Setelah pemakaman Arya dan Diana selesai mereka membawa Azzam pulang. Namun terlebih dulu Achmad meminta tetua desa, pak rt juga pak rw untuk mentahlilkan Arya dan Diana selama 7 hari. Achmad juga membiayai semua keperluan dari mulai pemakaman hingga tahlil yang akan dilaksanakan. Setelah semua beres mereka pamit pulang. Kondisi Azzam masih lemas, karena terlalu banyak muntah. Mereka membawa Azzam ke pondoknya kiyai Adnan, mertuanya Achmad. Untuk kembali di rukyah, membersihkan sisa guna-guna yang masih ada di tubuh Azzam. Walaupun Achmad tau Azzam sudah hampir bersih namun ia tidak ingin hal buruk terjadi lagi pada sang adik. Ia ingin tubuh Azzam kembali dibersihkan oleh mertuanya.Butuh waktu hingga dua jam. Azzam sudah mulai membaik. "Aku ada di mana, Bang?" tanyanya heran pada kedua abangnya."Ada di pondoknya abah," ucap Achmad."Kok bisa aku ada di sini, bukankah aku kemarin jemput Arni kuliah lalu aku lupa semuanya."Kiyai Adnan dan Achmad mengajarkan beberapa dzikir untuk t
Terkadang, hal terbaik yang bisa kamu lakukan untuk seseorang yang kamu cintai adalah melepaskannya. Bebaskan ia. Doakan kebahagiaan untuknya dan bebaskan ia. (Afnan ~ Cinta dalam Balutan doa)Hari ini hari pertamaku mengajar di kampus, aku menjalankan tugasku dengan baik, sesi perkenalkan ku lakukan dengan baik, baik dengan para dosen, juga dekan fakultas Ushuluddin. Alhamdulillah diriku diterima dengan baik oleh mereka. Di kelas para mahasiswaku juga menerimaku dengan baik, mereka terlihat nyaman dengan cara mengajar pertamaku. Bagaimana dengan mahasiswi? Bukannya aku geer, mereka tidak hanya menyukai mata kuliah yang aku ajarkan namun mereka juga mengagumi layaknya wanita pada seorang pria. Banyak dari mereka ingin menarik perhatianku.Waktu keluar dari kampus, Fakultas tempatku mengajar, tidak sengaja diriku melihat Arni berjalan dengan teman-temannya. Sungguh, hati ini tidak bisa berbohong. Diriku begitu merindukannya, sungguh merindukannya. Aku tau ini salah, perasaan ini
Dengan cinta, yang pahit menjadi manis. Dengan cinta, tembaga menjadi emas. Dengan cinta, sampah menjadi jernih. Dengan cinta, yang mati menjadi hidup. Dengan cinta, raja menjadi budak. Dari ilmu, cinta dapat tumbuh. Pernahkah kebodohan menempatkan seseorang di atas tahta seperti ini? (Kahlil Gibran)Perut Arni sudah semakin membesar. Saat ini sudah memasuki bulan ketujuh. Yulia sudah menyiapkan acara tujuh bulanan untuk sang menantu.Di daerah mereka acara syukuran untuk tujuh bulanan disebut tingkepan atau ngerujai, di sana para tetangga akan saling membantu membuat rujak yang berbahan dasar buah-buahan yang di parut menggunakan parutan buah. Beraneka macam buah tersaji di sana, diantaranya 7 buah yang harus ada adalah mentimun, nanas, bengkoang, kedondong, jambu, belimbing, delima, jeruk keprok. Ada juga manggar, buah kelapa muda yang belum memiliki tempurung keras. Rusaknya umumnya pedas dan dihidangkan sebaik mungkin. Hal ini bermakna supaya anak yang akan lahir bisa menyenangk
Kebetulan pagi ini Arni ada pertemuan rutin Bhayangkari. Setelah menyiapkan keperluan sang suami, ia segera mengganti bajunya dengan seragam bhayangkari kebanggaan seorang istri polisi. Karena usia kandungannya sudah semakin membesar alhasil seragam itu tak muat lagi di tubuhnya.Arni pun sedih karena sudah satu bulan ini dirinya tidak bisa ikut pertemuan rutin. Dirinya juga gak enak hati kalau selalu izin pada istri komandannya Azzam."Sayang, kamu kenapa kok mukanya ditekuk gitu?" tanya Azzam yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya."Seragam aku udah gak muat, Mas," ucapnya sambil terisak.Azzam mendekat mencium kening Arni."Coba kamu pakai, Aku mau lihat!""Satu bulan izin gak ikut pertemuan, tau-tau seragamku gak muat, perut aku udah membesar terus aku juga gemukan, pasti Mas malu," ucapnya masih terisak. Sejak usia kehamilannya menginjak bulan kelima dulu, Arni menjadi manja dan cengeng. Beruntung Azzam sabar dan telaten. Ia selalu memberinya per
Musuh terbesar manusia adalah kebenaran yang disembunyikan. Hal itu pasti sangat menyakitkan bila terungkap.***Tiga hari lagi Azzam akan berangkat bertugas ke Papua. Belum pasti pulangnya kapan? Namun ia berjanji pada Arni untik pulang sebelum Arni melahirkan.Hari ini Arni ingin mengunjungi orang tuanya, dan berniat tinggal di sana untuk beberapa hari bersama Azzam sebelum Azzam berangkat bertugas."Ini kamu berikan ke ibu kamu ya, Nak," ucap Yulia sambil menyerahkan kantong kresek berisi brownis dan bandeng presto."Iya, Bu. Terima kasih.""Rencananya kalian menginap ke sana berapa hari?""Insya Allah dua hari, Bu. Malam sebelum keberangkatan Mas Azzam kami akan pulang ke sini," jawabnya."Ya sudah, salam ke orang tua kamu ya, Nak!""Iya, Bu. Insya Allah saya sampaikan.""Sayang, sudah siap belum?" tanya Azzam membawa tas besar berisi pakaiannya dan Arni. Disana hanya dua baju Azzam karena memang Azzam belum pernah menginap lama, paling lama hanya satu hari dan sekarang mereka a
Kepercayaan itu layaknya berlian yang tidak boleh tergores apalagi terjatuh karena kepercayaan itu mahal harganya jangan pernah sekali-kali berniat untuk mengkhianati. Ketika kamu membuat komitmen di saat itu pula kamu telah membangun harapan dan di saat kamu membuat janji itu artinya kamu telah membangun kepercayaan. Jangan sampai kepercayaan itu hilang hanya karena sebuah kesalahan apalagi kesalah pahaman.***Deg ....Dengan tangan bergetar Arni menerima surat itu."A-aku bisa menjelaskannya, Mas. A-aku gak mau Mas salah paham," ucapnya dengan tubuh yang masih bergetar."Gak usah dijelaskan, Dek," ucap Azzam sambil beranjak dari tempat itu dan masuk ke dalam rumah.Arni meneteskan air matanya. Azzam memanggilnya dengan panggilan Dek, tidak ada panggilan sayang seperti biasanya. Itu berarti Azzam sedang marah padanya. Arni tidak mau hal ini membuat hubungannya dengan Azzam renggang. Arni masih duduk di samping rumahnya."Nak, ayo kita sarapan dulu!" ajak Syafaah yang berada di meja
Selepas sholat subuh, Azzam sudah bersiap untuk berangkat. Arni menyiapkan sarapan di dapur bersama bik Nunuk lebih pagi."Bu, aku minta tolong untuk selalu menjaga Arni dan tenangin dia ya, Aku gak mau dia sedih saat tau aku gak bisa menemaninya lahiran, tugas kali ini berat, Bu. Jujur hatiku juga berat meninggalkan Arni dalam kondisi hamil tua, tapi bagaimana lagi ini sudah menjadi tugasku, aku gak mengatakan jujur pada Arni karena takut dia khawatir dan sedih, Bu," ucapnya sedih. "Tanpa kamu minta pun ibu akan selalu menjaga Arni, ibu sudah menganggapnya anak kandung bukan menantu, kamu tenang saja dalam bertugas. Ibu hanya ingin kamu selalu menghubungi kami setiap hari dalam jangka 6 bulan pasti sangat berat untuk Arni tapi ibu dan ibu mertua kamu sepakat akan selalu ada untuk Arni. Dan akan bergantian menjaganya," ucap Yulia tulus. Ia tahu sang putra saat ini mengalami dilema. Ia tahu tugas sang putra dan saat seperti ini lah dirinya merasa cemas apalagi Yulia tahu bagaimana ko
Cemburu tandanya sayang. Tapi jangan cemburu yang berlebihan sebab hanya akan menghancurkan sebuah hubungan.***Afnan mengadzani bayi mungil itu, suaranya bergetar dan saat mengiqomahinya air mata Afnan tak bisa ia tahan lagi. Arni melihat hal itu, dirinya langsung menundukkan wajahnya. Ia harus menjaga hati dan perasaan Azzam yang saat ini ada di tempat lain. Dirinya juga harus menjaga kehormatan dirinya dan sang suami. Tugasnya sebagai seorang istri mungkin hari ini akan diuji. Namun ia yakin dirinya bisa mengenyahkan perasaannya pada Afnan. Karena dirinya sudah berkomitmen dan sebagai istri yang sholihah sudah tugasnya menjaga hati dan marwahnya ketika sang suami tidak bersamanya.Yulia mengabadikan moment ketika Afnan mengadzani dan mengiqomahi cucunya. Ia berniat akan mengirim video itu. Ia tidak tahu video itu akan menjadi bumerang dalam hubungan sang putra dan sang menantu. Membuat Azzam cemburu.Setelah selesai mengadzani bayi tampan itu. Afnan menyerahkan bayi itu pada Yulia
Bersabarlah dalam segala hal, tetapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri. Karena Meskipun seribu orang memilih untuk mencemooh dan meremehkanmu. Maka hal terbaik adalah menjadikan cemoohan mereka menjadi penyemangat dalam mengarungi hidupmu. (Fathiyah) *** “Mohon maaf, Mas tampan. Aku mau ambil motorku,” ucapnya yang berhasil membuat dua laki-laki tampan dan satu wanita cantik menoleh ke arahnya sambil memindai penampilan lusuh Fathiyah. Polisi wanita berparas cantik itu langsung menertawakan Fathiyah dengan senyuman yang terkesan mengejek. “Ternyata Briptu Arza ada penggemar baru ya?” ucap polisi wanita berparas cantik yang tertulis di tag namenya bernama Luna itu, terlihat jelas ia mengejek Fathiyah sambil masih melihat penampilan lusuh gadis itu. “Ternyata Briptu Arza yang tampan bukan saja menjadi idola anak pejabat, dan anak kaum borjuis ternyata anak pank seperti dia juga mengidolakannya,” ucapnya lagi semak
Dengan tersenyum bukan berarti kita bahagia, terkadang semua itu hanya sampul untuk menyembunyikan kesedihan karena kesedihan tidak perlu dipamerkan atau pun diperlihatkan sedangkan kebaikan tidak perlu disombongkan. (Fathiyah) *** Setelah diterima bekerja, Fathiyah kembali pulang dan mengabarkan berita gembira itu pada sang bibi. “Assalamualaikum, Bik,” sapanya dengan riang. “Kenapa sudah pulang? Apa kamu tuli? Aku sudah bilang kamu enggak boleh pulang sebelum mendapatkan pekerjaan!” sengitnya tanpa menjawab salam dari Fathiyah. Fathiyah tersenyum menanggapi omelan sang Bibi. “Diajak ngomong malah senyam-senyum kagak jelas, cepat cari kerja yang benar!” ucapnya kesal. “Alhamdulillah, Bik. Aku sudah diterima kerja di kafe dan Resto yang instagramable, tempatnya bagus, Bik.” “Beneran kamu sudah diterima kerja? Kamu enggak lagi halu ‘kan? Awas saja kalau bohong!” ucapnya. “Enggak bohong! Aku beneran diterima, Bik.” “Ya sudah aku senang mendengarnya,” ketusnya sambil kembali k
Sebuah harapan akan tercapai dengan adanya semangat yang tak pernah pudar. Dengan keyakinan dan sebuah kesabaran pasti akan berbuah indah saat waktunya tiba. (Fathiyah) *** Fathiyah sudah meletakkan lamaran kerja di beberapa toko, kafe dan restoran. Namun, hingga kini ia belum dapat panggilan. Dirinya sadar kalau hanya lulusan SMA, bahkan ia belum punya pengalaman kerja. Hanya berbekal ijazah SMA dan keahlian memasak yang diajarkan oleh sang ibu dulu semasa hidup, ia pun melamar pekerjaan ke kafe dan restoran sebagai koki. Kebetulan sang ibu dulu adalah seorang koki di rumah makan mewah. Dua tahun sudah Kedua orang tuanya meninggal dunia. Saat itu juga sang bibi dan sang paman memutuskan tinggal di rumah Fathiyah, karena rumah yang disewa mereka sudah habis masa kontraknya. Rika, sang bibi selalu memperlakukan Fathiyah seperti pembantu di rumahnya sendiri, semua pekerjaan rumah di kerjakan gadis itu. Bahkan tak jarang Fathiyah harus rela kelaparan karena sang bibi tidak memberi
Tiga bulan sudah Arza pulang ke rumah kedua orang tuanya, di pesantren. Meskipun ia harus berangkat pagi sekali. Namun, di sini hatinya sedikit tenang karena di sini dirinya banyak teman dan bisa berkumpul dengan kedua adiknya yang selalu ada saja tingkah kocaknya, sehingga bisa membuatnya terhibur.“Bang, kenalin aku sama Kak Luna dong,” ucap Azril yang saat ini berada di kamar sang abang.“Apaan sih, Dek. Enggak enak ngomongin Luna, nanti Bunda dan Abi dengar tau,” ucapnya berbisik.“Terus kenapa kalau Bunda dan Abi tau? Abang ‘kan bisa langsung mengkhitbahnya? Secara Abang ‘kan sudah mengenalnya sejak lama. Jadi enggak usah pakai proses taaruf.”“Enggak semudah itu, Dek.”“Kenapa emangnya?”“Luna belum mau berhijab, menurut pandangannya, orang berhijab itu ribet. Apalagi kalau ada yang berhijab panjang dan lebar, pasti dia enggak suka.”“Astaghfirullahal Adziim ... terus Abang kok bisa suka perempuan yang berpikiran sempit seperti itu sih?” ucap Azril tidak suka. Padahal tadi diri
Putra sulung Arni dan almarhum Azzam bernama Arza sudah menjadi seorang perwira polisi. Abdi negara seperti apa yang diamanahkan oleh Azzam. Afnan sudah memberi peluang itu pada putra sambungnya. Ia mengarahkan semua tanpa harus memaksa, meskipun itu adalah sebuah amanah. Sebagai ayah sambung, Afnan tidak hanya menyayangi dan mengayomi Arza dan Azril. Ia sudah berperan lebih dari seorang ayah sambung. Afnan bahagia bila Arza berhasil memenuhi amanah almarhum Azzam menjadi seorang polisi yang jujur dan tetap mengedepankan norma agama *** Setelah pulang dari tempatnya bekerja siang ini, Arza pamit pada Hambali dan Yulia untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Bahkan Arza izin pada komandannya untuk tidak mengikuti apel besok pagi. Setelah berkendara cukup jauh Arza pun sampai di pesantren milik sang abi. Ia segera masuk ke ndalem mencari keberadaan kedua orang tuanya. Arza segera menemui sang bunda dan sang abi yang berada di kebun belakang. Arni dan Afnan sering menghabiskan wak
Dengan senang hati Azril melakukan tugasnya, setiap harinya ia lewati dengan senyuman. Bahkan dirinya bisa istiqomah menjalankan sholat berjamaah, yang paling dirinya banggakan ia bisa mengerjakan sholat malam bersama Kiyai Bisri dengan khusyuk. Kiyai Bisri selalu membangunkannya sebelum sahur tiba. Ia juga ikut berbuka dan sahur bersama Kiyai Bisri dan Ummi Roudhoh. Awalnya dirinya menolak dengan lembut. Namun, Ummi Roudhoh dan Kiyai Bisri sedikit memaksa. Ummi Roudhoh juga sudah sedikit akrab dengan pemuda tampan itu, beliau sering menceritakan cucu-cucunya pada AzrilKecerdasan yang dimiliki Azril membuat pemuda tampan itu dengan mudah menyerap ilmu yang dirinya peroleh. Bahkan di luar batas kemampuannya.Pernah Kiyai Bisri mencoba mengetes ilmu pemuda tampan itu dengan menanyakan beberapa hadits yang dirinya ajarkan pada Azril di perpustakaan pribadinya dan Azril dengan mudah menjawab, bahkan dengan cepat beserta penjabarannya dan penjelasannya. Kiyai Bisri sampai geleng kepala.P
Kang Abduh mulai mencurigai Kang Fajar dan Kang Khaidir setelah ada gelagat berbeda yang ditunjukkan keduanya. Ia harus bisa memecahkan masalah ini dan mencari bukti supaya nama baik Neng Arsyi dan juga Gus Azril tidak jelek di mata santri lain, meskipun mereka berdua ada perasaan, tapi tidak begini caranya. Apalagi mereka calon pewaris pesantren.“Gus Azril bisa membuktikan kalau ini benar-benar fitnah?” tanya Kang Abduh.“Insya Allah aku bisa membuktikannya. Aku tau mereka tidak menyukaiku. Itu tidak masalah buatku, tapi ini tidak menyangkut diriku saja karena Neng Arsyi diikut campurkan dan aku tidak mau itu terjadi,” ujar Azril yakin. Meskipun Arsya kecewa pada keduanya, tapi melihat kesungguhan Azril yang membela sang adik membuat dirinya tersenyum tipis.“Halah, paling memang ini disengaja. Azril saja yang memang tidak bisa menahan diri dan tidak bisa menjaga kehormatan pesantren dengan mengajak ketemuan Neng Arsyi, dasar biang kerok. Sejak dia datang kan selalu ada saja tingkah
Azril mengantar kepulangan keluarganya di pintu aula. Setelah beberapa wejangan diberikan oleh Abi, Bunda dan Neneknya.Azril ingin di sisa waktunya di pesantren ini bisa lebih dekat dengan Kiyai Bisri. Menyerap ilmu beliau lebih sempurna, dan mungkin dengan melakukan beberapa kesalahan akan membuatnya di takzir dan di serahkan langsung pada Abah Yai, itu pemikirannya.Azril kembali ke kamarnya dan membawa beberapa bingkisan yang dibawakan sang bunda tadi. Ia langsung membagikan beberapa makanan untuk santri lain termasuk Arsya.“Sesuai janjiku padamu dulu, Sya. Aku habis disambang keluargaku. Ini, aku kasih bolu kelapa kesukaanku khusus buat kamu, semoga kita satu selera dan kamu juga menyukainya,” ujarnya.Arsya sangat senang dan langsung menerima bolu kelapa dan ayam geprek kesukaan Azril.“Makasih banyak ya, Ril. Aku juga pasti menyukainya. Makanan ini pasti juga enak banget,” ujarnya.Azril tersenyum menanggapinya. Memang bagi Azril masakan sang bunda paling enak, tiada tandingan
Hubungan Arsya dan Azril sedikit merenggang, tidak lagi seperti dulu. Azril lebih menghindari Arsya. Meskipun Arsya ingin selalu dekat dengan Azril seperti yang dulu. Namun, Azril membatasinya. Sungguh suasana seperti ini Arsya tidak menyukainya.Sudah 17 hari Azril berada di pesantren itu. Banyak pelajaran yang ia dapatkan, mulai dari persahabatan yang ia dapatkan dari Arsya dan beberapa teman yang lainnya, desir aneh yang ia rasakan pada Arsyi, saudara kembar Arsya. Sikap tak bersahabat yang ditunjukkan oleh Kang Khaidir dan Kang Fajar yang semakin membencinya, serta kajian kitab kuning dan penjelasan dari Abah Yai yang selalu membekas di hatinya. Bahkan dirinya sangat mrn8kmsti takziran yang diberikan oleh pengurus yang mengajarkan padanya sebuah tanggung jawab. Ada alasan lain yang membuat Azril bertindak semaunya sendiri. Alasan yang cukup aneh yaitu mengabdi secara langsung pada Abah Yai dan dengan melakukan kesalahan terus menerus dirinya yakin setelah ini hukumannya akan diam