namun, hanya sepersekian detik buih-buih kenangan yang telah lama terpendam itu mendadak berhamburan.Kepalanya tertunduk dalam, berusaha keras menahan rasa sesak serta amarah di dadanya dengan mengepal erat kedua tangannya di bawah meja hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya.“Mereka membuangku ketika usiaku sepuluh tahun,” ucap Maylin melanjutkan. Kebohongan itu keluar dari mulutnya begitu saja.Kau tidak sepenuhnya berbohong, Lin. Bajingan itu memang meninggalkan kalian terhitung sudah empat belas tahun. Sebuah suara bergema di dalam benaknya.“Bolehkah aku tahu, apa yang telah terjadi?” tanya Valo.Ada keseri

  • Cinta dan Dendam   Chapter 69

    Di depan lorong satu-satunya akses menuju ruang restoran, seorang wanita dengan rambut bergelombang cokelat dan seorang petugas terlihat tengah saling melempar argumen sementara seorang pria lain dengan balutan setelan jas biru dongker-nya berdiri di sebelah wanita itu.Ia hanya diam seraya mendengarkan perdebatan kedua orang dewasa itu yang terus berlanjut. Tidak peduli orang-orang yang berlalu lalang, menoleh ke arah mereka, sebelum kemudian memandang dirinya dengan tatapan memuja.Penampilannya dengan setelan resmi, membungkus tubuhnya yang sempurna. Wajah tampan maskulin, garis rahang yang tegas adalah perpaduan sempurna yang diidam-idamkan seluruh kaum adam di seluruh dunia sekaligus menggoda kaum hawa di saat yang bersamaan.Seolah Tuhan sedang bahagia ketika menciptakannya. Tampan. Kaya. Benar-benar godaan yang terlalu sulit untuk tidak menaruh perhatian, terkecuali Maylin Pramanta. Hanya wanita itu yang tidak terpesona pada seorang Valo Wren Osborn.“Apakah Anda tidak mengerti

  • Cinta dan Dendam   Chapter 68

    Entah sudah berapa lama, Valo masih belum juga kembali. Pria itu hanya menyuruhnya agar menunggu di dalam mobil hingga akhirnya Maylin merasa bosan dan mengambil ponsel untuk mengusir kejenuhan tersebut. Dilihatnya hasil foto yang ada di kameranya seraya senyum-senyum sendiri.Ia kemudian mengirimkan beberapa foto kepada Rayla, bermaksud memamerkan kepada sang kakak. Tidak lama setelah foto terkirim, pesan masuk pun berbunyi.[Elian membawamu ke tempat lokasi syuting film legendaris Robin Hood dan Harry Potter? Kau sangat beruntung, adikku! Akan tetapi, kau menjadi sangat amat menyebalkan! Aku juga ingin berkunjung ke sana!]Maylin terkikik membaca balasan dari Rayla, lalu menggerakkan jemarinya di atas layar ponsel, mengetik sederet kalimat.[Mintalah pada kak Deon. Suami tercintamu itu tanpa ragu-ragu pasti mengabulkan keinginanmu. By the way, bukan Elian yang membawaku pergi, tetapi teman baruku.]Jemarinya berhenti bergerak untuk sejenak. Membaca sekali lagi pesannya sebelum menek

  • Cinta dan Dendam   Chapter 67

    Tidak berapa lama kemudian, sepasang netranya membelalak. “No way! Tiket broomstick training! Seriously?” pekik Maylin dengan nada tidak percaya.“Tiket ini sangat terbatas. Aku mendapatkannya dengan susah payah karena diprioritaskan untuk pengunjung berusia 6 hingga 16 tahun. Jika kau mau berterima kasih padaku, cukup berhenti bersungut padaku. Deal?”Maylin melipat kedua tangannya. “Kau sendiri yang memulainya. Sudah kuperingatkan, aku bukan wanita murahan seperti wanita-wanita yang pernah bersamamu.”“Baiklah, aku mengaku bersalah. Maafkan aku, okay?” ujar Valo sembari mengulas senyum bersalah. Sedetik kemudian, dirinya terkejut setelah menyadari kalimat apa yang baru saja ia lontarkan. Kalimat itu meluncur begitu saja, tanpa direncanakan. Meskipun begitu ia tetap ingin terlihat tenang di hadapan wanita itu.Would somebody mind telling me, what the bloody hell’s going on? Valo memaki dalam hatinya.Maylin menghela napas pasrah. “All right! Aku tidak mau merusak suasana hatiku yang

  • Cinta dan Dendam   Chapter 66

    “Kembali? Absolutely is no!" jawab Maylin sembari bersedekap. "Apakah kau pernah mendengar sebuah kereta akan mengemudikan balik ke stasiun yang telah mereka lewati hanya untuk mengangkut penumpang yang telat? Begitu pun dalam kamus hidupku. Tak akan kembali ke titik awal setelah melewatinya. Jika kau takut, pergilah. Aku bisa melanjutkannya sendiri. Tantangan ini sangat menyenangankan!” imbuhnya penuh semangat.Namun, baru beberapa langkah tubuhnya kembali menabrak dinding kaca tersebut. Tak hanya sekali—dua kali, hingga emosi wanita itu mulai terlihat dengan mengumpat setiap kali dirinya tertabrak.“Berhenti menertawaiku, Jerk!” Maylin menggeram kesal lantaran Valo tergelak kencang melihatnya berulang kali gagal mencari jalan di saat bersamaan tubuhnya menabrak kaca.“Perlu bantuan?” ujar Valo di tengah-tengah tawanya.Akan tetapi, sifat keras kepala yang begitu mendarah daging dalam diri wanita itu kontan menolak begitu saja. Ia ingin dengan caranya sendiri menaklukkan tantangan te

  • Cinta dan Dendam   Chapter 65

    Valo dan Maylin segera turun dari jet, lalu di bawah jet telah ditunggu oleh beberapa pria berpakaian serba hitam dan juga sebuah limousine siap mengantar mereka.“Sama seperti Elian. Pengusaha terkenal seperti kami memang membutuhkan jasa bodyguard untuk melindungi kami dari ancaman,” ujar Valo menjelaskan ketika mendapati tatapan Maylin mengarah ke pengawalnya.Maylin bersikap tak acuh, lantas masuk ke dalam limousine tanpa sepatah kata. Tidak berselang lama, mobil perlahan bergerak meninggalkan parkiran pesawat. Sepanjang perjalanan Maylin tidak berhenti menatap pemandangan dari luar jendela mobil.Sekelilingnya didominasi daun-daun beragam warna yang melekat di dahan-dahan pohon, juga rerumputan hijau dan sinar matahari yang memancar serta awan yang berlapis hingga terlihat seperti bulu halus menjadi perpaduan yang indah hingga mencuri perhatian bagi siapa saja yang melewati sekitarnya. Dan juga sebuah kastil yang cukup megah dan terkenal, yakni Bamburg Castle. Beberapa kali Mayli

DMCA.com Protection Status