"Boy, ayo main sama Daddy. Daddy kangen banget pengen main sama kamu, nak." seru Izzuddin tiba-tiba, langsung mengendong tubuh mungil Darrell kedalam rengkuhan lengan kekarnya.
"Kamu lapar kan, balik kekamar saja. Biar Kakak suruh Bi Sima mengantarkan makanan ke kamar. Kakak sama Bilal mau renang dikolam bawah dulu." Tambahnya sambil melirik Syilla yang menatap suaminya itu kesal, bisa-bisanya di sore hari begini pria itu mengajak putra kecilnya renang.
"Ini sudah sore, Dad. Nggak baik renang di sore hari, kamu kalau mau mandi- mandi dikamar. Jangan dikolam renang, mengajak Bilal juga."
"Lah memangnya salah berenang di sore hari sambil olahraga sore? Nggak, kan?"
"Daddy.. bisa ngerti nggak sih? Nanti Bilal masuk angin, kalau mau renang-- Daddy berenang sendiri sana." Teriak perempuan itu sambil berusaha mengambil tubuh mungil Darrell dari gendongan Izzuddin, namun tidak berhasil.
"Sudahlah, Mom. Jangan posesif sama anak muda-- lagi pula Bilal
"Darren." Panggil pria paruh baya pada putra semata wayangnya, beberapa kali pria itu menghela napas kasar saat putranya itu hanya berdehem sebagai jawaban. "Hm." "Apakah kamu tidak ada rencana untuk mengakhiri semua ini? Baba khawatir mental Xiao Fu akan lebih mengerikan lagi, ketika tahu semua ini. Baba hanya mengingatkanmu- bahwa dia adalah perempuan biasa yang bisa saja tertekan karena--" "Biarkan dia tahu sendiri seperti air mengalir." "Maksudmu apa? Kau ingin merusak mental istrimu sendiri, huh!!" Lelaki itu hanya tersenyum misterius saat Ayahnya berteriak kesal di depannya, tanpa melihatnya pun lelaki yang bernama Darren itu sudah tahu jika saat ini wajah lelaki paruh baya itu sudah memerah menahan amarah. "Baba tidak melarangmu melakukan apapun sesuka hatimu, tapi- kali ini Baba memohon dengan sangat padamu, tolong jangan mempermainkan putri kecil Baba lagi, dia sudah banyak menderita karena ulahmu." "Aku tau."
"Jika kau sudah tahu kenapa kau berpura-pura bodoh, Tuan?" Kun menatap kedua mata merah darah milik Darren, tatapannya seketika membeku seolah pergerakkannya terblokir saat itu juga. 'Lord Frederich!!' Seketika terdengar tawa mengerikan berasal dari bibir seksi pria dua puluh dua tahun itu. "Apa kau percaya jika roh yang tidak tenang akan terus berkeliaran?" "Apa maksud dari ucapanmu ini? Jangan bilang jika--" refleks kedua mata Kun terbelalak lebar ketika baru menyadari hal-hal yang aneh didengar. "Yeah, sebuah tugas untukmu karena kau adalah menantu perempuan busuk itu." Kun langsung gemetaran tak berdaya ketika secara tiba-tiba ia ditugaskan untuk menangani arwah Reveena, bagaimana pun juga Kun tahu betul siapa yang akan ia hadapi. Kun juga sadar, siapa penyihir tua itu? "Kenapa? Apakah anda takut, Tuan? Tenang saja, aku akan memberimu kompensasi atas keberhasilan tugasmu." "Tidak, jangan katak
Syilla tampak mengeram frustasi karena suaminya tak ada tanda-tanda pulang, padahal ini sudah melewati pukul sepuluh malam tetapi wanita cantik nan mungil berbalut gaun syar'i itu enggan masuk kamar, ia masih setia mondar-mandir didepan pintu utama sambil mengigit kuku jarinya. "Kak Izzu kemana saja sih? Sejak tadi siang nggak pulang-pulang, nggak telepon juga." Sudah beberapa kali wanita mungil itu menatap taman yang mengarah ke pintu gerbang, kosong. Syilla hanya bisa menghela napas pelan saat merasakan perutnya agak terasa nyeri. "Kalian sabar, ya? Sebentar lagi Daddy pulang." Gumannya sambil mengusap pelan perutnya yang agak membuncit. "Nyonya, sebaiknya anda masuk dulu, angin malam tidak baik untuk anda juga bayi anda." Nasehat maid Marry hati-hati, terlihat gurat wajah cemas terpapan jelas disana. "Tidak, Syilla akan tetap menunggu Kak Izzu disini." Selalu jawaban itu yang keluar dari bibir merah cerry itu, maid Marry sampai kehi
Syilla memindai beberapa tanaman kesayangannya dengan baik ketika ia sudah berdiri diantara aneka jenis tanaman legendaris dan jenis tanaman beracun di sekitarnya, yang ditempatkan secara khusus di lantai dua. "Hm, Looks like my deadly nightshade plant (belladona), Onyx Odysses Hellebore and Castor Oil Plant have started to bloom, I can't wait to start researching the poison test in this plant." Desisnya saat melihat pemandangan indah tiga jenis bunga syurga bermakna neraka itu bermekaran sempurna. Walaupun dua jenis bunga pemilik buah kecil aneh itu tampak seperti tanaman liar, namun- bunga-bunga itu tak dapat dianggap enteng bahkan ketika bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung. Secara alami, dua jenis tanaman itu begitu mematikan di dunia bahkan banyak di Indonesia dijadikan obat atau sayur-mayur. Berbeda dengan satu jenis bunga pemilik kelopak warna hitam, yang sering disebut *Bunga racun* dengan nama latin Onyx Odysses Hellebore. Bunga jenis ini
Izzuddin baru saja sampai di Mansion mewahnya dengan wajah lelah, hari ini lelaki itu harus rela kerja lembur sampai lupa mengabari sang istri dirumah. Wajah tampan pria itu terlihat tampak gusar ketika mencoba menghubungi istri mungilnya, selalu saja ponsel wanitanya itu tak aktif."Dimana, istriku?" Tanyanya ketika berpapasan dengan kepala asistennya yang kebetulan berdiri cemas didepan pintu utama.Melihat kedua wanita beda usia yang tengah berdiri didepan pintu utama itu sudah membuat hati Izzuddin merasa cemas, bagaimana pun juga tidak biasanya kedua wanita itu berdiri dengan gelisah saat melihat mobilnya memasuki gerbang. Izzuddin tahu betul jika Syilla sangat akrab dengan dua wanita itu, sehingga tanpa berbasa-basi lelaki itu langsung bertanya keberadaan wanita hamil itu karena akhir-akhir ini Syilla tidak mau ditinggal dirinya dalam waktu cukup lama."N-nyonya ada di istana kaca, T-tuan."Satu jawaban dari mulut Bi Sima membuat Izzuddin mengerutka
"Eoh, tidak. Bukannya kau mau mandi, itu ada air cukuplah buat Kakak mandi." Jawab wanita hamil itu polos, membuat Izzuddin sedikit kesal di buatnya. "Tapi itu kolam ikan, sayang. Kamu menganggap suamimu ini ikan, hm?" Tanya Izzuddin gemas. "Tidak, Syilla malah menganggap suamiku ini seorang buaya darat tampan penuh pesona." "Heh, suamimu ini bukan player kali." Kata Izzuddin sambil melotot kesal, namun yang ditatap tidak menunjukkan takut sama sekali. "Siapa yang bilang Kakak player?" "Kamu." "Kapan?" "Barusan." "Nggak tuh, Syilla kan ngomongnya Kakak itu seorang buaya darat bukan player." Dengus wanita hamil itu langsung melengos kesal ke arah kumpulan bunga-bunga indahnya. "Dasar bumil, iyain saja deh-- biar cepat." "Eh, Kakak mau apa?" Pekik Syilla cemas ketika suaminya itu mengangkat tubuhnya secara tiba-tiba. "Nggak pegangan jatuh." Refleks Syilla mengalungkan kedua lengannya dilehe
Adzan sholat subuh berkumandang begitu merdu, menyentak kesadaran seorang wanita hamil yang sedang merajut mimpi beberapa jam yang lalu.Buru-buru wanita itu melepaskan diri dari pelukan lengan kekar sang suami yang terlelap begitu damai, memandang wajah tampan selaras jelmaan malaikat itu sambil membalas kalimat adzan dengan lirih."Laaillaha illalallaah.." kemudian di teruskan membaca doa setelah adzan dengan fasih.Syilla tampak tersenyum ketika menatap lembut wajah tampan itu ketika tengah tertidur, mengecup dahi sang suami penuh dengan cinta.Hati Syilla tampak jauh lebih tenang ketika bibir mungilnya mengucapkan doa-doa adzan, kemudian mengusap wajah bak dewa itu lembut. "Kak, ayo bangun, sudah subuh ini.""Eeuggh.. five minut, baby." Jawab lelaki itu serak sambil bergerak pelan menutup wajahnya dengan bantal, seakan-akan lelaki itu tak ingin tidurnya terganggu dengan apapun.Syilla mendengus pelan, kemudian menarik
Izzuddin Elbarak putra kedua pasangan Elbarak, pria dari sejuta pesona dan kelebihan aneh dalam dirinya. Pria penuh kejutan tak terduga, siapa sangka pria manis, tampan nan gagah pemilik lesung pipit dua sisi itu lebih memilih mempersunting perempuan penuh dosa seperti diriku, Arsyilla Bellvania Azzahra. 'Aku tahu, tapi- aku sulit percaya ini.' Suatu kehormatan bila aku adalah salah satu wanita beruntung yang mendapatkan pria sempurna sepertinya, bahkan Tuhan memberiku izin untuk mengandung dan melahirkan keturunannya secara mutlak. Dalam akad pernikahan awal bulan juli lalu, membuatku teringat bagaimana glamor dan mewahnya lelaki itu memperlihatkan kekuasaannya tanpa cela. Menunjukkan secuil tampuk kekuasaannya dalam sebuah mansion megah, yang bisa diperkirakan seluas istana Royal Palace of Madrid. Tidak berlebihan jika aku mengatakan hal itu. Bahkan bagaimana caranya lelaki itu dengan mudah memberikan cincin pernikahan dengan cincin yang mem
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d