Share

Dia lagi...

Author: Aini Sabrina
last update Last Updated: 2025-04-26 08:59:08

Veronika duduk melingkar di balkon kamarnya, pelukan erat pada diri sendiri sebagai perisai dari dinginnya malam. Cahaya lampu jalan yang temaram menyinari wajahnya yang tengah diliputi kebingungan.

Memori tentang kejadian di restoran berkelebat di pikirannya, menyisakan gundah. Atasannya yang selalu berwajah dingin itu tiba-tiba membela dirinya dari serangan verbal sang mantan kekasih dan sepupunya, sebuah sikap yang tak terduga.

Veronika menggigit bibir bawahnya, gelisah. "Apakah dia benar-benar peduli, atau itu hanya tindakan formalitas di depan orang banyak?" gumamnya pada diri sendiri, cahaya rembulan yang samar menerpa matanya yang sayu.

"Sungguh, sikapnya yang selalu dingin, tidak ku sangka akan memberi kejutan seperti ini."

Flashback On...

Wajah Naren berubah merah ketika mendengar perkataan Noah padanya. "Kau... tidak memiliki hak untuk berkata seperti itu tentangku, Noah Rudiarth Alexander!" bentaknya, yang seketika mengejutkan semua orang di sana.

"Kenapa tidak, Tuan Narendra? Bukankah yang aku katakan ini benar?" tanya balik Noah, yang membuat Narendra bangkit sambil mencengkeram jas pria itu.

Melihat itu, Veronika segera menghentikan Narendra sambil menjauhkan tangan pria itu dari jas Noah.

"Cukup! Kenapa kau tidak terima dengan perkataan atasan­ku, Tuan Narendra? Apa yang ia katakan memang benar, kan? Apa kau malu untuk mengakuinya?" tanya Veronika sambil tersenyum sinis.

"Kau..."

"Ada apa, Echa? Kau juga tidak terima? Kalian berdua malu?"

Mendengar perkataan Veronika yang semakin berani, Echa mencengkeram pergelangan tangannya, lalu membawa Veronika menjauh sedikit.

"Kau akan menyesali ini, Veronika! Kau terlalu berani, maka tunggu saja!"

Meski takut, Veronika berusaha untuk tidak memperlihatkannya. "Lakukan apa pun sesuka hati kalian, Echa! Aku tidak akan pernah takut!"

"Bitch!" umpat Echa sebelum akhirnya menjauh dari Veronika.

"Aku membatalkan kerja sama ini, Noah Rudiarth Alexander! Aku tidak sudi bekerja sama dengan CEO arogan sepertimu!" kata Narendra, yang tentu saja mengejutkan Echa.

"Benarkah? It's okay, aku tidak keberatan," sahut Noah, mengiyakan.

Melihat itu, Echa langsung menarik Narendra menjauh. Entah apa yang mereka bicarakan, Veronika hanya memperhatikan keduanya dari kejauhan.

Di tengah fokusnya menatap Narendra dan Echa, Veronika terkejut saat atasannya berkata, "Kau tidak bisa melupakan kekasihmu, bukan? Tapi sok mengatakan sudah melupakannya."

"Apa maksud Anda?" tanya Veronika, sambil mengalihkan perhatiannya pada atasannya.

"Menurutmu? Kau begitu tidak bisa mengalihkan perhatianmu pada pria itu. Buktinya, sudah kau perlihatkan."

Mendengar itu, Veronika menolak dengan tegas. "Aku sudah melupakan pria itu! Aku hanya ingin tahu pembicaraan mereka!"

"Untuk apa, hm? Pembicaraan mereka sangat mudah ditebak, Veronika! Sebentar lagi... mereka akan datang sambil berkata kalau kerja sama denganku masih ingin dilanjut, itu saja."

"Benarkah seperti itu, Tuan?" tanya Veronika, yang dibalas acuh oleh atasannya sambil mengangkat bahu. Ia lalu meraih beef Wellington, membuat Veronika segera mencegahnya.

"Ada apa?"

"Apakah Anda tidak marah karena saya memesan begitu banyak makanan?" tanya Veronika sambil menatap wajah atasannya.

"Kenapa harus marah? Bukankah kau yang akan membayar semuanya?"

"Aku? Ba-bagaimana itu mungkin, Tuan? Aku tidak memiliki uang sebanyak itu."

"Bisakah Anda bayar dulu? Potong saja dari gajiku!" kata Veronika, yang membuat atasannya justru tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Degh! Detak jantung Veronika seketika memompa cepat kala ia melihat senyum atasannya, yang baru pertama kali ia lihat.

Setampan itukah? Dia lebih baik tersenyum seperti ini daripada terus cemberut seperti pantat ayam.

"Berhenti memuji sekaligus menghinaku di dalam hatimu itu, Veronika!" kata Noah, yang seketika mengejutkannya.

"Ak-aku tidak berkata apa pun, Tuan!" sahut Veronika, wajahnya gugup. Atasannya... kenapa bisa begitu peka?

Flashback Off...

Veronika seketika tertawa sendiri saat mengingat beberapa percakapannya dengan atasannya yang dingin.

"Wajahnya itu sangat lucu!" katanya sambil terkekeh geli. "Pantat ayam? Ha... ha... ha..."

Tak berselang lama, Veronika dikejutkan oleh suara pintu kamarnya yang digedor-gedor keras. Ia segera bangkit dan mengintip dari balik lubang kecil di pintu. Melihat wajah pamannya di sana membuat Veronika menggigil ketakutan.

"Pa-paman... apa yang harus aku lakukan?" bisik Veronika pada dirinya sendiri. Tidak ada pilihan lain, Veronika memutuskan untuk bersembunyi di tempat yang sekiranya aman.

Ingin menghubungi bantuan pun, Veronika yakin tak akan sempat. Di depan sana, bukan hanya pamannya, tapi beberapa anak buahnya juga sudah ikut berdiri.

"Selamatkan aku, kumohon!" pintanya, sambil membekap mulutnya sendiri.

"Cari dia! Aku yakin keponakanku itu sedang bersembunyi saat ini," ujar Demon lantang. "Veronika, ayo kemari, Sayang!"

"Kau paman bejat! Aku membencimu, brengsek!" umpat Veronika dalam hatinya. Air matanya jatuh, saking ketakutannya. Ia tidak tahu, apakah dirinya akan aman bersembunyi di dalam lemari, atau...

"Dia di sini, Boss!" teriak salah satu pengawal pamannya, sambil menarik paksa Veronika keluar dari tempat persembunyiannya.

"Lepaskan aku! Kumohon!" teriak Veronika, memohon-mohon.

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipinya yang mulus—tamparan dari tangan Demon.

"Berani sekali kau meninggalkan rumah, hah? Kau benar-benar membuat pamanmu ini gila karena kepergianmu itu!" hardik Demon.

"Lepaskan Veronika, Paman!" pinta Veronika dengan suara gemetar. "Aku akan lakukan apa pun, asal Paman melepaskanku!"

"Melakukan apa pun?" tanya Demon, memastikan. Veronika mengangguk cepat.

"Baiklah." Demon menyeringai, lalu melepaskan ikat pinggangnya.

"A-apa yang..." Perkataan Veronika terputus ketika Demon menariknya, lalu mendorong tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Kalian... keluar! Aku ingin ditinggalkan berdua saja dengannya!" perintah Demon, yang langsung dipatuhi oleh anak buahnya.

"Tidak! Aku tidak mau!" jerit Veronika ketakutan.

Veronika berusaha untuk menjauh dari Demon, ketika pria itu melepaskan satu-persatu kancing bajunya. Namun, pergerakan Veronika terhenti, begitu Demon menarik kedua kakinya, lalu mengungkungnya. Veronika berusaha meronta, melepaskan diri.

"Lepaskan aku, Paman!" teriak Veronika, terus berusaha dengan sisa-sisa tenaganya.

"Melepaskanmu... setelah kau buat Pamanmu ini gila karena mencarimu? Tidak akan, Veronika!" kata Demon.

Ia semakin mendekat. Senyum licik terpampang di wajahnya, ketika melihat Veronika ketakutan. Lelah terus melawan, Veronika memejamkan mata, berharap keajaiban datang.

Tangan Demon baru saja terulur untuk melepaskan piyama Veronika, sebelum akhirnya dicekal oleh tangan kokoh. Demon spontan menoleh, ingin melihat siapa yang berani menghentikannya.

Di hadapannya berdiri seorang pria bertubuh tegap, bermata tajam, dengan rahang keras yang kini menatapnya seolah ingin membunuhnya saat itu juga.

"Siapa kau? Berani sekali kau menghentikanku, hah?" hardik Demon.

"Aku? Akulah pria yang akan mengantarkanmu pada kematian."

"Anak muda! Kau tidak perlu ikut campur dalam urusanku, atau aku akan membunuhmu!"

"Membunuhku? Seharusnya kau berpikir, bagaimana bisa lepas dariku, keparat!"

Tanpa peringatan, pria itu menendang Demon, membuatnya terhuyung jatuh ke lantai, lalu segera mendekati Veronika.

"Tuan Noah..." lirih Veronika sambil memeluk tubuh atasannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Pengkhianatan

    Seorang wanita cantik, kini tengah mematut dirinya di depan cermin yang berada di dalam kamarnya. Wanita itu, dia adalah Veronika Anastasia. Kini, Veronika tengah menatap refleksi dirinya di cermin dengan sorot mata yang penuh kesedihan. Rambut panjangnya yang tergerai indah dan kulitnya yang putih bersih seharusnya menjadi sumber kebanggaan, namun bagi Veronika, itu adalah kutukan. Di sudut kamarnya, Vero bisa merasakan aura kelam yang selalu mengikuti kecantikannya. Paman, yang seharusnya menjadi pelindung dan pengganti ayah kandungnya yang telah meninggal, kini berubah menjadi ancaman terbesar. Pada setiap kesempatan, pamannya selalu mencari cara untuk mendekati Veronika dengan niat yang tidak terpuji. Wanita malang itu sering kali harus mengunci pintu kamarnya, bersembunyi di balik lemari, atau bahkan melompat keluar jendela hanya untuk menghindari tangan jahat paman yang selalu mencoba merenggut kesuciannya. Di depan cermin, air mata Veronika menetes, membasahi pipinya yang mu

    Last Updated : 2025-01-30
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kehidupan dan takdir baru

    "Bu, kenapa belum ada makanan? Apa wanita sialan itu belum memasak untuk kita?" tanya Echa sambil kedua tangan melipat di dada. "Hah, benarkah? Sialan sekali wanita itu!" "Veronika!" teriak Margareth sambil memasuki dapur rumahnya. "Apa kau tuli, hah?" "Tck. Kemana wanita tidak berguna ini?" tanya Margareth sambil tangannya bergerak menumpahkan air ke dalam gelas. Ia memiliki niat untuk menyiramkan air itu pada Veronika. Segera, Margareth menaiki tangga menuju kamar Veronika. Setibanya di depan pintu kamar, tanpa mengetuk atau melakukan apa pun, Margareth menendang pintu kamar tersebut hingga terbuka dengan keras. Mendapati sebuah tali yang terikat kuat pada tiang ranjang, Margareth langsung memeriksa semua isi lemari Veronika, yang ternyata hanya tersisa pakaian sedikit saja. "Sialan! Wanita itu rupanya berani kabur dari sini," ucap Margareth, wajahnya memerah karena emosi. "Sayang!" teriak Margareth, mengejutkan Demon yang tengah berada di dalam kamar. "Ada apa, Sayang

    Last Updated : 2025-01-30
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Atasan kejam

    "Argh! Aku terlambat!" pekik Veronika sambil melompat turun dari tempat tidurnya. "Dasar bodoh! Bisa-bisanya aku terlambat di hari pertamaku bekerja. Aku bisa mampus dimarahi habis-habisan oleh atasanku." Dengan gerak cepat, Vero meluncur memasuki kamar mandi. Wanita itu membersihkan diri ala kadarnya. Waktu ke kantor begitu mepet, belum lagi ia harus menunggu taksi jemputan. Sambil mengenakan pakaiannya, Vero sesekali menatap jam. Ia begitu takut dimarahi oleh atasannya. Benar-benar memalukan bagi Vero jika harus menjadi pusat perhatian di kantor karena keterlambatannya itu. Usai dengan semuanya, Vero bergegas keluar dari kamar apartemen sambil memesan taksi. Beruntung, ia tidak perlu menunggu lama sampai taksi itu datang menjemputnya. "Tolong secepatnya antar aku ke perusahaan Rudiarth Company, Pak! Aku benar-benar terlambat!" kata Vero dengan wajah memelas. "Semoga saja tidak macet, Nona!" katanya sambil menatap Vero dari kaca spion. Mendengarnya, membuat Vero mengangguk. °°°

    Last Updated : 2025-01-30
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Pembelaan

    Veronika duduk membeku di dalam mobil yang terparkir di depan restoran, mata terus menatap ke pintu masuk. Napasnya berat, detak jantungnya berpacu saat dia melihat atasannya meninggalkan mobil. "Aku takut," bisiknya lirih, "Kalau Echa tahu aku di sini, dia pasti akan cerita ke paman dan bibi." Napas Veronika memburu, rasa cemas menyelimuti seluruh pikirannya. Jemari Veronika bergerak tak karuan, meremas-remas ujung baju. Kulit wajahnya memutih, bagai tersapu kabut ketakutan saat memikirkan kembali ke rumah yang selama ini ia sebut neraka itu. "Naren, aku bisa hadapi, tapi Echa... itu yang tak bisa ku terima," gumamnya dalam hati, seraya menggigit bibir, mencoba menenangkan diri. Di tengah lamunannya, suara pintu mobil yang tertutup keras membuat Veronika terkejut bukan main. Ia lantas menatap ke arah atasannya, yang membungkuk untuk menatapnya. Tatapan atasannya begitu tajam, membuat Veronika takut. Namun, ia tidak dapat membohongi dirinya kalau atasannya itu memiliki pesona

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Dia lagi...

    Veronika duduk melingkar di balkon kamarnya, pelukan erat pada diri sendiri sebagai perisai dari dinginnya malam. Cahaya lampu jalan yang temaram menyinari wajahnya yang tengah diliputi kebingungan. Memori tentang kejadian di restoran berkelebat di pikirannya, menyisakan gundah. Atasannya yang selalu berwajah dingin itu tiba-tiba membela dirinya dari serangan verbal sang mantan kekasih dan sepupunya, sebuah sikap yang tak terduga. Veronika menggigit bibir bawahnya, gelisah. "Apakah dia benar-benar peduli, atau itu hanya tindakan formalitas di depan orang banyak?" gumamnya pada diri sendiri, cahaya rembulan yang samar menerpa matanya yang sayu."Sungguh, sikapnya yang selalu dingin, tidak ku sangka akan memberi kejutan seperti ini." Flashback On... Wajah Naren berubah merah ketika mendengar perkataan Noah padanya. "Kau... tidak memiliki hak untuk berkata seperti itu tentangku, Noah Rudiarth Alexander!" bentaknya, yang seketika mengejutkan semua orang di sana."Kenapa tidak, Tuan Na

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Pembelaan

    Veronika duduk membeku di dalam mobil yang terparkir di depan restoran, mata terus menatap ke pintu masuk. Napasnya berat, detak jantungnya berpacu saat dia melihat atasannya meninggalkan mobil. "Aku takut," bisiknya lirih, "Kalau Echa tahu aku di sini, dia pasti akan cerita ke paman dan bibi." Napas Veronika memburu, rasa cemas menyelimuti seluruh pikirannya. Jemari Veronika bergerak tak karuan, meremas-remas ujung baju. Kulit wajahnya memutih, bagai tersapu kabut ketakutan saat memikirkan kembali ke rumah yang selama ini ia sebut neraka itu. "Naren, aku bisa hadapi, tapi Echa... itu yang tak bisa ku terima," gumamnya dalam hati, seraya menggigit bibir, mencoba menenangkan diri. Di tengah lamunannya, suara pintu mobil yang tertutup keras membuat Veronika terkejut bukan main. Ia lantas menatap ke arah atasannya, yang membungkuk untuk menatapnya. Tatapan atasannya begitu tajam, membuat Veronika takut. Namun, ia tidak dapat membohongi dirinya kalau atasannya itu memiliki pesona

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Atasan kejam

    "Argh! Aku terlambat!" pekik Veronika sambil melompat turun dari tempat tidurnya. "Dasar bodoh! Bisa-bisanya aku terlambat di hari pertamaku bekerja. Aku bisa mampus dimarahi habis-habisan oleh atasanku." Dengan gerak cepat, Vero meluncur memasuki kamar mandi. Wanita itu membersihkan diri ala kadarnya. Waktu ke kantor begitu mepet, belum lagi ia harus menunggu taksi jemputan. Sambil mengenakan pakaiannya, Vero sesekali menatap jam. Ia begitu takut dimarahi oleh atasannya. Benar-benar memalukan bagi Vero jika harus menjadi pusat perhatian di kantor karena keterlambatannya itu. Usai dengan semuanya, Vero bergegas keluar dari kamar apartemen sambil memesan taksi. Beruntung, ia tidak perlu menunggu lama sampai taksi itu datang menjemputnya. "Tolong secepatnya antar aku ke perusahaan Rudiarth Company, Pak! Aku benar-benar terlambat!" kata Vero dengan wajah memelas. "Semoga saja tidak macet, Nona!" katanya sambil menatap Vero dari kaca spion. Mendengarnya, membuat Vero mengangguk. °°°

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kehidupan dan takdir baru

    "Bu, kenapa belum ada makanan? Apa wanita sialan itu belum memasak untuk kita?" tanya Echa sambil kedua tangan melipat di dada. "Hah, benarkah? Sialan sekali wanita itu!" "Veronika!" teriak Margareth sambil memasuki dapur rumahnya. "Apa kau tuli, hah?" "Tck. Kemana wanita tidak berguna ini?" tanya Margareth sambil tangannya bergerak menumpahkan air ke dalam gelas. Ia memiliki niat untuk menyiramkan air itu pada Veronika. Segera, Margareth menaiki tangga menuju kamar Veronika. Setibanya di depan pintu kamar, tanpa mengetuk atau melakukan apa pun, Margareth menendang pintu kamar tersebut hingga terbuka dengan keras. Mendapati sebuah tali yang terikat kuat pada tiang ranjang, Margareth langsung memeriksa semua isi lemari Veronika, yang ternyata hanya tersisa pakaian sedikit saja. "Sialan! Wanita itu rupanya berani kabur dari sini," ucap Margareth, wajahnya memerah karena emosi. "Sayang!" teriak Margareth, mengejutkan Demon yang tengah berada di dalam kamar. "Ada apa, Sayang

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Pengkhianatan

    Seorang wanita cantik, kini tengah mematut dirinya di depan cermin yang berada di dalam kamarnya. Wanita itu, dia adalah Veronika Anastasia. Kini, Veronika tengah menatap refleksi dirinya di cermin dengan sorot mata yang penuh kesedihan. Rambut panjangnya yang tergerai indah dan kulitnya yang putih bersih seharusnya menjadi sumber kebanggaan, namun bagi Veronika, itu adalah kutukan. Di sudut kamarnya, Vero bisa merasakan aura kelam yang selalu mengikuti kecantikannya. Paman, yang seharusnya menjadi pelindung dan pengganti ayah kandungnya yang telah meninggal, kini berubah menjadi ancaman terbesar. Pada setiap kesempatan, pamannya selalu mencari cara untuk mendekati Veronika dengan niat yang tidak terpuji. Wanita malang itu sering kali harus mengunci pintu kamarnya, bersembunyi di balik lemari, atau bahkan melompat keluar jendela hanya untuk menghindari tangan jahat paman yang selalu mencoba merenggut kesuciannya. Di depan cermin, air mata Veronika menetes, membasahi pipinya yang mu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status