Tetapi dengan keji Aneska dan Reveena (Ibunya) memukul Xiao Fu, menghina gadis malang itu 'jalang kecil' dan masih banyak lagi caci-makian yang pedas keluar dari mulut wanita paruh baya itu. Bahkan beliau mengancam akan menjual Xiao Fu ke tempat konstitusi penjual tubuh pada lelaki hidung belang, jika Xiao Fu masih mengejar Darren untuk bertanggung jawab. Sebelum suaminya pulang kerja wanita kejam itu langsung melempar segebok uang, untuk biaya aborsi dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.
Karena Aneska tak ingin Darren tahu, jika kekasihnya tengah mengandung. Seketika Leon-tangan kanan Darren datang, dan langsung membawa pergi Xiao Fu yang sudah terkulai lemah di lantai. Leon yang tak terima jika gadis seceria Xiao Fu yang ia anggap sebagai adiknya sendiri diperlakukan seperti itu. Pemuda itu langsung melempar uang itu pada Aneska kembali, dan langsung pergi ketika bertepatan Tuan Fu pulang kerja.
"Hey, kenapa kamu duduk disana? Putramu pulang
"Pilihan yang menyenangkan, Baba! Wahai Mama dan Wai Po tersayang... Kalian ingin bermain denganku dengan cara halus apa kasar, hm?" "Dasar anak syetan, aku menyesal tak membuangmu ke jurang biar mati sekalian," pekik si wanita tua bangka itu sarkas dengan wajah penuh amarah, ketika melihat wajah Darren yang tampak tenang ditempatnya. "Dasar Tua bangka, seharusnya ku robek mulutmu waktu itu, ketika kau bunuh putriku yang masih tak tahu apa-apa." Desis Darren penuh dendam sambil mencengkeram rahang wanita itu. Nafasnya memburu, ketika bayangan janin bayi perempuan yang masih sebesar buah pisang tergeletak tak bernyawa, didalam kotak kaca. Padahal kandungan Xiao Fu waktu itu masih menginjak 4 bulan, tapi janin itu sudah terlihat jika jenis kelaminnya perempuan, kesensitifan Darren terhadap darah dagingnya memang kuat. Apa lagi itu mengenai putri kecilnya yang lenyap, karena wanita tua bangka itu menyiksa Xiao Fu dengan menendang perut bun
Tepat pukul 10 malam Izzuddin baru saja kembali untuk menjemput Syilla dan Bilal, pekerjaannya hari ini sangat menguras tenaga dan emosi. Peluh di dahinya tak ia hiraukan, bibir tipisnya yang pucat itu terus memancarkan senyum manis, dengan tangannya membawa bungkusan yang berisi makanan yang ia beli saat pulang barusan. Waktu dijalan tadi ia berpikir wanitanya itu tak akan mau makan, jika waktu bangun tidur tak melihatnya di manapun. Sungguh keras kepala. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikum salam, Kak Izzu..." jawab Syilla manja kebetulan wanita itu sedang duduk sendiri didepan rumah, yang benar saja pasti ia mencari Kak Izzu nya sedari tadi. Lihatlah wanita mungil itu langsung melompat kearah Izzuddin, memeluk erat lelakinya bagaikan ditinggal suaminya merantau bertahun-tahun, padahal hanya ditinggal sebentar. "Kangen, hm?" "He.um.." "Padahal cuma ditinggal sebentar, sudah kangen seperti ditinggal bertahun-tahun saja." "Biarin." Syilla m
Tepatnya dua jam setelah Bilal bangun, Syilla baru membuka mata indahnya, wanita itu mengeliat bak cacing kepanasan karena cahaya matahari menerpa begitu terang ke wajahnya. "Eeuughhh, jam berapa ini? Eh..." guman Syilla lucu, seketika wanita itu terkejut karena ia sudah memakai piyama tidur dan sudah ada di ranjang. "Hm, pasti kerjaan Kak Izzu nih! aduh, sakit banget nih punggung huff... Dasar singa jantan hihihi... sekali main langsung bikin Syilla pingsan." Monolog Syilla sambil cekikikan saat teringat masa-masa indah semalam, dengan santai Syilla turun dari ranjang buat bersih-bersih dulu, baru melihat dua lelaki tercintanya itu di ruang keluarga. "Good morning." sapa Syilla semangat karena pagi ini moodnya lagi bagus. "Afternoon, Mom!" Jawab Izzuddin acuh karena ia sedang bermain dengan Bilal, seketika Syilla mencebik lucu karena kesal. "Afternoon apa sih, bukannya masih pagi, Dad?" Tanyanya polos. "Sudah jam satu siang, dasar keb
"Ngomong apaan sih! dia bukan Darrell dia itu Bilal ingat namanya Attaya Bilal Ar-Rasyiddy Elbarak, putra kesayangan Izzuddin Elbarak. Nggak peduli dia hasil kesalahanmu dengan Darren, karena Bilal tetap anakku, cucu sulung keluarga Elbarak, faham!!" Saut Izzuddin tiba-tiba dengan tegas dan lugas. Mendengar hal itu Syilla tertegun, apa maksud pemuda itu barusan 'hasil kesalahanmu dan Darren' itu artinya Izzuddin sudah tau semua hal itu. "M-maksud, Kakak!" "Hm, Kakak sudah tahu semua, jadi kamu tenang saja ya? Lagi pula sekarang kamu milik Kakak, bukan milik Darren." "Apakah Kakak menerima Bilal dengan sepenuh hati? Juga memaafkan kesalahan Syilla?" "Pertanyaan macam apa itu, kamu bertanya seraya Kakak adalah Ayah yang kejam, nggak mungkin kan Kakak sakiti putra kandung Kakak sendiri, hm? Sebentar lagi kamu akan mengandung darah daging Kakak, jadi tidak ada alasan Kakak tidak memaafkanmu." "Tambah sayang deh sama daddy! Cup.." puji Syil
"Ngapain Kakak, kemari? Oh, jangan bilang Mr. Freezer mengirim Kakak kesini, iya? Ayo ngaku?" "Tong fitnah kuring, teh. Abdi sumping ka dieu pikeun lapor ka bos." jawab Leon serius dengan mengunakan bahasa sunda, padahal bukan orang sunda asli. "Ngomong apaan sih, nggak jelas banget! 'Lapor ka bos' apa coba? Disini nggak ada bos Darren, ya? Yang ada itu Big Boss Izzu dan Nyonya Izzu, mengerti!" Ucap Syilla sombong sambil mengangkat dagunya bukti ia nyonya Izzu sebenarnya. Mendengar hal itu Leon tersenyum geli sambil menahan tawanya agar tak meledak-ledak. "Saya mah sudah tahu, kalau disini nggak ada bos Darren. Maksud saya kesini untuk bikin tugas skripsi bersama sama-" "Skripsi? Heh, sudah ketahuan bohong pakai alasan skripsi-skripsi segala. Kak Izzu itu udah selesaikan skripsinya lebih dulu kali. Eh, tunggu Kak Leon kuliah masih tingkat apa?" "S1," "Bugh... bugh... Dasar pembohong ulung, rasakan ini." Pekik Syilla kesal sambil memuku
"Apa maksudmu, malam yang mana?" "Yang mana, ya?" Goda Leon membuat Syilla makin kesal. Saat wanita itu akan memukul pemuda itu tiba-tiba suara bass milik Izzuddin terdengar dari arah belakang. "Malam yang mana?" Seketika Syilla menunduk ketakutan ketika tatapan Izzuddin mengintimidasinya, ia juga bingung malam yang mana? Apa maksud ucapan Leon barusan? Malam apa yang Leon tahu tentangnya? Syilla tampak berpikir keras malam apa yang dimaksud Leon itu. Setahunya ia tak melakukan apapun, ngapain juga ia takut jika ia tidak bersalah. Bodoh-bodoh-bodoh!! Pasti Leon hanya menakut-nakutinya saja, awas saja kau Leon. Ku cincang tubuhmu jika bicara macam-macam kepada Kak Izzu ku, huff. "Eh, Tuan Izzu, maksud saya-" "Okay! Leon bawa Bilal sekarang, lempar bayi ini pada Ayahnya, beritahu padanya jika aku menunggunya di Jembatan kembar." Titah Izzuddin spontan. Syilla terkejut juga ketakutan karena Izzuddin akan menghadapi Darren, apa yan
"Cuih, kau cari mati, huh! Mengaku sebagai King frederich versi cupu, ingat! Pak tua bangka, kau tak pantas menjadi King frederich, karena penampilanmu bak kera jadi-jadian. Lebih baik pulanglah kasihan istri-anakmu jika kau berada disini, apa lagi kau bertemu dengan Queen frederich yang asli disini!! Apa kau tak takut aku mencongkel matamu?" "Hhh... jangan banyak bicara, ratuku! Mari kita bersenang-senang dulu." Manusia kera itu langsung mendorong Syilla hingga jatuh. Syilla mengumpat keras karena bokongnya begitu sakit ketika menampar aspal, saat manusia kera itu hendak mendekat Syilla sudah mencekiknya tapi naas lelaki itu juga balik mencekiknya. "Kau hanya gadis bodoh yang mengaku-ngaku sebagai Queen frederich, mari bersenang-senang, sayang!" Desis manusia kera itu sambil mencekik Syilla begitu kuat. Syilla mencoba melepaskan cekikan itu tapi lama-kelamaan ia kehilangan tenaga, tak hilang akal, perempuan itu menendang selangkangan manusia kera itu
Setelah mendengarkan cerita Leon barusan, Izzuddin langsung duduk di sofa. Lelaki itu memijat pelipisnya sebentar untuk menetralkan nyeri yang ia rasakan saat ini, sementara Syilla menunduk sambil menangis sesenggukan. Perempuan itu memeluk kaki Izzuddin, meminta permohonan maaf tapi lelaki itu hanya menatapnya datar. Izzuddin sendiri tak mengerti akan semua ini, ia lelah sangat lelah. Perjalanan hidupnya bersama gadis kecilnya begitu sulit untuk ia terima, kenapa tuhan menghukum mereka berdua secara bersamaan, terluka bersama, dan kini hancur bersama. Apa ini? Kenapa dunia terus menerus mengobrak-abrik cinta mereka, kenapa? Ketika di rasa nyeri dikepala sudah cukup menbaik, Izzuddin menarik Syilla agar duduk disampingnya, memberikan Bilal yang sedang terlelap kepangkuan wanitanya itu. Izzuddin menghapus kristal bening yang jatuh pada pipi wanitanya dengan lembut, bibir tipis nan pucat itu menjadi atensi Syilla yang terdiam akan perlakuan Izzuddin, bahkan sentuhan Iz
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d