Beranda / Pernikahan / Cinta Tiga Bidadari / Keadilan Versi Mana

Share

Keadilan Versi Mana

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-03 16:18:05

Bab 46

Naura benar-benar merasa terpuruk, apalagi setelah Hafiz pergi dari rumah. Dia merasa sendiri. Tak ada siapapun yang bisa diajak berbagi, bahkan orang tuanya sekalipun. Dia tak mau orang tuanya mengetahui masalah rumah tangganya, apalagi membuat orang tuanya, kiai Nawawi harus berdebat dengan suaminya soal keadilan sang suami yang belum bisa sepenuhnya ia pahami.

Entah versi siapa yang benar. Versi kakak kandungnya, ustadz Yazid atau versi suaminya, ustadz Hafiz. Perempuan itu sekarang tak bisa berpikir jernih. Kata-kata sang suami masih terngiang-ngiang di telinganya.

Bukan soal menyesal atau tidak dengan pernikahannya. Namun, Naura yang tidak mengetahui soal ini merasa seperti dibohongi. Hafiz tidak pernah terbuka dengannya. Malah, ia mengetahui soal itu dari ibu mertuanya.

Pantas saja ibu mertuanya tidak menyukai Azizah. Ternyata begini ceritanya. Naura hanya sanggup merutuk dalam hati.

Ah, ya, benar, mereka memang tidak pernah membicarakan soal harta sebelumnya, karena Naur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Tiga Bidadari    Berbagi Suami Itu Tidak Mudah

    Bab 47Hafiz mendekatkan dirinya ke dinding. Telinganya tegak, berusaha mendengar suara sang istri yang tengah asyik murojaah. Suara Naura memang merdu. Itu harus dia akui. Hanya sayang, Naura tidak pernah ikut dalam lomba tahfidz manapun. Semua kelebihannya tak ada yang diketahui oleh orang lain kecuali keluarganya, dan tentunya dirinya."Abang!" seru Naura saat melihat Hafiz membuka pintu. Dia baru saja menyelesaikan murojaah.Hafiz mencondongkan badan duduk di hadapan wanita itu. Dia meraih tangan Naura sebelum laki-laki itu meraih tangannya. Dikecupnya jemari wanita itu dengan lembut."Hafalan Adek memang yang terbaik," puji Hafiz. Kini tangannya beralih mengelus kepala Naura."Terima kasih, Bang," lirihnya tersipu malu. "Adek hanya sekedar menjalankan kewajiban untuk menjaga hafalan.""Seharusnya memang begitu," sahut Hafiz. "Kewajiban seorang hafidz adalah menjaga Al-Qur'an yang ada di dalam dada seumur hidupnya."Naura mengangguk. "Insya Allah, Bang."Laki-laki itu merentangkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Cinta Tiga Bidadari    Anak Pembawa Keberuntungan

    Bab 48"Bagaimana, Zaki?" pinta Abah."Zaki hanya terserah Dek Marwiah saja, Abah. Zaki pikir, Putri Abah sudah cukup dewasa dan tahu apa yang harus dia lakukan," sahutnya.Mendengar pernyataan dari Zaki, laki-laki tua itu menganggukkan kepala."Kamu dengar apa kata suamimu, Marwiah?""Dengar, Abah. Marwiah akan jemput anak-anak kemari.""Jemputlah cucu Mama kemari, Nak. Mama sudah rindu dengan mereka."Perempuan itu mengangguk. Dia meraih tangan sang ibu dan menciumnya."Marwiah pulang dulu, Ma. Nanti siang Marwiah akan kembali dengan anak-anak."Perempuan itu menyambar tas dan melangkah keluar dari ruangan itu. Sementara Zaki berjalan mengekor di belakang. Suara deru mobil yang perlahan menghilang dari pendengaran seolah mengingatkan Hafiz dengan tujuannya ke rumah ini."Ada apa, Nak?" tanya Abah. Beliau menangkap gurat kegalauan dari raut wajah putra kesayangannya"Ini soal Naura, Bah.""Ada apa lagi dengan Naura? Bukankah urusan rumah sudah selesai? Azizah tetap berlaku baik, kan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Cinta Tiga Bidadari    Mempertanyakan Kepemimpinan

    Bab 49Azizah justru sangat diuntungkan dengan pernikahan kedua dan ketiga suaminya. Alih-alih menderita karena suaminya menikah lagi, malah dia menjadi wanita kaya dan belakangan memiliki usaha sendiri. Azizah semakin berkembang dari waktu ke waktu!Sampai saat ini kehidupannya tetap sama. Semua aset sang suami masih atas nama suami atau keluarga besar mereka. Puluhan tahun dia mendampingi Sang Kiai, tetapi dia tidak mendapatkan apapun selain bonus tidak dipoligami seumur hidupnya. Itupun setelah dia melahirkan Hafiz yang sekarang menjadi pemegang tongkat estafet pesantren Al Istiqomah.Perempuan itu menghela nafas. matanya melirik jam dinding dan waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Ah, ternyata ia sudah melamun begitu lama."Aminah, panggilnya saat perempuan berumur 30 tahunan itu melintas di hadapannya."Iya, Ummi. Ada apa?" Wanita itu mendekat."Tolong siapkan kamar Marwiah dan satu buah kamar di sampingnya. Mulai hari ini Marwiah dan kedua anaknya akan tinggal di sini."Meskipun wani

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Cinta Tiga Bidadari    Mendatangi Istri Kedua

    Bab 50Setelah menjemput Farhan dan Wafa dari sekolah, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke rumah orang tuanya. Farhan yang baru berusia 8 tahun dan Wafa berumur 5 tahun. Farhan duduk di kelas 3 madrasah ibtidaiyah dan Wafa di Raudhatul Athfal.Kedua bocah itu nampak sangat bahagia saat diberitahu bahwa mereka akan menginap di rumah kakek dan neneknya. Marwiah hanya tersenyum miris."Kalian masih terlalu kecil untuk mengetahui masalah diantara orang tua kalian," gumam Marwiah dalam hati.Sementara sang suami juga tengah asyik dalam pikirannya sendiri, terus mengemudikan mobil. Sebentar lagi mereka sampai di tempat tujuan."Farhan, Wafa, nanti di rumah kakek, kalian harus sopan ya. Nggak boleh ... Marwiah sengaja menggantung ucapannya."Nggak boleh nakal, Ma!" sahut Wafa cepat. Anak itu memang sangat lincah.Celotehan Wafa sangat mendominasi di setiap kesempatan, menurun dari sifat ibunya. Sementara Farhan, anaknya lebih kalem. Anak lelaki itu bahkan sedari tadi hanya diam dan men

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Cinta Tiga Bidadari    Ditodong Saran

    Bab 51Hari Senin adalah hari yang dinantikan oleh Azizah, karena di hari itu adalah hari gilirannya, jadwal kunjungan Hafiz ke rumahnya. Bukan soal rindu dan perasaan sebangsanya yang membuat dia begitu ingin bertemu dengan sang suami, tetapi menyoal masalah ustadz Zaki yang berkunjung ke toko demi bertemu dengan istri mudanya."Abang ...."Wajah laki-laki itu terlihat bersinar saat melihat sang istri yang menyambut kedatangannya di teras rumah. Pagi masih berselimut embun dan sepagi itu dia sudah berada di rumah Azizah. Dia sengaja menyempatkan diri datang pagi-pagi, hanya demi untuk sarapan bersama istri tercinta.Lelah dan tekanan batin yang dialaminya saat di rumah orang tuanya sedikit terobati saat perempuan muda itu mencium tangannya penuh takzim. Azizah tak pernah berubah. Dia masih menjalankan kewajibannya sebagai istri, meski banyak masalah menghantam rumah tangga mereka.Laki-laki itu mencium kening istrinya sekilas, lalu merentangkan tangan, menggendong tubuh mungil itu me

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05
  • Cinta Tiga Bidadari    Sisa Saldo

    Bab 52Hafiz berusaha mengibaskan pikiran-pikiran gila itu dari otaknya. Mana mungkin tubuhnya dibelah menjadi tiga? Justru yang ada, dia yang mati. Hahaha ....Belajar dari poligami yang dilakukan oleh Rasulullah, Hafiz merasa dirinya begitu kerdil. Dia belum bisa menjadi imam yang baik untuk ketiga istrinya. Terbukti sampai saat ini, di antara mereka seringkali terjadi persaingan, silang pendapat dan kecemburuan yang berlebihan.Apakah memang poligami berpotensi untuk saling menyakiti? Atau memang dia belum cukup ilmunya? Kalau dia memang belum cukup ilmunya, kenapa Allah menunjukkan jalan sehingga dia bisa memiliki istri lebih dari satu?Bukan hanya dia, tetapi juga ustadz Zaki, Abang iparnya. Pernikahan dengan Dania yang berbuntut panjang menjadi pisah rumah antara ustadz Zaki dengan istri pertamanya.Poligami yang berhasil bisa membuat nyaman semua istri dan juga suaminya. Akan tetapi, apakah kenyamanan itu bisa diciptakan dalam rumah tangganya sendiri? Apakah keinginan itu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05
  • Cinta Tiga Bidadari    Bersyukur Memiliki Azizah

    Bab 53"Bagaimana kalau kita menaikkan iuran santri?" usul Ustadz Maliki"Itu bukan solusi, Ustadz Maliki! Di samping kenaikan iuran santri itu akan membebani para santri yang kebetulan dari kalangan yang tidak mampu, kebijakan seperti itu juga harus melalui rapat dan harus ditandatangani oleh ketua yayasan. Panjang itu prosesnya," tolak Hafiz."Bagaimana kalau kita mengundang mereka? Selama ini kita tidak pernah bersilaturahmi dengan para donatur. Jadi mereka suka-sukanya memberikan donasi. Kalau ada, ya ada. Kalau tidak, ya tidak." Kali ini ustadz Zaki yang berbicara."Untuk jangka panjangnya itu bisa kita lakukan," ucap Hafiz tenang. "Tetapi kita memerlukan solusi yang lebih cepat lagi agar bulan depan tidak kelabakan melunasi seluruh pengeluaran operasional pesantren.""Barangkali kita harus lebih mengoptimalkan usaha-usaha yang dikelola oleh pesantren," ucap ustadz Bahruni yang sedari tadi hanya diam. "Selama ini kita hanya fokus terhadap kantin dan koperasi sekolah, beberapa tok

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Cinta Tiga Bidadari    Menyusul Ke Pesantren

    Bab 54"Lumayan, Alhamdulillah," gumam perempuan itu dalam hati. Tiba-tiba ia teringat dengan suaminya. "Sebaiknya aku menyumbangkan sebagian keuntungan bulan lalu untuk pesantren," gumam Azizah."Anggap saja pesantren sekarang sedang open donator dan aku yang mendaftar. Lagi pula, nggak lucu. Aku yang mengusulkan untuk mengelola keuangan pondok secara lebih baik, sementara aku sendiri tidak mau berdonasi."Dia mulai mengetik beberapa angka di kolom pengeluaran untuk laporan bulan yang lalu."Nah segini saja aku masih bisa untung." Perempuan itu tersenyum puas.Azizah kembali menutup laptop setelah di rasanya sudah cukup. Dia mulai membuka buku tebal yang disediakan oleh Zahwa untuk mencatat semua pesanan kue."Bolu gulung, blackforest, cake pandan, roti isi abon, .." Dia mulai mengeja satu persatu."Lumayan orderan hari ini. Pantas saja Zahwa sering kewalahan." Dia tersenyum.Dia segera bangkit dari tempat duduk, lalu melangkah menuruni tangga."Sudah selesai, Zah?" tegur Zahwa saa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06

Bab terbaru

  • Cinta Tiga Bidadari    Cinta Terakhir

    Bab 109 (ekstra part 2)"Serius pakai ini?" tunjuk Azizah pada sebuah motor gede yang terparkir di halaman hotel. Entah darimana orang-orang mereka mendapatkan kendaraan itu."Serius dong! Memangnya kamu nggak mau naik motor?" Matanya lurus menatap istrinya."Mau dong, apalagi sama Kakak!" Perempuan itu tertawa kecil."Pintar!" sahutnya. Emir menaiki motor, kemudian di susul dengan Azizah.Sebenarnya Azizah merasa ragu. Sudah lama ia tidak mengendarai motor, karena selama di Saudi, pergi kemanapun selalu di antar sopir pribadi, di iringi oleh asisten dan para pengawal. Ruang geraknya terbatas. Apalagi motor khas laki-laki ini. Dia tidak pernah mengendarainya.Perempuan itu memeluk erat pinggang suaminya, menempelkan wajahnya di pundak lelaki itu. Azizah merasakan hatinya seperti penuh dengan wangi bunga.Mereka menyusuri jalan-jalan di sekitar hotel. Di kiri dan kanan bahu jalan, penuh dengan toko dan lapak souvenir khas Bali. Bali memang primadona. Alamnya yang indah, budaya yang kha

  • Cinta Tiga Bidadari    Lelaki Terbaik

    Bab 108 (ekstra part 1)Azizah menatap sendu dari balik kaca jendela pesawat. Kota Banjarbaru yang semakin mengecil akhirnya menghilang dari pandangan saat posisi pesawat kian meninggi. Kini mereka tengah berada di atas awan."Sayang...." Sepasang tangan kokoh melingkari pinggang rampingnya.Perempuan itu berdehem. "Iya, Kak." Azizah memutar tubuhnya menghadap sang suami. Sepasang kakinya berjinjit dengan tangan yang terulur memeluk leher itu."Aku merindukanmu," bisik Emir parau."Terlebih lagi diriku, Sayang." "Yang bener? Jangan-jangan sekarang ini malah merindukan ayahnya Ibrahim?" Sepasang mata kelamnya menatap wajah sang istri. Pipi yang merah merona itu membuatnya tak sabar mendaratkan sebuah kecupan hangat."Aku sudah tidak lagi mencintainya, tetapi juga tidak membencinya. Bagiku sekarang ayahnya Ibrahim hanya sekedar sahabat. Jikalau pun kami masih berhubungan baik, itu semua demi Ibrahim....""Percaya kok," sela Emir. Sebenarnya ia hanya ingin memancing, tapi Azizah menyika

  • Cinta Tiga Bidadari    Kenangan Terindah

    Bab 107"Ibrahim bisa bermain kembali dengan adik-adikmu lain kali, Nak. Untuk saat ini, kamu nurut ya, sama Abi. Insya Allah, kalau ada waktu dan kesempatan kita bisa kembali ke mari berkunjung ke rumah kakek dan nenekmu ini," bujuk Azizah."Apa memang tidak bisa diundur lagi, Nak?" tanya kiai Rahman. Bukan cuma Ibrahim, dia pun juga serasa tak rela jika harus berpisah kembali secepat ini dengan cucu kesayangannya."Maafkan kami, Abah, tetapi jadwal kegiatan Azizah memang hanya satu hari. Silaturahmi di pesantren Al-Istiqomah dan di rumah Abah." Perempuan itu berusaha memberi pengertian kepada mantan ayah mertuanya."Abah hanya masih kangen dengan Ibrahim. Tidak ada maksud lain," ralat lelaki tua itu."Insya Allah kami akan berkunjung kembali kesini lain kali, Abah," jawab Azizah seraya memijat kepalanya. "Bukannya sok sibuk, tetapi bagaimanapun sebagai seorang istri, harus menuruti apa kata suami. Pagi ini pesawat akan terbang dari Sydney, singgah sebentar di bandara Syamsudin Noor

  • Cinta Tiga Bidadari    My Hubb

    Bab 106Emir melangkah gontai menuju kamar tempat dia menginap. Tubuhnya benar-benar lelah, pikirannya pun terkuras. Hari ini dia menghadiri beberapa pertemuan, salah satunya adalah peresmian beroperasinya Almeera hotel di Sydney. Seharusnya di acara itu ia didampingi oleh Azizah. Namun sayang, wanita itu tengah berada di pesantren Al-Istiqomah, di tengah keluarga mantan suaminya.Mengingat itu membuat hati Emir berdenyut. Dia percaya seratus persen dengan cinta istrinya, tapi sedikit banyaknya pasti akan terjadi romansa masa lalu mereka. Bagaimanapun, Azizah dan Hafiz berpisah secara baik-baik, bukan karena pertengkaran, tetapi hanya sekedar perbedaan cara pandang terhadap sebuah rumah tangga. Kenangan indah itu akan senantiasa tersimpan di hati."Tuan, agenda besok siang adalah pertemuan dengan para investor di Bali," ujar Alex, asisten pribadinya mengingatkan."Ya, aku tahu itu, Alex. Terima kasih sudah mengingatkan," ujarnya. Akhirnya mereka tiba di depan pintu kamar."Silahkan,

  • Cinta Tiga Bidadari    Teman Yang Baik

    Bab 105Hafiz sangat menikmati kebersamaannya dengan Ibrahim. Berkali-kali lelaki itu memeluk dan menciumi putranya, putra yang selama tujuh tahun tidak pernah ditemuinya. Hafiz tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk menjenguk putranya, meskipun dipihak Azizah dan Emir tidak pernah melarangnya untuk menjumpai putranya kapanpun ia mau. Disamping itu, jarak yang memisahkan dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan membuat Hafiz akhirnya hanya bisa menahan rindu. Kondisi keuangan keluarganya saat ini tidak memungkinkannya untuk bolak-balik Martapura-Mekkah. Terlebih, dia ingin memberikan kesempatan kepada Azizah untuk menenangkan diri dan dia pun sebenarnya juga melakukan hal yang sama.Setiap keputusan pasti memiliki konsekuensi. Tak ada perceraian yang mudah. Semua pasti akan ada dampaknya, terutama buat buah hatinya. Itulah yang harus mereka hadapi sekarang.Akan tetapi, apapun itu, nyatanya Hafiz dan Azizah sudah memiliki kehidupan masing-masing. Hafiz dengan kedua istrinya dan A

  • Cinta Tiga Bidadari    Arloji Untuk Ayah

    Bab 104Sepasang netranya menangkap sosok beberapa perempuan yang berlari kecil ke arahnya saat ia baru saja keluar dari mobil. "Azizah!"Telinganya sangat mengenali suara dari balik cadar itu. Marwiah, mantan kakak iparnya. "Kak Marwiah?" ujarnya. Kedua perempuan itu berpelukan. "Apa kabar, Kak?""Baik, Dek. Ayo masuk. Mama dan Abah sudah menunggumu sedari tadi."Kedua perempuan itu berjalan sembari tangan saling merangkul. Sementara yang lainnya mengikuti dari belakang. Rumah ini tidak banyak berubah. Ruang tamu yang luas dengan sofa yang telah disingkirkan membuat ruangan ini kian bertambah luas. Hanya ada karpet yang dihamparkan melapisi lantai seisi ruangan.Seorang laki-laki tua tampak duduk bersandar di salah satu bidang dinding. Azizah mempercepat langkahnya menghampiri laki-laki itu. Ada rasa rindu yang menyesak di hati saat mereka berdekatan. Bagaimanapun, Azizah sudah menganggap lelaki itu seperti orang tuanya sendiri. "Abah," ujar Azizah. Dia merendahkan tubuhnya sembar

  • Cinta Tiga Bidadari    Kunjungan Ke Pesantren Al-Istiqomah

    Bab 103Hari masih pagi. Tiga unit mobil mewah meluncur meninggalkan halaman sebuah hotel terkenal di kota Banjarmasin. Azizah merasakan dadanya sedikit berdebar. Ada rasa yang tak biasa, mengingat betapa lama dia tidak bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya. Sembari tetap memangku Rihanna, dia menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Tujuh tahun telah berlalu dan begitu banyak hal yang berubah di daerahnya. Entah apalagi kejutan yang akan ditemui sesampainya dia di pesantren Al-Istiqomah.Sebenarnya bukan Azizah tak ingin pulang, apalagi tidak rindu dengan kampung halamannya. Namun, Azizah perlu waktu yang panjang untuk melupakan cintanya kepada ayah Ibrahim itu. Perlu waktu bertahun-tahun untuk memurnikan cintanya hanya untuk Emir saja.Rihanna duduk dengan manis. Sama seperti ibunya, balita cantik nan menggemaskan berumur dua tahun itu sepertinya juga sangat menikmati perjalanan mereka pagi ini.Jadwal Azizah pagi ini adalah kunjungan ke pondok pesantren Al-Istiqomah Putri

  • Cinta Tiga Bidadari    Bertemu Bibi Rahmah

    Bab 102Berkat bantuan beberapa orang pengawal, akhirnya Azizah berhasil menembus kerumunan orang-orang dan masuk ke dalam mobil mewahnya. Sebenarnya inilah yang paling dia takutkan. Dia tidak mau kedatangannya menarik perhatian banyak orang, apalagi sampai ke telinga pejabat daerah. Dia tidak mau kepulangannya menjadi bahan berita dan viral di media sosial, apalagi dia melihat banyak orang yang mengarahkan ponsel kepadanya. Azizah mengusap kepala mungil Rihanna demi menenangkan putri kecilnya. Rihanna sudah beberapa kali diajak melakukan perjalanan ke luar negeri, tetapi baru kali ini dia diajak pergi ke negara asal ibunya, Indonesia. "Kita istirahat dulu di hotel, Tuan Putri, setelah itu baru melakukan kunjungan ke pesantren Al-Istiqomah," beritahu Hanum tentang jadwal tuan putrinya."Iya," sahutnya singkat. Mobil terus meluncur dan Azizah tenggelam dalam pikirannya. Sesekali dia menepuk paha putrinya. Rihanna terlihat lelah dan mengantuk.Sepasang matanya fokus dengan pemandanga

  • Cinta Tiga Bidadari    Kado Terindah

    Bab 101"Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah memberikan keturunan untukku," ujar Emir seraya mencium perut Azizah berulang kali. Rasa lelah dan capek sepulangnya dari Almeera Hotel lenyap tak berbekas saat menerima kado terindah berupa tespek yang memiliki garis dua dari istrinya."Aku bisa memberikan keturunan untuk Kakak, karena kakak sudah begitu kuat mempertahankan diriku. Terima kasih juga, karena Kakak selalu sabar menghadapi kecemburuanku yang terkadang berlebihan," sahut wanita itu. Dia melingkarkan tangan ke leher sang suami, balas mengecup pipi kanan dan kiri suaminya."Kecemburuanmu masih dalam taraf yang wajar, Sayang. Cemburu itu pertanda cinta. Bukankah Sayyidah Aisyah juga seorang wanita pencemburu?" Emir bangkit lantas merangkul pinggang istrinya dan dalam sekali gerakan ia menggendong tubuh istrinya menuju pembaringan."Mulai detik ini, jangan terlalu banyak bergerak ya, Sayang. Banyak istirahat. Biarkan semuanya diurus oleh para asisten kita," pinta Emir."Aku b

DMCA.com Protection Status