"Apa maksudmu, malam yang mana?"
"Yang mana, ya?" Goda Leon membuat Syilla makin kesal. Saat wanita itu akan memukul pemuda itu tiba-tiba suara bass milik Izzuddin terdengar dari arah belakang.
"Malam yang mana?"
Seketika Syilla menunduk ketakutan ketika tatapan Izzuddin mengintimidasinya, ia juga bingung malam yang mana? Apa maksud ucapan Leon barusan? Malam apa yang Leon tahu tentangnya? Syilla tampak berpikir keras malam apa yang dimaksud Leon itu.
Setahunya ia tak melakukan apapun, ngapain juga ia takut jika ia tidak bersalah. Bodoh-bodoh-bodoh!! Pasti Leon hanya menakut-nakutinya saja, awas saja kau Leon. Ku cincang tubuhmu jika bicara macam-macam kepada Kak Izzu ku, huff.
"Eh, Tuan Izzu, maksud saya-"
"Okay! Leon bawa Bilal sekarang, lempar bayi ini pada Ayahnya, beritahu padanya jika aku menunggunya di Jembatan kembar." Titah Izzuddin spontan.
Syilla terkejut juga ketakutan karena Izzuddin akan menghadapi Darren, apa yan
"Cuih, kau cari mati, huh! Mengaku sebagai King frederich versi cupu, ingat! Pak tua bangka, kau tak pantas menjadi King frederich, karena penampilanmu bak kera jadi-jadian. Lebih baik pulanglah kasihan istri-anakmu jika kau berada disini, apa lagi kau bertemu dengan Queen frederich yang asli disini!! Apa kau tak takut aku mencongkel matamu?" "Hhh... jangan banyak bicara, ratuku! Mari kita bersenang-senang dulu." Manusia kera itu langsung mendorong Syilla hingga jatuh. Syilla mengumpat keras karena bokongnya begitu sakit ketika menampar aspal, saat manusia kera itu hendak mendekat Syilla sudah mencekiknya tapi naas lelaki itu juga balik mencekiknya. "Kau hanya gadis bodoh yang mengaku-ngaku sebagai Queen frederich, mari bersenang-senang, sayang!" Desis manusia kera itu sambil mencekik Syilla begitu kuat. Syilla mencoba melepaskan cekikan itu tapi lama-kelamaan ia kehilangan tenaga, tak hilang akal, perempuan itu menendang selangkangan manusia kera itu
Setelah mendengarkan cerita Leon barusan, Izzuddin langsung duduk di sofa. Lelaki itu memijat pelipisnya sebentar untuk menetralkan nyeri yang ia rasakan saat ini, sementara Syilla menunduk sambil menangis sesenggukan. Perempuan itu memeluk kaki Izzuddin, meminta permohonan maaf tapi lelaki itu hanya menatapnya datar. Izzuddin sendiri tak mengerti akan semua ini, ia lelah sangat lelah. Perjalanan hidupnya bersama gadis kecilnya begitu sulit untuk ia terima, kenapa tuhan menghukum mereka berdua secara bersamaan, terluka bersama, dan kini hancur bersama. Apa ini? Kenapa dunia terus menerus mengobrak-abrik cinta mereka, kenapa? Ketika di rasa nyeri dikepala sudah cukup menbaik, Izzuddin menarik Syilla agar duduk disampingnya, memberikan Bilal yang sedang terlelap kepangkuan wanitanya itu. Izzuddin menghapus kristal bening yang jatuh pada pipi wanitanya dengan lembut, bibir tipis nan pucat itu menjadi atensi Syilla yang terdiam akan perlakuan Izzuddin, bahkan sentuhan Iz
"Kak, kamu dimana? Kenapa kamu seperti menghilang ditelan bumi, hiks... jika Kakak ingin balas dendam sama Syilla karena sudah beberapa kali ninggalin Kakak, silahkan! Syilla terima hukumannya, asalkan jangan tinggalin Bilal, dia butuh Kakak, hiks...hiks.." racau perempuan itu lelah, Syilla benar-benar sangat kelelahan sedari tadi menangis karena bingung, bagaimana caranya mendiamkan bayinya yang tiba-tiba rewel seperti itu. Syilla sendiri tak menyangka jika Bilal malam ini rewel setelah bangun tidur tak melihat Daddy Izzu nya. Padahal saat bersama Darren, bayi itu penurut sekali tak pernah rewel dan tak pernah memeluk leher Ayahnya sendiri sebagai bentuk manja seorang anak pada Ayahnya. Anehnya saat bersama Izzuddin, Bilal seperti lupa jika bayi itu punya Ayah kandung. "Hiks... hiks... maafin, Mom ya, Baby! Mom benar-benar tak becus menjaga dan merawatmu. Mom, nggak bisa jadi Ibu yang baik, Mom- ... hiks... ya Allah, jika Kau ingin menghukumku, hukum aku. Jangan put
[Adik, hiks.. Izzu, dik! Izzu.. hiks.. hiks..] Deg, seketika Syilla tertegun ketika mendengar tangisan histeris sang Kakak ipar begitu memilukan sambil memanggil-manggil nama Izzuddin, ada apa dengan Kak Izzu nya? Kenapa Ezha menangis histeris seperti itu? Syilla berfikir positive tingkink agar tak ikutan cemas, perempuan itu berusaha menenangkan Ezha diseberang sana. [Kakak tenang, ya! Memangnya Kak Izzu kenapa, Kak?] [Hiks... Izzu... hiks... hiks... Izzu ke-celakaan... hiks... dia... dia... me-meninggal... hiks..."] Pyarr.. Suara pecahan piring kini terdengar begitu nyaring, tangan Syilla seketika gemetar ketika memegang ponselnya hingga jatuh ke lantai. Lelehan air mata kini luruh sudah, dengan tatapan kosong Syilla mengelengkan kepala lemah, ini mimpi buruk baginya setelah lima hari lamanya Izzuddin tak pulang, kini ia harus mendengar berita yang membuatnya mati rasa. "Tidak mungkin... ini... tidak mungkin... hiks.." Brukk.. Syilla
Leon langsung keluar dari mobil dan memberi hormat pada lelaki itu lalu membuka pintu penumpang sebelah pengemudi, agar bisa melihat wanitanya disana. Sedetik kemudian wajah tampan itu tampak menyeramkan karena melihat keadaan Syilla tak sadarkan diri seperti ini. Leon langsung kesusahan menelan ludahnya sendiri, ketika ditatap tajam seperti itu, benar dugaannya Bosnya pasti akan marah, huff... tamat riwayatmu, Leon!! Cinta memang buta, tak peduli hal sekitar yang penting tetap bersamanya, seperti kedua kaki kita. Jika salah satu dari kaki kita patah maka kita akan kesusahan untuk berjalan bahkan berlari, begitupun cinta, jika salah satunya hilang maka yang satunya akan terluka. "Kau.." desis lelaki itu tajam, karena wanitanya dalam keadaan mengenaskan, lutut penuh lumuran darah bahkan ada pecahan beling menancap disana, rambutnya kusut tak berbentuk, wajah memerah, jejak air mata masih terlihat begitu jelas. "Hanya memberinya obat tidur, Bos! Maaf, Nona Syil
Syilla berkaca-kaca ketika melihat pantulannya sendiri dikaca besar kamar yang luas dan mewahnya minta ampun yang entah milik siapa? Seketika perempuan itu menjatuhkan tubuh mungil dilantai, dadanya terasa sesak, ia tak tahu apa yang terjadi? Yang ia ingat terakhir kali Leon membawanya untuk bertemu Darren? Tapi, ini bukan rumah Darren, karena lelaki itu tak pernah mau hidup mewah walaupun orang tuanya sebangsa konglomerat terpandang di China, lalu siapa gerangan pemilik Mansion mewah bak istana ini? Apakah Darren menjualnya? Lalu pada siapa? Setega itukah Darren padanya? Setega itukah lelaki itu menjual seorang wanita mungil yang sudah bersusah payah memberinya status seorang Ayah muda? Seketika, Syilla teringat calon suaminya yang dikabarkan meninggal karena kecelakaan tak terduga. Perempuan itu mengelengkan kepala menahan lara hatinya tak terkendali, Syilla tak ingin menikah dengan orang lain selain dengan Izzuddin Elbarak seorang. Jika disuruh menikah dengan jasa
Syilla langsung meloncat kearah lelaki itu untuk memeluknya erat, seseorang yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya, beruntung Izzuddin mempunyai refleks yang bagus sehingga lelaki itu hanya mundur selangkah saat tubuh mungil sang istri sudah ada dipelukan. Syilla memeluk leher lelakinya erat butiran kristal kini membasahi pipi tembamnya dengan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Izzuddin karena malu juga rindu. Melihat hal itu semua orang yang ada diruangan itu bersorak bahagia, para pemotrek pun tidak mau kelewatan mengabadikan moment ini, mungkin terlihat seperti kekanakkan tapi lihatlah mereka terpisah selama kurang lebih 5 hari, karena Izzuddin sibuk menyiapkan semua ini tanpa sepengetahuan Syilla dan Ezha yang memang suka menjahili adik laki-lakinya dan adik iparnya itu malah membuat skenario murahan. Alhasil, Syilla menjadi gila dadakan, untung nggak gila langsung masuk RSJ, bisa-bisa Izzuddin bisa ngamuk sama Kakak jahilnya itu.
Suasana malam pernikahan Izzuddin dan Syilla kini dipenuhi cinta kasih yang sangat kental, kebahagiaan hakiki tanpa halangan sedikitpun dengan digelar begitu meriah sekali. Kolega bisnis Elbarak, Huang fu, dan rekan bisnis Izzuddin sendiri dari belahan dunia datang semua karena tidak mau melewatkan menyambut pernikahan pengusaha muda sukses itu, bahkan teman seperguruan beladiri kelompok Izzuddin dan Syilla juga di undang. Syilla tampak bahagia sekali karena tepat dibawah bulan purnama yang sangat indah kini ikut merayakan kebahagiaan kedua insan saling mencintai itu, wajah Syilla terlihat berseri-seri ketika menyambut para tamunya, walaupun nyatanya ia tidak mengenal siapa mereka, yang ada di otaknya saat ini adalah berbagi kebahagiaan. Apa salahnya? Kedua belai pengantin itu duduk di singgasananya bak Raja dan Ratu yang menyambut kedatangan para rakyatnya. Izzuddin terlihat menampakkan wajah datar tanpa ekspresi ketika menyambut tamu-tamunya, tak ada yang heran jik