Ketika Lian sedang membalas pesan dari Alex. Raisa masuk ke dalam kamarnya dan langsung tengkurap di tempat tidur.
"Kak hari ini aku ada prom party tapi aku binggung mau ikut apa nggak. Aku malas datang soalnya nggak punya teman buat berangkat."
"Bukannya kamu punya teman ya. Loly sama Mita nggak ikut prom juga? Apa mereka udah punya gandengan?"
"Mereka udah punya pasangan masing-masing."
"Bener kamu nggak mau datang?"
"Aku rada males aja sendirian."
Baru saja Lian ingin mengusulkan apa lebih baik Lian menemaninya pergi ke prom namun kedatangan Mama membuatnya tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Raisa ada teman kamu tuh dibawah. Dia kelihatan rapi banget, tampan lagi. Kayak mau pergi ke pesta. Emang kamu ada acara pesta malam ini?"
"Pasti Rasya."
"Oh namanya Rasya toh. Dia kelihatan senang banget ya deket sama kamu."
"Ish laki-laki itu. Dia ngeselin parah. Aku suka kesel sama dia."
"Eh jangan
Tok ... tok ... tokKetukan pintu berirama terdengar, Lian tahu siapa yang mengetuknya pasti itu Alex. Siapa lagi yang bisa bercanda seperti itu selain dia."Masuk." Lian masih berdiri di depan kaca riasnya begitu Alex mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamarnya. Alex ingin memastikan apakah Lian sudah selesai berdandan atau belum. Kenapa Lian lama sekali tidak turun-turun. Apa yang sedang Lian lakukan di kamarnya padahal sebentar lagi pesta pertunangannya akan segera di mulai.Alex mendekati lalu mencermati wajah Lian yang sudah dirias begitu cantik."Aku nggak bisa tenang kalau kamu tidak kunjung turun. Apa yang kamu lakukan di sini? Hm? Sedang merenung ya?"Lian kira Alex tidak sejahil itu ternyata laki-laki itu bisa jahil juga. Masa ia menarik Lian ke dalam pelukannya lalu mengecup lembut puncuk kepalanya. Lian merasa hanyut dalam kemesraan yang Alex inginkan lalu membiarkan saja Alex memeluknya. Pelukan hangat ini membuatnya nyaman dan in
Kakinya melangkah keluar dari pesawat yang membawanya ke kota asal dimana ia dilahirkan. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya sambil memejamkan matanya lalu mengembuskannya.Ia memandang dulu sebentar pemandangan yang ada di depan matanya lalu tangannya menggeret koper yang ia bawa sampai keluar bandara.Matanya masih setajam biasanya dan ia tidak akan pernah mau mengubah kebiasaannya.Kakinya berhenti pada sebuah mobil yang mendekat saat ia berada di tepi akhir jalannya."Selamat datang kembali kawan." Rio menyambut dengan melangkah keluar dari mobil dan memeluk sebagai rasa persahabatan. Rio menepuk pelan lengannya karna ia merasa gemas saja sudah lama mereka tidak berjumpa."Akhirnya gue balik lagi ke sini ya.""Itu impian lo bukan setelah sekian lama nggak bisa kembali ke sini. Lo mutusin buat pergi ke Singapura buat kuliah dan buat pengobatan lo itu. Benar?" Rio dengan seringainya. Ekspresi yang sengaja ia
Sebuah buku di letakkan di meja tempat peminjaman buku oleh seseorang. Lian yang saat itu masih mengetikkan sesuatu dalam komputernya tidak menyadari kalau seseorang sedang memperhatikannya dalam diam.Selesai mengetik, kepalanya mendongak melihat siapa yang akan meminjam buku itu. Sebuah mata elang menatapnya sinis, masih sama seperti sebelumnya, semua bagian wajahnya masih sama dan aura yang terpancar pun juga masih sama seperti yang Lian ketahui terakhir kalinya.Lian merinding, bulu kuduknya berdiri menanggapi aura yang begitu mencekam yang mengelilingi mereka saat itu.Untuk beberapa saat Lian merasa udara yang seharusnya ia hirup berusaha menghilang, ia lupa untuk bernapas normal. Ia menekan napasnya karna ia merasakan sebuah ketakutan yang terjadi. Ia kembali. Ia kembali ke sini. Ia berdiri di hadapannya dan sekarang Lian tidak tahu apa yang sedang ia lakukan di sini dan juga apa yang ia rencanakan. Tidak mungkin kan ia hanya kebetulan s
Selepas bekerja, Lian berjalan ke arah supermarket terdekat untuk membeli kebutuhan Lian sehari-hari. Selalu seperti itu setiap hari, Lian suka membeli sayur mayur yang segar untuk ia masak untuk malam malamnya dan sisanya ia akan memasak untuk esok harinya. Lian selalu menyempatkan memasak untuk ia bawa bekerja. Lian akan memakan makanannya saat jam istirahat. Meskipun di perpustakaan kota ada kantin yang menyediakan prasmanan untuk makan siang para karyawan perpus, Lian lebih suka makan masakannya sendiri. Ia memang sengaja membawa kotak bekalnya untuk ia makan jam istirahat.Lian masuk dan mencari-cari sayur apa saja yang ingin ia masak malam ini. Hari ini ia ingin memasak ikan salmon dan sup bakso pedas. Di kulkas Lian masih ingat ada bakso yang masih tersisa kemarin. Jadi ia tinggal membeli kentang, wortel, daun bawang dan bumbu kaldunya tak lupa ia membeli daging sedikit saja supaya menambah rasa gurih saat sup itu matang. Mengingat akan makanan itu, ia ingin buru
Pintu itu tertahan oleh seseorang ketika Lian ingin menutup pintu. Lian mendongak untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata di luar dugaan, seseorang yang menahan pintunya adalah Mahesa. Bagaimana bisa ia ada di hadapannya saat ini? Apakah ia sudah membututinya dari sepulang kerja tadi?"Mahesa, apa yang kamu lakukan di sini?""Bisakah sopan sedikit pada tamu? Hm? Aku tamu yang datang ke unitmu. Jangan bertanya seperti itu seolah-olah aku tidak diharapkan. Oh ya jangan lupakan kita sudah tidak bertemu lama sekali. Kamu tidak memberiku ucapan salam pertemuan?""Aku ..."Mahesa mendorong pintu itu untuk terbuka lebar dan tangan Lian yang menahannya agar tidak terbuka, percuma saja. Tenaganya tidak cukup kuat untuk itu. Yang bisa Lian lakukan hanyalah mendesah pasrah. Ia memberi jalan agar Mahesa masuk dan seperti dugaannya, Mahesa masuk tanpa Lian inginkan. Ia mengamati bagaimana tempat tinggal kecil Lian lalu duduk di sova ruang keluarga yang berdekatan
"Aku sudah memberi apa yang kamu inginkan silahkan pergi dari sini."Minuman yang di suguhkan sudah Mahesa teguk habis dan ia ingin ia pergi dari sini. Tapi kenapa ia tidak kunjung pergi juga?Mahesa malah terkekeh dan itu membuat Lian geram. Perutnya sudah ingin makan tapi melihat Mahesa mengejeknya ia jadi tidak peduli.Lian berdiri dan tangannya malah di genggam Mahesa. Ia melihat tangan itu dengan wajah terlihat kesal dan mungkin wajahnya sekarang memperlihatkan jangan usik aku lagi. Lian menunggu Mahesa mau bicara apa tapi ia tidak kunjung bicara segera menepis tangan itu."Aku lapar jika kamu tidak butuh apa-apa lagi. Aku mohon dengan sangat pergilah dari sini.""Mahesa tidak bisa di usir begitu.""Terserah."Lian merasa kesal kenapa Mahesa sulit sekali di atur. Lian kira setelah menyunguhkan minuman yang Mahesa inginkan ia akan langsung pergi meninggalkannya tapi kenapa ia malah keras kepala."Hm wangimu masi
Mahesa menaruh kantong yang ia pegang di dapur. Ia sudah tahu dimana dapur unit Lian. Seperti di dalam rumahnya sendiri. Ia melangkah dengan santainya ke arah dapur dan menaruh semua yang ia beli di atas meja makan."Aku masih ingat kamu itu suka bubur ayam, aku belikan bubur ayam yang kamu suka. Kamu ingat kedai bubur yang sering kita datangi buat sarapan bersama? Nah aku ke sana dan belikan bubur itu buat kamu. Aku harap rasanya tidak akan berubah.""Mahesa, aku kira kamu tidak akan datang lagi tapi kenapa kamu mendatangiku lagi? Jika Alex tahu dia pasti akan melarangmu untuk mendekatiku.""Oh ya, aku harap kita akan bersaing secara sehat. Ah sudahlah. Kalau dia melarangku untuk menemuimu. Maaf, aku bukan laki-laki yang patuh-patuh saja menerima permintaan dia. Aku harus melakukannya sampai detik akhir.""Apa maksudmu?" Lian memincingkan matanya menatap Mahesa yang terlihat sangat santai. Harapannya pupus karna Lian kira setelah berbicara begitu M
Lian sedang membereskan buku yang sudah di pakai oleh pengunjung perpus dengan troli ke rak yang sudah di tandai satu persatu namun sebuah suara menghentikan gerakannya. Ia tidak jadi mengambil satu buku untuk di taruh di rak."Aku butuh sebuah buku tentang sejarah, bisakah kamu mencarikannya untukku." Mahesa berdiri di belakangnya dengan tiba-tiba dan suaranya persis di telinga Lian, berbisik yang membuat sekujur tubuhnya merinding dan ngeri. Ia terkurung dan tidak bisa bergerak."Mahesa ini di ruang publik. Jangan membuatku malu akan perilakumu yang sangat keterlaluan itu," geram Lian padanya meskipun mustahil Mahesa akan menjauh tapi Lian berusaha untuk mencobanya. Tingkah laki-laki selalu bikin geram saja.Mahesa terkekeh tanpa tahu malu lalu menjauh dan berdiri di sampingnya sedangkan Lian mengusap keringat yang terlihat di dahinya. Hawanya menjadi panas gara-gara kelakuan Mahesa padahal suhu pendingin di ruang ini cukup dingin."Kamu tak