Hidup itu bukan tentang membahagiakan diri sendiri, bagilah kebahagiaan itu kepada orang di sekeliling kita karena kebahagiaan itu akan bertambah ketika dibagi. (Cinta dalam Balutan doa)***Hari ini Azzam sudah mulai bekerja, Arni belajar sebagai istri yang baik berusaha menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dengan mengurus semua keperluan suaminya. Azzam menggodanya saat Arni mengacingkan bajunya. Kebiasaan baru Azzam setelah bulan madu adalah menggoda Arni, dirinya sangat puas melihat wajah Arni yang merona merah karena malu. Tangan Azzam dengan nakalnya mencubiti pipi Arni, membuat Arni kesal."Mas, tangannya dikondisikan, ya. Sakit tau!" rengeknya kesal. Azzam menanggapinya dengan cengiran."Mas berangkat dulu, ya! O iya, kapan kamu masuk kuliahnya, Dek?" tanyanya sambil mencium kening Arni setelah sang istri mencium punggung tangannya."Insya Allah mulai ospeknya bulan depan, Mas," jawabnya.Azzam dan Arni menuju meja makan, di sana sudah ada ibu dan ayahnya. "Siapa ya
Kak, Gus Afnan sering ke sini, ya?" tanyanya sambil makan kudapan yang disuguhkan Afifah pada mereka."Iya setiap satu minggu sekali, dia ke sini ngaji ke abangmu. Kakak suruh mampir ke kamu katanya malu kamu sudah punya istri," ungkapnya. Memang rute perjalan ke Pondok sang abang akan melewati rumahnya terlebih dahulu, dulu Afnan sering mampir ke rumah Azzam setiap berkunjung ke Pondok gus Achmad. Arni sejak tadi menunduk, bingung dengan hatinya, sejak masuk dan matanya bertemu pandang dengan gus Afnan apalagi saat ini Azzam membahas pria itu. Hatinya bergejolak tak tau harus berbuat apa."Dek, kamu kok sejak tadi menunduk aja, Gak ada ikhwan di sini kecuali suamimu, aku harap kamu bisa menjadi adikku seperti menantu-menantu ayah dan ibu lainnya. Kita harus selalu rukun ya, Dek," ucap Afifah sambil tersenyum tulus pada Arni. Arni mengangkat kepalanya dan membalas mengangguk dengan senyum menghiasi wajahnya. "Aku tau, kamu wanita baik bisa merubah Azzam, beruntung Azzam mendapatkan
Move on itu bukan dengan melupakan apalagi pura pura lupa. Ia tau cintanya pada Arni tetap ada di hatinya sampai kapan pun, mungkin takkan terganti. Namun ia akan berusaha move on dengan merelakan dan mengikhlaskan. Afnan akan melakukan itu demi kebaikan dirinya, Arni juga Azzam. (Cinta dalam Balutan doa)Azzam mendapat telepon dari kakaknya yang nomer dua, Bang Haikal. Sang kakak menanyakan akan ke sana kapan karena nanti habis dhuhur dirinya tidak di rumah, ada undangan mengisi tausiyah. Ia takut Azzam dan istrinya saat ke sana tidak bertemu dengannya."Bang, bang Haikal menyuruh kami ke sana sekarang, habis dhuhur dia ada acara," ucapnya pada Achmad."Ya sudah, Dek. Terserah kamu saja, enaknya bagaimana? Sekarang masih pukul setengah 9 perjalanan ke sana kurang lebih satu jam, kalau kamu pingin berlama di sana apa gak kurang lama?" ucap Achmad."Ya sudah aku ke sana aja, Bang. Takutnya gak keburu, belum ke bang Ilyas, bang Rochman, dan mbak Bilqis, juga. Maunya hari
Suka pada seseorang itu gampang, pendekatannya juga gampang yang susah adalah mempertahankannya. Kalau mencari yang terbaik, akan ada yang lebih baik lagi di atas yang terbaik. Karena selalu ada awan di atas awan, mau sampai kapan pun itu karena manusia itu serakah, dan hanya dengan selalu mengingat Allah kita akan menerima dan mensyukuri apa yang sudah kita miliki.***Kini sudah satu bulan lebih usia pernikahan Azzam dan Arni. Azzam selalu memperlakukan Arni dengan penuh cinta. Hingga Arni pun bisa membuka hatinya untuknya. Ya, Arni sudah mencintai Azzam, bahkan ia bisa menekan rasa cintanya pada Afnan. Meskipun tidak ia pungkiri cinta itu masih tetap ada di sudut hatinya.Pagi ini seperti biasanya, selepas sholat shubuh Arni membantu ibu mertuanya juga bik Nunuk memasak, tiba-tiba kepalanya pusing. Saat mencuci piring ia tidak sengaja menyenggol gelas di sampingnya hingga pecah membuat Yulia terkejut. Ia melihat Arni yang wajahnya terlihat pucat."Nak, Kamu sakit?" tanyanya."Kepal
Bila hati dilanda kegelisahan cukup dengan perbanyak istighfar bukan keluhan, rawatlah segala kekecewaan dengan doa dan gantikan keputusasaan kita dengan harapan. Harapan untuk selalu yakin kita pasti bisa melaluinya. Apabila kita ridha pada sesuatu yang mengecewakan hati kita. Maka percayalah Allah akan mengganti kekecewaan itu dengan sesuatu yang tidak dapat dijangkau. Sesuatu yang indah pada saatnya.***Setelah sholat Arni berniat akan membawa Piring kotor bekas makannya tadi ke dapur dan mencucinya.Azzam membuka pintu melihat Arni melepas mukenanya. "Sudah makan, Dek?" tanyanya."Su-sudah, Mas. Aku akan bawa ini ke dapur dulu," ucapnya dengan tangan sedikit gemetar membawa nampan berisi piring dan mangkok. Azzam memainkan ponselnya saat Arni masuk ke dalam kamar. Bukan sikap Arni saling mendiamkan, ia tak tahan bila tidak menanyakan langsung pada Azzam."Ma-maaf, sepertinya Mas ada masalah? Apa Mas ti-tidak bahagia de-dengan kehamilanku?" tanyanya ragu.Azzam melihat ke arah sa
Ya Allah, peluklah hamba hingga hati ini merasa tenang dan damai. Hapuskan lah air mataku hingga aku bisa bersabar dan ikhlas. Tidak ada beban berat jika Engkau menghendaki beban berat itu akan menjadi ringan. Tidak ada penderitaan jika Allah menjadikan kebahagiaan. Bersabar atas musibah dan bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan karena hamba tau kenikmatan adalah bagian dari ujianMu juga. Bersabar karena hamba yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan juga mau bersabar (Arni~ Cinta dalam Balutan doa)Yulia bingung dengan apa yang diucapkan Azzam ditelpon. Ia khawatir akan terjadi sesuatu pada sang putra. Ia menceritakannya pada sang suami yang saat ini duduk di ruang tunggu depan ruang rawat inap Arni tentang semua yang diucapkan Azzam."Ibu gak habis pikir, Yah .Azzam bilang begitu. Ibu takut terjadi sesuatu pada Azzam, Yah," ucapnya sedih."Ayah gak percaya, bukankah Azzam sangat mencintai Arni. Sebentar Ma. Ayah akan menhubungi Achmad dan Haika
Setelah pemakaman Arya dan Diana selesai mereka membawa Azzam pulang. Namun terlebih dulu Achmad meminta tetua desa, pak rt juga pak rw untuk mentahlilkan Arya dan Diana selama 7 hari. Achmad juga membiayai semua keperluan dari mulai pemakaman hingga tahlil yang akan dilaksanakan. Setelah semua beres mereka pamit pulang. Kondisi Azzam masih lemas, karena terlalu banyak muntah. Mereka membawa Azzam ke pondoknya kiyai Adnan, mertuanya Achmad. Untuk kembali di rukyah, membersihkan sisa guna-guna yang masih ada di tubuh Azzam. Walaupun Achmad tau Azzam sudah hampir bersih namun ia tidak ingin hal buruk terjadi lagi pada sang adik. Ia ingin tubuh Azzam kembali dibersihkan oleh mertuanya.Butuh waktu hingga dua jam. Azzam sudah mulai membaik. "Aku ada di mana, Bang?" tanyanya heran pada kedua abangnya."Ada di pondoknya abah," ucap Achmad."Kok bisa aku ada di sini, bukankah aku kemarin jemput Arni kuliah lalu aku lupa semuanya."Kiyai Adnan dan Achmad mengajarkan beberapa dzikir untuk t
Terkadang, hal terbaik yang bisa kamu lakukan untuk seseorang yang kamu cintai adalah melepaskannya. Bebaskan ia. Doakan kebahagiaan untuknya dan bebaskan ia. (Afnan ~ Cinta dalam Balutan doa)Hari ini hari pertamaku mengajar di kampus, aku menjalankan tugasku dengan baik, sesi perkenalkan ku lakukan dengan baik, baik dengan para dosen, juga dekan fakultas Ushuluddin. Alhamdulillah diriku diterima dengan baik oleh mereka. Di kelas para mahasiswaku juga menerimaku dengan baik, mereka terlihat nyaman dengan cara mengajar pertamaku. Bagaimana dengan mahasiswi? Bukannya aku geer, mereka tidak hanya menyukai mata kuliah yang aku ajarkan namun mereka juga mengagumi layaknya wanita pada seorang pria. Banyak dari mereka ingin menarik perhatianku.Waktu keluar dari kampus, Fakultas tempatku mengajar, tidak sengaja diriku melihat Arni berjalan dengan teman-temannya. Sungguh, hati ini tidak bisa berbohong. Diriku begitu merindukannya, sungguh merindukannya. Aku tau ini salah, perasaan ini
Bersabarlah dalam segala hal, tetapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri. Karena Meskipun seribu orang memilih untuk mencemooh dan meremehkanmu. Maka hal terbaik adalah menjadikan cemoohan mereka menjadi penyemangat dalam mengarungi hidupmu. (Fathiyah) *** “Mohon maaf, Mas tampan. Aku mau ambil motorku,” ucapnya yang berhasil membuat dua laki-laki tampan dan satu wanita cantik menoleh ke arahnya sambil memindai penampilan lusuh Fathiyah. Polisi wanita berparas cantik itu langsung menertawakan Fathiyah dengan senyuman yang terkesan mengejek. “Ternyata Briptu Arza ada penggemar baru ya?” ucap polisi wanita berparas cantik yang tertulis di tag namenya bernama Luna itu, terlihat jelas ia mengejek Fathiyah sambil masih melihat penampilan lusuh gadis itu. “Ternyata Briptu Arza yang tampan bukan saja menjadi idola anak pejabat, dan anak kaum borjuis ternyata anak pank seperti dia juga mengidolakannya,” ucapnya lagi semak
Dengan tersenyum bukan berarti kita bahagia, terkadang semua itu hanya sampul untuk menyembunyikan kesedihan karena kesedihan tidak perlu dipamerkan atau pun diperlihatkan sedangkan kebaikan tidak perlu disombongkan. (Fathiyah) *** Setelah diterima bekerja, Fathiyah kembali pulang dan mengabarkan berita gembira itu pada sang bibi. “Assalamualaikum, Bik,” sapanya dengan riang. “Kenapa sudah pulang? Apa kamu tuli? Aku sudah bilang kamu enggak boleh pulang sebelum mendapatkan pekerjaan!” sengitnya tanpa menjawab salam dari Fathiyah. Fathiyah tersenyum menanggapi omelan sang Bibi. “Diajak ngomong malah senyam-senyum kagak jelas, cepat cari kerja yang benar!” ucapnya kesal. “Alhamdulillah, Bik. Aku sudah diterima kerja di kafe dan Resto yang instagramable, tempatnya bagus, Bik.” “Beneran kamu sudah diterima kerja? Kamu enggak lagi halu ‘kan? Awas saja kalau bohong!” ucapnya. “Enggak bohong! Aku beneran diterima, Bik.” “Ya sudah aku senang mendengarnya,” ketusnya sambil kembali k
Sebuah harapan akan tercapai dengan adanya semangat yang tak pernah pudar. Dengan keyakinan dan sebuah kesabaran pasti akan berbuah indah saat waktunya tiba. (Fathiyah) *** Fathiyah sudah meletakkan lamaran kerja di beberapa toko, kafe dan restoran. Namun, hingga kini ia belum dapat panggilan. Dirinya sadar kalau hanya lulusan SMA, bahkan ia belum punya pengalaman kerja. Hanya berbekal ijazah SMA dan keahlian memasak yang diajarkan oleh sang ibu dulu semasa hidup, ia pun melamar pekerjaan ke kafe dan restoran sebagai koki. Kebetulan sang ibu dulu adalah seorang koki di rumah makan mewah. Dua tahun sudah Kedua orang tuanya meninggal dunia. Saat itu juga sang bibi dan sang paman memutuskan tinggal di rumah Fathiyah, karena rumah yang disewa mereka sudah habis masa kontraknya. Rika, sang bibi selalu memperlakukan Fathiyah seperti pembantu di rumahnya sendiri, semua pekerjaan rumah di kerjakan gadis itu. Bahkan tak jarang Fathiyah harus rela kelaparan karena sang bibi tidak memberi
Tiga bulan sudah Arza pulang ke rumah kedua orang tuanya, di pesantren. Meskipun ia harus berangkat pagi sekali. Namun, di sini hatinya sedikit tenang karena di sini dirinya banyak teman dan bisa berkumpul dengan kedua adiknya yang selalu ada saja tingkah kocaknya, sehingga bisa membuatnya terhibur.“Bang, kenalin aku sama Kak Luna dong,” ucap Azril yang saat ini berada di kamar sang abang.“Apaan sih, Dek. Enggak enak ngomongin Luna, nanti Bunda dan Abi dengar tau,” ucapnya berbisik.“Terus kenapa kalau Bunda dan Abi tau? Abang ‘kan bisa langsung mengkhitbahnya? Secara Abang ‘kan sudah mengenalnya sejak lama. Jadi enggak usah pakai proses taaruf.”“Enggak semudah itu, Dek.”“Kenapa emangnya?”“Luna belum mau berhijab, menurut pandangannya, orang berhijab itu ribet. Apalagi kalau ada yang berhijab panjang dan lebar, pasti dia enggak suka.”“Astaghfirullahal Adziim ... terus Abang kok bisa suka perempuan yang berpikiran sempit seperti itu sih?” ucap Azril tidak suka. Padahal tadi diri
Putra sulung Arni dan almarhum Azzam bernama Arza sudah menjadi seorang perwira polisi. Abdi negara seperti apa yang diamanahkan oleh Azzam. Afnan sudah memberi peluang itu pada putra sambungnya. Ia mengarahkan semua tanpa harus memaksa, meskipun itu adalah sebuah amanah. Sebagai ayah sambung, Afnan tidak hanya menyayangi dan mengayomi Arza dan Azril. Ia sudah berperan lebih dari seorang ayah sambung. Afnan bahagia bila Arza berhasil memenuhi amanah almarhum Azzam menjadi seorang polisi yang jujur dan tetap mengedepankan norma agama *** Setelah pulang dari tempatnya bekerja siang ini, Arza pamit pada Hambali dan Yulia untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Bahkan Arza izin pada komandannya untuk tidak mengikuti apel besok pagi. Setelah berkendara cukup jauh Arza pun sampai di pesantren milik sang abi. Ia segera masuk ke ndalem mencari keberadaan kedua orang tuanya. Arza segera menemui sang bunda dan sang abi yang berada di kebun belakang. Arni dan Afnan sering menghabiskan wak
Dengan senang hati Azril melakukan tugasnya, setiap harinya ia lewati dengan senyuman. Bahkan dirinya bisa istiqomah menjalankan sholat berjamaah, yang paling dirinya banggakan ia bisa mengerjakan sholat malam bersama Kiyai Bisri dengan khusyuk. Kiyai Bisri selalu membangunkannya sebelum sahur tiba. Ia juga ikut berbuka dan sahur bersama Kiyai Bisri dan Ummi Roudhoh. Awalnya dirinya menolak dengan lembut. Namun, Ummi Roudhoh dan Kiyai Bisri sedikit memaksa. Ummi Roudhoh juga sudah sedikit akrab dengan pemuda tampan itu, beliau sering menceritakan cucu-cucunya pada AzrilKecerdasan yang dimiliki Azril membuat pemuda tampan itu dengan mudah menyerap ilmu yang dirinya peroleh. Bahkan di luar batas kemampuannya.Pernah Kiyai Bisri mencoba mengetes ilmu pemuda tampan itu dengan menanyakan beberapa hadits yang dirinya ajarkan pada Azril di perpustakaan pribadinya dan Azril dengan mudah menjawab, bahkan dengan cepat beserta penjabarannya dan penjelasannya. Kiyai Bisri sampai geleng kepala.P
Kang Abduh mulai mencurigai Kang Fajar dan Kang Khaidir setelah ada gelagat berbeda yang ditunjukkan keduanya. Ia harus bisa memecahkan masalah ini dan mencari bukti supaya nama baik Neng Arsyi dan juga Gus Azril tidak jelek di mata santri lain, meskipun mereka berdua ada perasaan, tapi tidak begini caranya. Apalagi mereka calon pewaris pesantren.“Gus Azril bisa membuktikan kalau ini benar-benar fitnah?” tanya Kang Abduh.“Insya Allah aku bisa membuktikannya. Aku tau mereka tidak menyukaiku. Itu tidak masalah buatku, tapi ini tidak menyangkut diriku saja karena Neng Arsyi diikut campurkan dan aku tidak mau itu terjadi,” ujar Azril yakin. Meskipun Arsya kecewa pada keduanya, tapi melihat kesungguhan Azril yang membela sang adik membuat dirinya tersenyum tipis.“Halah, paling memang ini disengaja. Azril saja yang memang tidak bisa menahan diri dan tidak bisa menjaga kehormatan pesantren dengan mengajak ketemuan Neng Arsyi, dasar biang kerok. Sejak dia datang kan selalu ada saja tingkah
Azril mengantar kepulangan keluarganya di pintu aula. Setelah beberapa wejangan diberikan oleh Abi, Bunda dan Neneknya.Azril ingin di sisa waktunya di pesantren ini bisa lebih dekat dengan Kiyai Bisri. Menyerap ilmu beliau lebih sempurna, dan mungkin dengan melakukan beberapa kesalahan akan membuatnya di takzir dan di serahkan langsung pada Abah Yai, itu pemikirannya.Azril kembali ke kamarnya dan membawa beberapa bingkisan yang dibawakan sang bunda tadi. Ia langsung membagikan beberapa makanan untuk santri lain termasuk Arsya.“Sesuai janjiku padamu dulu, Sya. Aku habis disambang keluargaku. Ini, aku kasih bolu kelapa kesukaanku khusus buat kamu, semoga kita satu selera dan kamu juga menyukainya,” ujarnya.Arsya sangat senang dan langsung menerima bolu kelapa dan ayam geprek kesukaan Azril.“Makasih banyak ya, Ril. Aku juga pasti menyukainya. Makanan ini pasti juga enak banget,” ujarnya.Azril tersenyum menanggapinya. Memang bagi Azril masakan sang bunda paling enak, tiada tandingan
Hubungan Arsya dan Azril sedikit merenggang, tidak lagi seperti dulu. Azril lebih menghindari Arsya. Meskipun Arsya ingin selalu dekat dengan Azril seperti yang dulu. Namun, Azril membatasinya. Sungguh suasana seperti ini Arsya tidak menyukainya.Sudah 17 hari Azril berada di pesantren itu. Banyak pelajaran yang ia dapatkan, mulai dari persahabatan yang ia dapatkan dari Arsya dan beberapa teman yang lainnya, desir aneh yang ia rasakan pada Arsyi, saudara kembar Arsya. Sikap tak bersahabat yang ditunjukkan oleh Kang Khaidir dan Kang Fajar yang semakin membencinya, serta kajian kitab kuning dan penjelasan dari Abah Yai yang selalu membekas di hatinya. Bahkan dirinya sangat mrn8kmsti takziran yang diberikan oleh pengurus yang mengajarkan padanya sebuah tanggung jawab. Ada alasan lain yang membuat Azril bertindak semaunya sendiri. Alasan yang cukup aneh yaitu mengabdi secara langsung pada Abah Yai dan dengan melakukan kesalahan terus menerus dirinya yakin setelah ini hukumannya akan diam