Dua hari telah berlalu...Siang hari ini, dengan ditemani Elvan--suaminya, Aya bertemu dengan Andre di privat room sebuah restoran.Sebenarnya Elvan ingin berada di luar ruangan untuk memberi privacy pada Andre untuk berbicara dengan Aya. Ia bisa menilai, Andre tidak akan membahayakan Aya secara fisik maupun psikis setelah kedok Shella terbuka. Namun Andre melarang Elvan pergi keluar ruangan.Andre merasa Elvan sudah tahu kebenaran ini sejak lama jadi rasanya tidak perlu lagi ada yang ditutupi. Ia ingin bertemu dengan Aya dengan maksud damai dan meminta maaf. Ia meminta Elvan tetap berada dalam satu ruangan dan menyaksikan pertemuan mereka.Kini Elvan duduk di sudut ruangan, berjarak sekitar 3 meter dengan Andre yang duduk berhadapan dengan Aya. Ia telah berpesan pada pelayan restoran untuk mengantarkan makanannya sekitar 45 menit lagi karena tidak ingin terganggu bisnis meetingnya."Sebelumnya aku mau berterima kasih kau masih mau menemuiku setelah semua kesalahan yang aku lakukan,"
Andre sesekali menatap sedih pada Meisya, bagaimanapun ia sudah menyayangi Meisya. Hanya saja Andre kembali merasa geram ketika ia ingat dengan semua kelakuan Shella pada dirinya keluarganya. Ia tadi sempat melihat Meisya yang sedang bermain dengan pengasuhnya menggunakan baby walker. Di usianya yang menginjak 10 bulan, Meisya memang sudah mulai belajar berjalan, hanya saja ia belum stabil untuk berjalan hingga masih memerlukan bantuan baby walker. Celotehan bayinya mulai banyak terdengar.Andre belum sanggup untuk berada terlalu dekat dengan Meisy, ia takut terbawa emosinya hingga melampiaskannya pada Meisya, bagaimanapun Meisya hanya lah anak kecil yang tidak tahu apa-apa, dan tidak bisa memilih untuk dilahirkan oleh siapa.Menjelang malam Andre masih diam di dalam kamarnya, cukup lama ia merenung seorang dirinya. Hingga pintu kamarnya di buka. Seorang pelayan senior datang untuk membawakannya minuman hangat. “Ini Tuan,” ujarnya seraya menyajikan minuman di meja. Kebetulan Andre
[ Ini Aku, Shella. Aku dikurung karena sudah ketahuan. Tol--]Belum sempat Shella menyelesaikan ketikannya di ponsel untuk meminta tolong pada Johan, pintu di buka dengan keras, dan tampak Andre yang masuk ke dalam. Secepat kilat Andre langsung merebut ponsel yang ada di tangan Shella. Sia-sia saja Shella berusaha mempertahankan ponsel yang menjadi harapan satu-satunya.“Kau mau minta tolong pada selingkuhanmu itu??!” geram Andre.“Kalau iya kenapa? Hah? Masalah buat Lu?” tantang Shella, kini ia sudah tidak segan lagi untuk melawan Andre karena merasa semua telah terbuka. Shella menyadari memang Andre sudah mencurigai jati diri Meisya sejak mengetahui hasil test kesuburannya. Dan pertengkarannya dengan Aya yang di dengar oleh Andre seolah menjadi jawaban pasti. Ia harus bisa kabur dari rumah ini dan meminta Johan membalaskan dendamnya pada Andre dan Aya.“Asal kau tahu! Aku sudah tahu siapa kekasih gelapmu itu!” pekik Andre.Mata Shella membulat. Tapi beberapa detik kemudian ia terta
Andrew baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya, ia merapikan berkas-berkas yang ada di atas mejanya dan menyisihkannya. Lalu ia menoleh pada Metta yang masih berdiri di jendela dan menikmati pemandangan kota dari ketinggian.“Udah selesai, jadi apaan tugas kamu?” ujar Andrew yang langsung membuat Metta menolehkan wajahnya dan menantap Andrew. Metta menghampiri Andrew dan tersenyum lebar hingga memperlihatkan giginya, “Aku harus merangkum dan mendapatkan materinya langsung dari lapangan, makanya aku ke sini,” ujarnya.“Apa aja?” tanya Andrew.“Tugas dan tanggung jawab manajemen fungsional, yang mencangkup manajemen operasional, keuangan, SDM, dan pemasaran yang terkait dengan kewirausahaan. Juga pemecahan masalah pada proses operasional dan manajerial, penyusunan alternatif, dan penyusunan perencanaan dengan teknologi informasi,” jelas Metta.Mata Andrew membulat, “Gak salah tuh?? Kok banyak banget sihhh!!” dengusnya.Metta hanya bisa mengangkat kedua bahunya, “Gak tahu, di kasihny
Astri tampak panik, ia bolak-balik sejak tadi dan mencoba menghubungi nomor ponsel Andre. “Aduhhh… kenapa Tuan gak angkat-angkat ya…” gumamnya panik.Bukan tanpa sebab dia panik, tapi ada sesuatu yang terjadi, dan Astri yakin jika Andre pasti akan marah besar.Astri masih terus mencoba menghubungi Andre, hingga akhirnya panggilan itu di angkat Andre.“Ada ap---” belum sempat Andre menyelesaikan pertanyaannya, Astri sudah langsung menyela ucapan Tuannya tersebut.“Tuann.. Nyonya, Tuannn… Nyonya Shella kabur!” potong Astri.“Hah?? Kok bisaaaa??” tanya Andre.“Itu Tuannn, tadi salah satu pelayan mengirim makanan ke kamar Nyonya. Tapi saya merasa aneh… kenapa dia gak balik-balik. Saat saya cek, dia udah pingsan di dalam kamar tempat Nyonya di kurung. Bukan hanya itu saja, pakaian seragamnya juga di lepas. Jadi saya rasa Nyonya pake baju seragam pelayan untuk kabur!” jelas Astri.“Brengsekkk!! Kapan itu terjadi?""Kira-kira sekitar setengah jam yang lalu, Tuan. Saya tidak berani melaporkan
“Ada apaaa ini??”Johan yang berteriak langsung membelalak saat melihat Shella ada di hadapannya, Shella menatapnya dengan tajam.“Katakan siapa jalang ini, Johan??!!” geram Shella.Johan sempat terkesiap tapi kemudian ia berusaha tenang mendekati Shella, “Kamu kok bisa datang kemari? Bagaimama kalau ketauan? Trus kenapa pakai baju seragam pembantu kaya gitu? Mana Meisya?" tanya Johan bertubi-tubi.‘Sial kenapa dia bisa datang mendadak seperti ini, biasanya dia hubungin gue dulu kalau mau ajak ketemuan. Pas lagi ada si Tessa lagi!’ ujar Johan dalam hati.“Diamm Luu, jawab dulu pertanyaan gue siapa jalang ini??!!” geram Shella seraya menunjuk Tessa yang masih terduduk di lantai.“Aduhhh tenang dong Sayang… Jangan berisik, dia Tessa. Dia yang biasa kirim barang-barang kita,” kilah Johan. Wanita bernama Tessa itu sempat mendengus, tapi kemudian bangkit dari lantai. Ia kini akhirnya tahu siapa wanita yang berani-beraninya memakinya dan mendorongnya. Johan selalu bercerita padanya bahwa w
Andrew meraih ponselnya setelah mendengar notifikasi pesan masuk di sana.Metta : Kak ada di kantor gak?Kening Andrew berkerut saat membaca pesan yang baru saja masuk, “Ck! Bocil itu lagiii…” decaknya.Andrew : Iya, kenapa?Metta : *Emoticon tersenyum lebarMetta : Aku ada di bawah. Tugasku yang beberapa hari lalu ada revisi, jadi aku mau minta tolong lagi.Andrew : Sudah ku duga!!!Metta : Kenapa?Andrew : Kamu menghubungiku pasti mau minta tolong! Sudah ketebak!Metta : Gak apa-apa, kan?Metta : Aku bawa kopi kesukaan Kakak lohhh, dua lohh.Metta : *Send a pictureAndrew : Lumayanlah sogokannya!!Andrew : Kamu naik aja ke atas ya, kan udah tau tempatnya. Ini masih sibuk, masih ada kerjaan.Metta : Siappp bosss!!Andrew membaca pesan terakhir yang dikirimkan oleh Metta kemudian mendengus, “Dasar bocil!!! Bisanya ganggunya gangguin gue aja!! Kenapa gak ke kakak iparnya saja sih! Merepotkann!!”Metta berjalan menuju lift kemudian masuk ke dalamnya dan menekan lantai di mana ruangan An
Dengan langkah yang di penuhi oleh amarah, Shella berjalan keluar dari dalam kamar, mencoba mencari Johan dan menemuinya. Shella menemukan Johan yang sedang duduk santai di ruang tengah. Johan tampak berkutat dengan ponselnya.Tapi Shella yang sudah dikuasai oleh amarah langsung melemparkan kedua benda yang ada di tangannya hingga mengenai kepala Johan. Johan langsung terkesiap.“Punya siapa ituuu??!!” Suara Shell hampir memekik, wajahnya terlihat begitu merah menahan marahnya yang sudah sampai di ubun-ubun.Tentu saja Shella marah dan emosi, ia menemukan dua benda laknat yang bukan miliknya berada di kamar dirinya dan Johan. Ia dan Johan sudah menjalin hubungan cukup lama, bahkan beberapa tahun sebelum ia menikah dengan Andre karena desakan Tantenya yang sangat tidak menyukai Johan.Tapi bukankah mereka saling mencintai? Dan Johan sudah tidak mempermasalahkan dirinya menikah dengan Andre? Pernikahannya dengan Andre bukanlah berlandaskan perasaan cinta. Shella akhirnya setuju menikah
Andrew menitikkan air mata untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang bisa ia ingat, saat ia mendengar suara tangisan putrinya yang baru saja lahir ke dunia ini.Kini ia resmi menyandang status sebagai seorang ayah.Ya, anaknya adalah seorang perempuan, sesuai dengan hasil pemeriksaan USG beberapa bulan yang lalu. Hingga dirinya dan Metta menyiapkan segala kebutuhan untuk putri mereka.Baik Andrew ataupun Metta tidak mempermasalahkan apakah mereka akan memiliki seorang putra ataupun putri. Semua anak sama saja, dan mereka akan mencintainya dengan setulus hati. Saat mereka memberitahu hasil USG pada Peter beberapa bulan yang lalu, ia menyambut dengan sangat gembira. Peter dulu sangat menginginkan anak perempuan yang menurutnya sangat menggemaskan jika memakai baju anak yang lucu-lucu tapi istrinya tidak bisa hamil lagi karena ada kanker di rahimnya hingga akhirnya merenggut nyawanya. Peter juga sudah diberitahu perkiraan hari kelahiran cucu perempuannya dan ia akan mengajukan cuti jauh
Selama seminggu ini Andrew berusaha untuk menjadi suami siaga, karena menurut perkiraan Metta akan melahirkan minggu ini. Elvan sendiri memberikan keringanan untuknya agar tidak terlalu lama berada di kantor ataupun datang ke kantor. Andrew hanya datang ke kantor sesekali saja, ia lebih banyak bekerja di apartement dan mengirimkan laporan via email pada Elvan.Bahkan pekerjaan keluar kota ataupun yang agak jauh dari Jakarta, semua di handle oleh Elvan.Seperti biasanya, Andrew saat ini berada di ruang keluarga. Ia menyalakan laptop miliknya dan bekerja di sana. Sesekali ia melakukan panggilan video dengan Elvan atau sekretarisnya, membicarakan pekerjaan mereka.Sedangkan Metta menemani Andrew dengan duduk di sofa, ia menselonjorkan kakinya ke atas sofa yang mulai terasa pegal. Bahkan kakinya tampak sedikit membengkak. Metta sudah tidak bisa banyak bergerak dengan perutnya yang besar, seakan hendak meledak.Metta sedikit meringis, saat ia bergerak untuk mencari posisi yang nyaman untu
Andrew langsung meraih tangan Metta dan menghadangnya, “Mau kemana? Udah duduk aja di sini, kenapa?” seru Andrew pada istrinya.“Aku mau turun, Kak!” seru Metta.Kening Andrew berkerut, “Ke lintasan?” tanyanya hampir tak percaya. Saat ini mereka berdua sedang berada di sirkuit. Karena Metta yang memaksa Andrew untuk menonton balapan yang ada di sirkuit hari ini. Dari pada membuat istrinya kembali sedih seperti beberapa bulan yang lalu, Andrew memilih untuk mengabulkan permintaan istrinya ini.Metta mengangguk antusias, “Iya dong, biar aku bisa liat dengan jelas motor mereka!” ujar Metta seraya menunjuk ke arah seorang pembalap yang masih berdiri di samping motornya dengan seorang mekanik. Pembalap itu tampak membicarakan sesuatu.“Aduhhhh! Itu terlalu dekat, kalau Sayangnya aku keserempet gimana? Aduhhh…” seru Andrew. “Ya gak dong, Kak. Aku kan di pinggir bukan ke tengah lintasan!” ujar Metta.“Gak boleh pokoknya gak boleh! Udah duduk manis aja di sini ya, ini udah keliatan jelas lo
Saat Andrew pulang ke apartement, ia merasa ada yang berbeda dengan istrinya tersebut. Metta menyambut kepulangannya dengan lembut dan seperti biasanya. Tapi, Andrew merasa jika senyuman Metta tampak hambar, bahkan tatapannya tampak kosong.Awalnya Andrew mengira mungkin Metta hanya kelelahan saja. Sejak Metta hamil, Andrew memang terbiasa membawa makan malam dari luar jika ibu mertuanya tidak datang menemani Metta. Karena Mama Hilda yang akan menyiapkan makanan, ia hanya tinggal menghangatkannya saja.Saat makan malampun, Metta masih menjawab setiap pertanyaannya dengan baik. Berbincang seperti biasanya, hanya saja Andrew masih merasa sedikit aneh dengan istrinya tersebut.Hingga sebelum waktu tidur, Andrew membuatkan susu untuk Metta. “Mau tidur sekarang?” tanya Andrew setelah menyimpan gelas bekas minum susu di meja.Metta mengangguk, “Iya, Kak. Aku mau tidur aja, agak ngantuk,” jawab Metta.Andrew mengangguki ucapan Metta, kemudian membantu menyelimuti tubuh Metta. Agar istri dan
Satu bulan berlalu, seharusnya di mana Metta sudah masuk kuliah di semester yang baru. Kini ia hanya bisa diam di dalam apartement. Bahkan hanya untuk keluar apartement dengan berjalan kaki menikmati fasilitas yang ada di gedung ini atau ke pertokoan dan mini market yang ada di sekitar apartement, ia harus lebih dahulu memberitahukan pada Andrew yang berada di kantor. Jika sudah sampai apartement lagi, Andrew pasti akan menghubunginya.Sejak hamil, Andrew juga melarang Metta untuk datang ke cafe Aya kecuali bersama dirinya. Ia tidak mau Metta kelelahan atau terpeleset saat membantu kesibukan di cafe. Andrew memang lebih protektif pada Metta demi kebaikan Metta dan kandungannya.Metta membaringkan tubuhnya di sofa sambil menatap ke arah jendela, ia menghembuskan napas panjangnya dengan tangan yang mulai membelai lembut perutnya. Perutnya masih terlihat rata, tapi beberapa celana mulai terasa sesak ketika di gunakan. Metta sendiri sudah tidak menggunakan celana jeans karena sudah mulai
“Gue hebat, kan? Tiga minggu-an udah jadi!” bangga Andrew pada Elvan, kini mereka berdua berada di taman belakang. Sedangkan yang lainnya menemani Metta di dalam dan mengobrol mengenai kehamilannya. Metta masih sangat muda dan tomboy sehingga Aya, Hilda dan Soraya memberikan ekstra perhatian dan wejangannya. Sementara Aji dan Mahanta ngobrol di ruangan kerja.“Bangga Lu? Gue juga gak lama kali!” dengus Elvan.“Iya emang gak lama, tapi cepetan gue kan?” Andrew masih begitu bangga, “Tokcer banget kan?”“Dih dasar, bukan itu yang harus Lu perhatiin sekarang, tapi kondisi istri Lu sama calon anak Lu!” seru Elvan mengingatkan.“Iyalahh, kalau itu gue dah paham bangettt! Tadi aja abis dari rumah sakit gue udah borong susu hamil banyak-banyak!” seru Andrew.“Bukan cuma itu! Tapi mulai sekarang Lu perhatiin Metta baik-baik, kebutuhan dia juga perhatian dia, biar anak kalian tumbuh dengan baik. Selalu anter Metta juga kalau mau periksa ke dokter,” ujar Elvan.“Gua paham!” seru Andrew.Elvan j
Dokter hanya bisa tersenyum kemudian menggeleng kecil, ia tak mengerti kenapa suami pasiennya tampak sangat kebingungan seperti saat ini dan memberikan pertanyaan konyol.“Tentu saja istri Anda yang hamil, Pak.” tanya dokter pria berusia sekitar 40 tahunan tersebut.“Saya akan memberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan saat ini juga agar di berikan vitamin untuk kehamilan,” lanjut dokter tersebut seraya mulai menuliskan sesuatu di atas kertas.Andrew hanya bisa terbengong-bengong, begitu juga dengan Metta. Tapi Metta sudah mengerti sejak awal, hanya saja mulutnya tampak kaku dan terkunci rapat hingga tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Beberapa detik kemudian Andrew seperti sadar dari pikiran kosongnya. “Jadi maksud dokter istri saya hamil? Gitu?” tanya Andrew tak percaya dan sedikit heboh.“Betul, Pak. Yang hamil, gak mungkin saya juga, kan?” tanya balik dokter tersebut.Kebahagiaan tak bisa dibendung lagi oleh Andrew, jika bisa berteriak ia sudah pasti bert
“Kamu ini gimana sih, Ndrew?! Istri sakit bukannya di perhatiin?!” tegur Soraya begitu Andrew masuk ke dalam ruang kerja milik Aya. Di mana saat ini Metta sedang duduk di sofa, seraya menghirup minyak angin dengan aroma theraphy, agar rasa pusing di kepalanya mereda. Bahkan Metta juga merasa mual.“Pagi tadi baik-baik aja, Mih,” ujar Andrew seraya menghampiri Metta dan duduk di sampingnya kemudian memeriksa keadaan Metta.“Sayangnya aku kenapa? Yuk ke dokter,” ajak Andrew panik melihat raut wajah Metta yang tampak amat lesu dan pucat.“Masuk angin tuh kayanya!” dengus Soraya kesal, “Kamu ajak Metta ngapain sih sampe kaya gitu?!”“Duh, Mih. Masa Andrew ceritain sih!” sahut Andrew. Soraya hanya bisa mendengus seraya memutar bola matanya jengah. “Dasar anak muda, kalau apa-apa tuh gak pake aturan! Maen trabas aja sih! Pake kira-kira dong, udah gini kan orang tua juga ikut khawatir!” desis Soraya.“Iya iya, Mih. Pokoknya Andrew mau bawa Metta dulu ke rumah sakit!” sahut Andrew.Metta men
Beberapa menit yang lalu Soraya datang ke cafe milik menantunya, dengan membawa Arka--cucunya yang digendong oleh pengasuhnya. Awalnya Soraya memang baru saja pulang dari rumah temannya, di mana anaknya baru saja pulang dari rumah sakit setelah melahirkan cucu teman Soraya.Soraya sengaja membawa Arka, karena ia menengoknya di rumah bukan rumah sakit. Jika masih di rumh sakit Soraya tak akan mengajak Arka. Lagipula Soraya tidak bisa meninggalkan Arksa sendirian dengan pengasuh saja, di mana ibunya saat ini sedang sibuk di cafe. Jadi Soraya membawa Arka.Maka dari itu Soraya mampir dan ingin melihat langsung cafe milik menantunya ini. Cafe ini sudah berjalan 3 bulan lamanya sejak pembukaan. Setelah pembukaan hanya sesekali Soraya datang. Karena ia fokus untuk ikut mengasuh dan mengawasi Arka di bawah asuhan pengasuhnya selama Aya fokus merintis cafe barunya ini.Soraya sendiri sudah mendengar mimpi Aya, baik dari Elvan atau Aya secara langsung. Jadi selama dua bulan ke belakang memang